Mohon tunggu...
Arif Prabowo
Arif Prabowo Mohon Tunggu... Administrasi - UIN KH Abdurrahman Wahid, Yayasan Al Ummah, PAUD IT/ TKIT/ SDIT Ulul Albab, SMP/SMA IT Assalaam Boardinng School

Menyukai pengelolaan Sumber Daya Manusia, Keluarga, Keayahan, masih belajar pendidikan yang bijak di era berlimpahnya informasi

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Bagaimana Mencintai Remaja? Pendekatan Bijak dan Penuh Kasih

24 September 2024   08:35 Diperbarui: 24 September 2024   08:38 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bismillah,

Remaja adalah masa di mana seseorang berada di antara masa kanak-kanak dan dewasa, sebuah fase yang penuh gejolak emosional dan pencarian identitas. Bapak/ Ibu, yang punya atau pernah punya anak remaja tentu pernah merasakan hal ini.  Bagi para orang tua dan pendidik, memahami bagaimana cara mencintai remaja sering kali menjadi tantangan tersendiri. Cinta kepada remaja bukan hanya soal memberi, melindungi, atau mengarahkan mereka; cinta yang sejati membutuhkan pendekatan yang bijak, penuh kesabaran, dan pengertian mendalam terhadap perkembangan emosional dan psikologis mereka.

Dalam Islam, mencintai remaja berarti mencontohkan cinta yang penuh kelembutan, tetapi tetap memberikan batasan yang jelas. Rasulullah SAW adalah teladan utama dalam mendidik generasi muda dengan cinta dan pengertian yang mendalam. Beliau bersabda, "Tidaklah kasih sayang dicabut kecuali dari orang yang keras hati" (HR. Abu Dwud dan Tirmidzi). Ini menegaskan bahwa kasih sayang harus menjadi dasar utama dalam setiap interaksi kita dengan remaja dalam hal ini, bahkan ketika mereka menunjukkan sikap yang mungkin sulit untuk dipahami.

Namun, cinta kepada remaja bukan berarti memanjakan mereka atau menutup mata terhadap kesalahan yang mereka buat. Sebaliknya, cinta yang dalam berarti memberikan ruang bagi remaja untuk tumbuh, belajar dari kesalahan, dan mengeksplorasi diri mereka sendiri. Dalam psikologi perkembangan, hal ini disebut dengan "cinta yang mendukung kemandirian". Remaja perlu merasa dicintai dan didukung, tetapi mereka juga perlu diberi kebebasan untuk membuat keputusan sendiri, dengan tetap ada bimbingan dari orang tua. Remaja mendapat manfaat dari interaksi yang mendukung otonomi, yang meningkatkan suasana hati dan kesejahteraan psikologis mereka secara keseluruhan(Kaap-Deeder et al., 2023) ("A Moment of Autonomy Support Brightens Adolescents’ Mood: Autonomy Support, Psychological Control and Adolescent Affect in Everyday Life", 2022)..

Mencintai remaja berarti pula memahami bahwa mereka sedang dalam proses pencarian identitas diri. Mereka ingin merasa diakui, didengar, dan dihargai, bahkan ketika pendapat mereka berbeda sekalipun . Sebagai orang tua atau pendidik, kita perlu membuka ruang dialog yang jujur dan terbuka kepada mereka. Tanyakan pendapat mereka tentang hal-hal yang mereka pedulikan, dengarkan cerita mereka dengan penuh perhatian, dan hindari menghakimi. Menurut Imam Al-Ghazali, salah satu prinsip penting dalam mendidik anak adalah mendekati mereka dengan penuh kesabaran dan pengertian, karena emosi dan pikiran mereka sedang berkembang. Prinsip-prinsip Al-Ghazali menyoroti perlunya pendidik untuk mendekati anak-anak dengan kelembutan dan kesabaran, membina lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan emosional (Nurhikmah, 2024).  Ketika remaja merasa bahwa mereka didengarkan, mereka lebih dimungkinkan untuk terbuka dan menerima nasihat.

Contoh praktis mencintai remaja adalah ketika mereka menghadapi kegagalan. Daripada  marah atau menyalahkan, orang tua bisa menunjukkan dukungan emosional dengan berkata, “Kamu sudah berusaha dengan baik, dan kegagalan ini bukan akhir dari segalanya. Apa yang bisa kita pelajari dari sini?” Sikap seperti ini bukan hanya memberikan dukungan moral, tetapi juga menunjukkan kepada remaja bahwa mereka dicintai tanpa syarat, bukan hanya karena keberhasilan mereka. Ayah bunda memang untuk menciptakan respon seperti ini kita harus belajar, namun yang lebih penting pemahaman kita tentang hal ini harus kita punyai.

Selain itu ayah bunda, remaja sering kali terpengaruh oleh lingkungan dan teman sebaya. Maka di sinilah orang tua perlu menunjukkan cinta dengan tetap mengawasi tanpa terlalu mengontrol. Misalnya, ketika remaja ingin terlibat dalam kegiatan di luar rumah, orang tua bisa memberikan izin tetapi dengan batasan yang jelas, seperti “Boleh, tapi pastikan kamu pulang tepat waktu dan beri kabar secara berkala.” Pendekatan ini menunjukkan bahwa orang tua mempercayai mereka, tetapi tetap menjaga tanggung jawab. Ini adalah bentuk cinta yang mengajarkan remaja tentang kepercayaan dan batasan yang sehat.

Mecintai Remaja berarti pula memahami bahwa mereka berada dalam fase perkembangan yang penuh dengan tekanan dari lingkungan sosial dan dorongan internal. Pada fase ini, mereka cenderung lebih respek dengan pendapat orang lain, terutama teman sebaya, dan mereka ingin diakui dalam kelompok pergaulan mereka ( pernah kami tulis di tema clique dan crowd) . Di sinilah peran penting orang tua dan pendidik untuk membangun rasa percaya diri dan kemandirian remaja, tanpa membuat mereka merasa dikekang atau dibatasi secara berlebihan.

Pendekatan yang efektif dalam mencintai remaja adalah dengan memberi mereka ruang untuk mengekspresikan diri, sekaligus memberikan arahan yang lembut tetapi tegas. Menurut Syaikh Abdullah Nasih Ulwan dalam Tarbiyatul Aulad fil Islam, orang tua harus menjadi teladan dalam hal akhlak dan kehidupan spiritual, sambil tetap menjaga komunikasi yang baik dengan anak-anak mereka. Beliu mengidentifikasi lima metode pendidikan, termasuk perilaku pemodelan, yang menggarisbawahi pentingnya contoh orang tua dalam membentuk karakter anak (Tamirih et al., 2023)]. Ini berarti, orang tua perlu mencontohkan bagaimana mereka menatap dunia dengan bijaksana, tanpa harus memaksakan cara pandang yang sama kepada anak-anak mereka. Ketika orang tua menunjukkan akhlak yang baik dan kebijaksanaan dalam menghadapi masalah, remaja akan lebih mudah menerima nasihat dan arahan.

Contoh praktis dari mencintai remaja dalam konteks ini adalah dengan memberi mereka kesempatan untuk membuat keputusan sendiri dalam hal-hal yang tidak berisiko besar. Misalnya, ketika memilih kegiatan ekstrakurikuler atau klub di sekolah, (kalau memilih sekolah bagaiaman? Kita perlu diskusi lanjut ayah bunda) orang tua bisa memberikan panduan, tetapi tetap membiarkan anak memutuskan apa yang ingin mereka coba. Orang tua bisa berkata, “Kami percaya kamu akan membuat pilihan yang baik, tapi jika kamu butuh pandangan atau saran, ayah bunda siap ada di sini.” Sikap seperti ini menunjukkan bahwa orang tua memberi kebebasan yang penuh tanggung jawab, tetapi juga siap mendukung dan memberikan arahan jika diperlukan.

Ayah bunda Selain itu, penting bagi kita para orang tua atau  pendidik untuk terus menunjukkan cinta kepada remaja dengan konsistensi. Remaja cenderung menghargai aturan yang adil dan konsisten, karena hal ini membantu mereka merasa aman dan dipahami. Remaja di lingkungan pengasuhan merasa diterima, akan mendorong mereka untuk berkomunikasi secara terbuka dengan orang tua mereka. Penerimaan ini sangat penting untuk mengembangkan identitas dan harga diri mereka(Charkhalashvili, 2023). Konsistensi ini bisa diwujudkan dalam hal-hal kecil, seperti mengingatkan mereka tentang tanggung jawab di rumah atau menetapkan waktu penggunaan gawai, tetapi dengan cara yang penuh kasih dan tidak memaksa.

Remaja juga perlu merasa bahwa cinta dari orang tua dan pendidik tidak bersyarat. Dalam menghadapi berbagai tantangan hidup, mereka mungkin saja mengalami kesalahan, kekecewaan, atau bahkan kegagalan. Pada titik-titik inilah cinta yang tulus dari orang tua sangat dibutuhkan. Ketika seorang remaja jatuh atau gagal, kata-kata yang penuh cinta seperti, “Kami di sini untukmu, dan kami tahu kamu bisa bangkit lagi,” bisa  menjadi dorongan besar bagi mereka untuk mencoba lagi dan bangkit. Ayah bunda , Ini menunjukkan bahwa cinta orang tua tidak tergantung pada kesuksesan atau kegagalan anak, melainkan pada dukungan yang berkelanjutan.

Disisi lain, penting juga diingat bahwa mencintai remaja tidak berarti selalu meng”iya”kan atau membiarkan mereka melakukan apa pun yang mereka inginkan. Cinta yang sejati adalah cinta yang melindungi dan memberikan arahan yang tepat. Sebagaimana yang disampaikan oleh Imam Al-Ghazali, pendidikan anak harus dilakukan dengan kebijaksanaan, di mana orang tua tahu kapan harus memberikan kelembutan dan kapan harus menetapkan batasan. Terkadang, batasan yang jelas adalah bentuk cinta yang paling besar, karena itu membantu remaja memahami tanggung jawab mereka dalam hidup.

Sebagai penutup, cara mencintai remaja yang paling efektif adalah dengan menggabungkan kebebasan dan batasan yang sehat, mendukung mereka tanpa syarat, dan menunjukkan konsistensi dalam aturan serta kasih sayang. Dengan cinta yang penuh pengertian dan kebijaksanaan, kita tidak hanya akan membantu remaja menemukan jati diri mereka, tetapi juga membentuk mereka menjadi individu yang bertanggung jawab, berakhlak, dan siap menghadapi tantangan kehidupan dengan ketenangan hati dan pikiran.

Allahu a`lam bishowwab.

Sobat Sobat Budiman, bila ada yang tidak pas mohon koreksinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun