Bismillah,
Remaja adalah masa di mana seseorang berada di antara masa kanak-kanak dan dewasa, sebuah fase yang penuh gejolak emosional dan pencarian identitas. Bapak/ Ibu, yang punya atau pernah punya anak remaja tentu pernah merasakan hal ini. Bagi para orang tua dan pendidik, memahami bagaimana cara mencintai remaja sering kali menjadi tantangan tersendiri. Cinta kepada remaja bukan hanya soal memberi, melindungi, atau mengarahkan mereka; cinta yang sejati membutuhkan pendekatan yang bijak, penuh kesabaran, dan pengertian mendalam terhadap perkembangan emosional dan psikologis mereka.
Dalam Islam, mencintai remaja berarti mencontohkan cinta yang penuh kelembutan, tetapi tetap memberikan batasan yang jelas. Rasulullah SAW adalah teladan utama dalam mendidik generasi muda dengan cinta dan pengertian yang mendalam. Beliau bersabda, "Tidaklah kasih sayang dicabut kecuali dari orang yang keras hati" (HR. Abu Dwud dan Tirmidzi). Ini menegaskan bahwa kasih sayang harus menjadi dasar utama dalam setiap interaksi kita dengan remaja dalam hal ini, bahkan ketika mereka menunjukkan sikap yang mungkin sulit untuk dipahami.
Namun, cinta kepada remaja bukan berarti memanjakan mereka atau menutup mata terhadap kesalahan yang mereka buat. Sebaliknya, cinta yang dalam berarti memberikan ruang bagi remaja untuk tumbuh, belajar dari kesalahan, dan mengeksplorasi diri mereka sendiri. Dalam psikologi perkembangan, hal ini disebut dengan "cinta yang mendukung kemandirian". Remaja perlu merasa dicintai dan didukung, tetapi mereka juga perlu diberi kebebasan untuk membuat keputusan sendiri, dengan tetap ada bimbingan dari orang tua. Remaja mendapat manfaat dari interaksi yang mendukung otonomi, yang meningkatkan suasana hati dan kesejahteraan psikologis mereka secara keseluruhan(Kaap-Deeder et al., 2023) ("A Moment of Autonomy Support Brightens Adolescents’ Mood: Autonomy Support, Psychological Control and Adolescent Affect in Everyday Life", 2022)..
Mencintai remaja berarti pula memahami bahwa mereka sedang dalam proses pencarian identitas diri. Mereka ingin merasa diakui, didengar, dan dihargai, bahkan ketika pendapat mereka berbeda sekalipun . Sebagai orang tua atau pendidik, kita perlu membuka ruang dialog yang jujur dan terbuka kepada mereka. Tanyakan pendapat mereka tentang hal-hal yang mereka pedulikan, dengarkan cerita mereka dengan penuh perhatian, dan hindari menghakimi. Menurut Imam Al-Ghazali, salah satu prinsip penting dalam mendidik anak adalah mendekati mereka dengan penuh kesabaran dan pengertian, karena emosi dan pikiran mereka sedang berkembang. Prinsip-prinsip Al-Ghazali menyoroti perlunya pendidik untuk mendekati anak-anak dengan kelembutan dan kesabaran, membina lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan emosional (Nurhikmah, 2024). Ketika remaja merasa bahwa mereka didengarkan, mereka lebih dimungkinkan untuk terbuka dan menerima nasihat.
Contoh praktis mencintai remaja adalah ketika mereka menghadapi kegagalan. Daripada marah atau menyalahkan, orang tua bisa menunjukkan dukungan emosional dengan berkata, “Kamu sudah berusaha dengan baik, dan kegagalan ini bukan akhir dari segalanya. Apa yang bisa kita pelajari dari sini?” Sikap seperti ini bukan hanya memberikan dukungan moral, tetapi juga menunjukkan kepada remaja bahwa mereka dicintai tanpa syarat, bukan hanya karena keberhasilan mereka. Ayah bunda memang untuk menciptakan respon seperti ini kita harus belajar, namun yang lebih penting pemahaman kita tentang hal ini harus kita punyai.
Selain itu ayah bunda, remaja sering kali terpengaruh oleh lingkungan dan teman sebaya. Maka di sinilah orang tua perlu menunjukkan cinta dengan tetap mengawasi tanpa terlalu mengontrol. Misalnya, ketika remaja ingin terlibat dalam kegiatan di luar rumah, orang tua bisa memberikan izin tetapi dengan batasan yang jelas, seperti “Boleh, tapi pastikan kamu pulang tepat waktu dan beri kabar secara berkala.” Pendekatan ini menunjukkan bahwa orang tua mempercayai mereka, tetapi tetap menjaga tanggung jawab. Ini adalah bentuk cinta yang mengajarkan remaja tentang kepercayaan dan batasan yang sehat.
Mecintai Remaja berarti pula memahami bahwa mereka berada dalam fase perkembangan yang penuh dengan tekanan dari lingkungan sosial dan dorongan internal. Pada fase ini, mereka cenderung lebih respek dengan pendapat orang lain, terutama teman sebaya, dan mereka ingin diakui dalam kelompok pergaulan mereka ( pernah kami tulis di tema clique dan crowd) . Di sinilah peran penting orang tua dan pendidik untuk membangun rasa percaya diri dan kemandirian remaja, tanpa membuat mereka merasa dikekang atau dibatasi secara berlebihan.
Pendekatan yang efektif dalam mencintai remaja adalah dengan memberi mereka ruang untuk mengekspresikan diri, sekaligus memberikan arahan yang lembut tetapi tegas. Menurut Syaikh Abdullah Nasih Ulwan dalam Tarbiyatul Aulad fil Islam, orang tua harus menjadi teladan dalam hal akhlak dan kehidupan spiritual, sambil tetap menjaga komunikasi yang baik dengan anak-anak mereka. Beliu mengidentifikasi lima metode pendidikan, termasuk perilaku pemodelan, yang menggarisbawahi pentingnya contoh orang tua dalam membentuk karakter anak (Tamirih et al., 2023)]. Ini berarti, orang tua perlu mencontohkan bagaimana mereka menatap dunia dengan bijaksana, tanpa harus memaksakan cara pandang yang sama kepada anak-anak mereka. Ketika orang tua menunjukkan akhlak yang baik dan kebijaksanaan dalam menghadapi masalah, remaja akan lebih mudah menerima nasihat dan arahan.
Contoh praktis dari mencintai remaja dalam konteks ini adalah dengan memberi mereka kesempatan untuk membuat keputusan sendiri dalam hal-hal yang tidak berisiko besar. Misalnya, ketika memilih kegiatan ekstrakurikuler atau klub di sekolah, (kalau memilih sekolah bagaiaman? Kita perlu diskusi lanjut ayah bunda) orang tua bisa memberikan panduan, tetapi tetap membiarkan anak memutuskan apa yang ingin mereka coba. Orang tua bisa berkata, “Kami percaya kamu akan membuat pilihan yang baik, tapi jika kamu butuh pandangan atau saran, ayah bunda siap ada di sini.” Sikap seperti ini menunjukkan bahwa orang tua memberi kebebasan yang penuh tanggung jawab, tetapi juga siap mendukung dan memberikan arahan jika diperlukan.
Ayah bunda Selain itu, penting bagi kita para orang tua atau pendidik untuk terus menunjukkan cinta kepada remaja dengan konsistensi. Remaja cenderung menghargai aturan yang adil dan konsisten, karena hal ini membantu mereka merasa aman dan dipahami. Remaja di lingkungan pengasuhan merasa diterima, akan mendorong mereka untuk berkomunikasi secara terbuka dengan orang tua mereka. Penerimaan ini sangat penting untuk mengembangkan identitas dan harga diri mereka(Charkhalashvili, 2023). Konsistensi ini bisa diwujudkan dalam hal-hal kecil, seperti mengingatkan mereka tentang tanggung jawab di rumah atau menetapkan waktu penggunaan gawai, tetapi dengan cara yang penuh kasih dan tidak memaksa.