Mohon tunggu...
Arif Prabowo
Arif Prabowo Mohon Tunggu... Administrasi - UIN KH Abdurrahman Wahid, Yayasan Al Ummah, PAUD IT/ TKIT/ SDIT Ulul Albab, SMP/SMA IT Assalaam Boardinng School

Menyukai pengelolaan Sumber Daya Manusia, Keluarga, Keayahan, masih belajar pendidikan yang bijak di era berlimpahnya informasi

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Cinta pada Remaja Itu Berdialog: Membangun Hubungan Melalui Komunikasi yang Terbuka

17 Oktober 2024   08:30 Diperbarui: 17 Oktober 2024   08:44 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ibn Khaldun, dalam karyanya “Muqaddimah”, menekankan peran penting hubungan dialogis antar generasi dalam membina masyarakat yang kuat. Dia berpendapat bahwa komunikasi yang efektif antara orang tua, pendidik, dan anak-anak sangat penting untuk mentransmisikan kebijaksanaan dan nilai-nilai yang membentuk karakter anak. Dialog ini bukan hanya transfer pengetahuan tetapi pendekatan holistik terhadap pendidikan yang mengintegrasikan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik, memastikan perkembangan anak yang menyeluruh (Saputra et al., 2024) ("Pendidikan Karakter Perskpektif Ibnu Khaldun: Suatu Kebutuhan Generasi Milenial di Era Industri 4.0", 2023). Tanpa dialog, hubungan antar-generasi menjadi kaku, dan anak-anak akan lebih sulit memahami nilai-nilai yang ingin ditanamkan oleh orang tua dan pendidik. Dalam konteks pendidikan Islam, berdialog adalah sarana yang paling efektif untuk menanamkan akhlak yang baik, karena nilai-nilai ini tidak bisa dipaksakan, tetapi harus dipahami dan diterima secara sukarela.

Selain itu, berdialog juga memungkinkan orang tua dan pendidik untuk memahami lebih dalam tentang kehidupan remaja di era modern yang penuh tantangan. Teknologi, media sosial, dan tekanan sosial adalah aspek yang sangat mempengaruhi kehidupan remaja saat ini. Melalui dialog, orang tua dan pendidik bisa mendapatkan wawasan tentang dunia yang sedang dijalani anak-anak mereka. Ini penting karena orang tua dan pendidik yang peka terhadap dunia remaja akan lebih mampu memberikan nasihat yang relevan dan tepat sasaran. Dialog memungkinkan orang tua dan pendidik untuk lebih memahami permasalahan yang dihadapi remaja tanpa membuat mereka merasa diabaikan atau tidak dimengerti.

Dalam kehidupan sehari-hari, contoh nyata dari cinta yang diwujudkan melalui dialog adalah ketika orang tua dan pendidik meluangkan waktu untuk benar-benar mendengarkan cerita remaja tentang hari-hari mereka. Ketika seorang anak pulang sekolah dengan wajah yang muram, orang tua dan pendidik bisa bertanya dengan lembut, “Apa yang terjadi hari ini? Kamu terlihat tidak seceria biasanya. Ayah/Ibu di sini jika kamu ingin bercerita.” Dengan cara ini, orang tua dan pendidik membuka pintu untuk percakapan yang jujur tanpa menekan anak untuk berbicara. Jika remaja merasa siap, mereka akan lebih mudah membuka diri dan berbicara tentang apa yang mereka rasakan. Ayah bunda, namun keterbukaan dialog ini tidak serta merta tercipta, tanpa adanya proses yang mendahului diataranya adalah kenyamanan anak dengan orang tua.

Sebagai penutup, cinta yang diwujudkan melalui dialog adalah bentuk cinta yang memberi, mendukung, dan membimbing. Dialog yang penuh kasih dan empati memungkinkan remaja merasa dihargai dan dimengerti, sehingga mereka lebih terbuka dalam berbagi pikiran dan perasaan mereka. Melalui dialog, orang tua dan pendidik tidak hanya menanamkan nilai-nilai moral dan agama, tetapi juga membangun kepercayaan dan kedekatan emosional yang akan bertahan sepanjang hidup. Inilah cinta yang sejati—cinta yang berbicara melalui hati dan memberikan ruang bagi remaja untuk berkembang dengan penuh keyakinan dan kepercayaan diri.

Allahu a`lam bishowwab

Sobat pendidik budiman, bia ada yang tidak sesui mohon bantu koreksi

Input sumber gambar
Input sumber gambar

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun