Mohon tunggu...
Arif Prabowo
Arif Prabowo Mohon Tunggu... Administrasi - UIN KH Abdurrahman Wahid, Yayasan Al Ummah, PAUD IT/ TKIT/ SDIT Ulul Albab, SMP/SMA IT Assalaam Boardinng School

Menyukai pengelolaan Sumber Daya Manusia, Keluarga, Keayahan, masih belajar pendidikan yang bijak di era berlimpahnya informasi

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Cinta Pada Remaja Itu Dedikasi, Kasih Sayang Melalui Pengorbanan dan Waktu

16 Oktober 2024   08:05 Diperbarui: 16 Oktober 2024   08:11 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bismillah

Masa remaja sering kali menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua dan pendidik. Di fase ini, anak-anak berada dalam proses pencarian identitas, dan sering kali mereka lebih tertarik pada dunia luar daripada keluarga. Namun, inilah masa di mana mereka sebenarnya paling membutuhkan cinta yang nyata dari orang tua. Cinta pada remaja bukan hanya tentang rasa kasih sayang biasa, melainkan cinta yang diwujudkan melalui dedikasi. Dedikasi ini mencakup pengorbanan waktu, energi, dan perhatian yang tulus untuk memastikan bahwa remaja merasa dicintai dan didukung dalam setiap langkah mereka.

Dedikasi dalam mencintai remaja berarti hadir secara konsisten dalam hidup mereka, tidak hanya secara fisik tetapi juga emosional. Remaja membutuhkan orang tua yang tidak hanya ada saat mereka membutuhkan, tetapi juga siap mendengarkan dan memberikan bimbingan tanpa harus memaksa. Rasulullah SAW adalah contoh sempurna dalam menunjukkan cinta dengan dedikasi. Beliau selalu hadir untuk umatnya, memberikan waktu dan perhatian penuh, tanpa pernah merasa terganggu oleh beban tanggung jawab besar yang beliau emban. Demikian juga dalam mendidik anak, cinta yang sejati terlihat dari bagaimana orang tua memperhatikan kebutuhan remaja dan berusaha menjadi pendukung mereka dalam segala aspek kehidupan.

Cinta yang penuh dedikasi kepada remaja juga melibatkan kesabaran yang luar biasa. Para ulama pendidikan menyebutkan bahwa mendidik anak, khususnya dalam masa remaja, membutuhkan kesabaran yang tinggi karena remaja sering kali berada dalam fase yang penuh gejolak emosi. Dedikasi orang tua dalam mencintai remaja berarti memahami bahwa setiap kesulitan yang muncul dalam hubungan dengan anak bukanlah alasan untuk menyerah, melainkan peluang untuk menunjukkan cinta yang lebih dalam melalui kesabaran dan pengorbanan.

Abdullah Nasih Ulwan dalam Tarbiyatul Aulad fil Islam menekankan bahwa cinta orang tua kepada anak harus diwujudkan dalam bentuk perhatian penuh terhadap perkembangan mereka, baik fisik, intelektual, maupun spiritual. Menurutnya, pengorbanan orang tua dalam memberikan pendidikan agama, bimbingan moral, serta dukungan emosional adalah bentuk nyata dari cinta yang penuh dedikasi. Orang tua harus bersedia meluangkan waktu dan energi untuk memastikan anak-anak mereka tumbuh menjadi pribadi yang berakhlak mulia dan memiliki keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat. Nasih Ulwan juga mengingatkan bahwa mendidik anak adalah sebuah proses yang membutuhkan ketekunan dan kesabaran luar biasa.

Contoh dedikasi dalam cinta kepada remaja bisa terlihat dalam tindakan sehari-hari yang sederhana tetapi bermakna. Misalnya, orang tua atau pendidik yang meluangkan waktu setiap hari untuk berbicara dengan anak remaja mereka, meskipun mungkin hanya untuk mendengarkan keluh kesah atau cerita tentang teman-teman mereka. Hal ini menunjukkan bahwa orang tua peduli, dan tidak hanya tertarik pada hasil akademik atau prestasi, tetapi juga pada kesejahteraan emosional anak. Dengan cara ini, remaja merasa dihargai dan dicintai, bahkan dalam hal-hal yang mungkin tampak kecil bagi orang tua.

Penelitian menunjukkan bahwa remaja yang menerima dukungan emosional dari orang tua mereka cenderung mengembangkan hubungan keluarga yang lebih sehat dan lebih baik mengatasi tekanan eksternal. Dukungan orang tua meningkatkan kecerdasan emosional dan harga diri, yang sangat penting untuk mengelola stres dan menumbuhkan ketahan(Gaur & Gupta, 2024)]. Ini membuktikan bahwa cinta yang diiringi dedikasi memberikan dampak signifikan pada kesejahteraan psikologis remaja, yang pada akhirnya memperkuat ikatan antara orang tua dan anak.

Selain itu, dedikasi dalam cinta juga berarti memberikan ruang bagi remaja untuk tumbuh dan berkembang. Orang tua dan pendidik yang berdedikasi tahu bahwa cinta bukan berarti mengontrol setiap aspek kehidupan anak, tetapi memberi mereka kebebasan untuk membuat keputusan sendiri sambil tetap memberikan arahan yang bijaksana. Misalnya, jika seorang anak ingin mengejar hobi atau minat yang baru, orang tua yang penuh dedikasi akan mendukungnya, meskipun mungkin itu bukan hal yang diharapkan dari sudut pandang orang tua. Dengan memberikan kebebasan yang disertai bimbingan, remaja merasa bahwa cinta orang tua tidak bersyarat dan tidak terikat pada harapan tertentu.

Cinta yang penuh dedikasi juga tercermin dari bagaimana orang tua dan pendidik mendukung perkembangan spiritual anak-anak mereka. Pada masa remaja, anak-anak mulai mempertanyakan banyak hal, termasuk nilai-nilai spiritual (baca Keimanan) yang diajarkan oleh orang tua sejak kecil. Di sinilah peran orang tua dan pendidik menjadi sangat penting dalam memberikan bimbingan yang bijaksana dan penuh kasih. Orang tua dan pendidik yang berdedikasi akan tetap sabar meskipun anak-anak mereka sedang dalam fase pemberontakan atau kebingungan spiritual. Dengan cinta dan dedikasi, orang tua bisa memberikan penjelasan yang masuk akal dan mendukung perkembangan iman remaja tanpa memaksa atau menghakimi.

Dalam konteks ini, Syaikh Abdullah Nasih Ulwan menekankan pentingnya menanamkan akhlak dan nilai-nilai agama kepada anak-anak sejak dini, tetapi dengan metode yang lembut dan penuh kasih sayang. Beliau menjelaskan bahwa orang tua harus menjadi contoh dalam menjalankan ibadah dan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari, sehingga anak-anak bisa melihat secara langsung bagaimana agama mempengaruhi kehidupan mereka. Ini adalah bagian dari dedikasi orang tua dalam mencintai anak-anak mereka, dengan tidak hanya mengajarkan tetapi juga menjadi teladan nyata.

Salah satu bentuk dedikasi cinta yang lain adalah konsistensi dalam mendukung cita-cita dan impian remaja, bahkan ketika cita-cita itu berbeda dari harapan orang tua. Banyak orang tua yang merasa khawatir ketika anak-anak mereka memilih jalur hidup atau karier yang berbeda dari yang diinginkan. Namun, cinta yang penuh dedikasi adalah cinta yang menghargai impian anak-anak dan mendukung mereka untuk berkembang sesuai minat dan bakat mereka sendiri. Misalnya, jika seorang anak ingin mengejar karier di bidang seni, sementara orang tua lebih mengharapkan anak mereka berkarier di bidang akademik, orang tua yang penuh dedikasi akan tetap memberikan dukungan, asalkan jalur yang dipilih anak tetap dalam bingkai nilai-nilai moral dan agama.

Penelitian menunjukkan bahwa dukungan orang tua secara signifikan mempengaruhi kepercayaan diri dan kualitas hubungan anak-anak, terutama ketika anak-anak mengejar mimpi yang berbeda dari harapan keluarga. Studi menunjukkan bahwa dukungan pragmatis dari orang tua meningkatkan kepercayaan remaja pada diri mereka di masa depan, yang mengarah pada efikasi diri dan aspirasi yang lebih baik(Zhu et al., 2014) (Nafiah & Izzaty, 2024). Ini menunjukkan bahwa cinta yang didedikasikan untuk mendukung perkembangan anak secara utuh—baik fisik, emosional, intelektual, maupun spiritual—akan memberikan hasil yang positif dalam jangka panjang.

Selain memberikan dukungan, dedikasi dalam mencintai remaja juga berarti memberikan mereka kesempatan untuk belajar dari kesalahan. Orang tua yang penuh cinta tidak akan terlalu melindungi anak-anak mereka dari kegagalan atau kekecewaan. Sebaliknya, mereka akan membiarkan anak-anak mengambil risiko yang wajar, menghadapi kegagalan, dan belajar dari pengalaman tersebut. Sebagaimana Allah SWT memberikan ujian kepada hamba-Nya untuk memperkuat iman dan keteguhan hati mereka, begitu pula orang tua yang berdedikasi akan membimbing anak-anak mereka untuk menjadi lebih kuat melalui pengalaman hidup, termasuk menghadapi kesulitan.

Contoh praktisnya adalah ketika seorang anak gagal dalam ujian atau tidak berhasil dalam kompetisi yang mereka ikuti. Orang tua dan pedidik yang penuh dedikasi tidak akan marah atau mengecewakan anak, tetapi akan berkata, “Ini adalah bagian dari perjalananmu. Kegagalan ini bukan akhir, tapi pelajaran yang berharga. Kami di sini untuk mendukungmu, dan kami tahu kamu bisa bangkit dan menjadi lebih baik.” Sikap seperti ini menunjukkan cinta yang tidak bersyarat dan memberikan anak-anak kepercayaan bahwa mereka tidak sendiri dalam menghadapi tantangan hidup.

Penutup, cinta kepada remaja adalah tentang dedikasi yang penuh kesabaran, pengorbanan, dan ketulusan. Orang tua yang mencintai anak-anak mereka dengan dedikasi tidak hanya hadir secara fisik, tetapi juga emosional dan spiritual. Mereka memberikan bimbingan yang bijaksana, mendukung impian anak, dan memberikan ruang bagi anak-anak untuk belajar dari kesalahan mereka. Cinta yang penuh dedikasi adalah cinta yang tidak pernah lelah memberi, bahkan ketika tantangan muncul, karena cinta itu berakar pada tujuan yang mulia: membantu anak-anak menjadi pribadi yang berakhlak mulia, kuat, dan mandiri dalam menjalani kehidupan yang diridhai Allah SWT.

Allahu a`lam.

Sobat pendidik, bila menemukan ketidak sesuaian mohon koreksinya..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun