Mohon tunggu...
Arif Prabowo
Arif Prabowo Mohon Tunggu... Administrasi - UIN KH Abdurrahman Wahid, Yayasan Al Ummah, PAUD IT/ TKIT/ SDIT Ulul Albab, SMP/SMA IT Assalaam Boardinng School

Menyukai pengelolaan Sumber Daya Manusia, Keluarga, Keayahan, masih belajar pendidikan yang bijak di era berlimpahnya informasi

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Belajar Attachment dari Anak: Menguatkan Ikatan Emosional dengan Remaja Kita

10 September 2024   11:20 Diperbarui: 10 September 2024   11:22 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bismillah,

Ayah Bunda, Bapak ibu, kemaren kita telah berbincang tentang bonding terbaik dengan remaja, bahwa bonding remaja tergantug bonding masa kecil, Cinta, belajar bonding dari ayah hebat dan belajar bonding dari ibu sejati, sekarang kita akan sharing bonding “belajar attachment dari anak”.
Attachment atau keterikatan adalah salah satu konsep penting dalam psikologi perkembangan yang menggambarkan hubungan emosional yang kuat dan tahan lama antara anak dan pengasuh utamanya, biasanya orang tua. Sejak masa bayi, anak-anak mulai membangun “attachment” ini melalui interaksi harian dengan orang tua mereka, ayah bunda mereka. 

Ikatan ini tidak hanya memberikan rasa aman, tetapi juga menjadi fondasi untuk perkembangan sosial dan emosional anak berikutya di kemudian hari. Ketika anak-anak memasuki masa remaja, pola attachment ini sering kali mengalami perubahan, dan orang tua perlu memahami bagaimana mereka bisa belajar dari pola ini untuk terus menguatkan hubungan dengan anak remaja mereka.

Pada dasarnya, attachment dibagi menjadi beberapa jenis, seperti secure attachment (keterikatan aman) dan insecure attachment (keterikatan tidak aman). Anak yang memiliki secure attachment dengan orang tua mereka cenderung merasa lebih aman, lebih percaya diri, dan lebih mudah menjalin hubungan yang sehat dengan orang lain di masa remaja. 

Penelitian dari Journal of Child Psychology and Psychiatry menunjukkan bahwa remaja dengan secure attachment cenderung memiliki kesejahteraan emosional yang lebih baik dan lebih sedikit terlibat dalam perilaku berisiko dibandingkan dengan remaja dengan insecure attachment . Keterikatan yang aman terkait dengan regulasi emosional yang lebih baik dan risiko psikopatologi yang lebih rendah, termasuk kecemasan dan gangguan penggunaan narkoba (Auxilia & Mishra, 2024). Sebaliknya, gaya keterikatan yang tidak aman dikaitkan dengan peningkatan kerentanan terhadap masalah internalisasi, seperti depresi dan perilaku bunuh diri(Filho et al., 2023)

Dalam konteks pengasuhan Islami, penting bagi orang tua untuk memahami bahwa keterikatan yang sehat tidak hanya terbentuk dari pemenuhan kebutuhan fisik, tetapi juga dari pemenuhan kebutuhan emosional dan spiritual. Anak-anak perlu merasa bahwa mereka dicintai, dihargai, dan didukung dalam perjalanan mereka menuju kedewasaan. Menariknya, kita dapat belajar tentang attachment dari cara anak-anak itu sendiri menjalin hubungan dengan orang tua mereka.

Kita coba flashback kebelakang, Ketika seorang anak kecil katakanlah itu anak kita meraih tangan orang tua mereka saat takut, mencari pelukan saat sedih, atau berlari dengan penuh semangat untuk menunjukkan gambar yang baru saja mereka buat, mereka sebenarnya sedang mengajarkan kepada kita tentang kebutuhan dasar manusia akan hubungan yang aman dan penuh kasih. 

Anak-anak mengajarkan kita untuk hadir secara penuh, baik secara fisik maupun emosional, ini fitrah. Dalam Islam, kehadiran ini adalah salah satu bentuk ibadah dan kasih sayang. Rasulullah SAW mencontohkan hal ini ketika beliau selalu menunjukkan perhatian penuh bahkan dalam interaksi sederhana dengan anak-anak di sekitarnya.

Penting bagi orang tua untuk meneruskan keterikatan ini ke masa remaja dengan cara yang lebih relevan kekinian. Misalnya, meskipun remaja sering kali ingin lebih mandiri dan tampak menjauh dari orang tua, mereka sebenarnya masih membutuhkan rasa aman dari keterikatan yang sehat. Penelitian dari American Journal of Orthopsychiatry menunjukkan bahwa remaja yang tetap merasa didukung oleh orang tua mereka cenderung memiliki kesehatan mental yang lebih baik dan lebih mampu menghadapi tantangan sosial .

Bapak ibu, ayah bunda, di zaman yang serba digital ini, menjaga attachment dengan remaja mungkin tampak lebih sulit. Namun, ada banyak cara kreatif yang dapat dilakukan, seperti berbicara melalui pesan singkat, terlibat dalam aktivitas yang mereka sukai, atau hanya menyediakan waktu untuk mendengarkan mereka dengan penuh perhatian. Ayah dan ibu yang bijak memahami bahwa attachment tidak lagi tentang pelukan atau gendongan, tetapi lebih tentang dukungan yang konsisten dan kehadiran yang tulus.

Dalam proses menjaga attachment yang kuat dengan anak remaja, orang tua juga perlu memahami bahwa setiap remaja unik dalam cara mereka mengekspresikan kebutuhan emosional mereka. Ada remaja yang secara terbuka berbicara tentang perasaan mereka, tetapi ada juga yang memilih untuk menyimpannya. Di sinilah orang tua perlu belajar dari anak-anak mereka sendiri tentang cara terbaik untuk mendekati dan mendukung mereka.

Remaja mungkin tidak selalu mengatakan bahwa mereka membutuhkan orang tua, tetapi mereka menunjukkan tanda-tanda ini melalui berbagai perilaku. Misalnya, ketika remaja tampak menarik diri atau menjadi lebih pendiam, mereka sebenarnya mungkin sedang mencari dukungan emosional secara diam-diam. Penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Research on Adolescence menunjukkan bahwa remaja yang merasa didukung secara emosional oleh orang tua mereka, meskipun tanpa komunikasi langsung yang sering, cenderung memiliki kesejahteraan psikologis yang lebih baik dan lebih sedikit risiko mengalami masalah perilaku .

Belajar dari anak berarti orang tua harus peka terhadap tanda-tanda non-verbal dan memahami bahwa setiap anak memiliki cara yang berbeda dalam mengekspresikan kebutuhan mereka. Ketika seorang remaja memilih untuk menghabiskan waktu bersama orang tua, bahkan hanya duduk bersama sambil menonton televisi atau makan malam, itu adalah tanda bahwa mereka masih merindukan kehadiran dan kasih sayang orang tua. Ibu dan ayah yang bijak akan menangkap momen-momen ini sebagai kesempatan untuk memperkuat attachment dengan cara yang alami dan tidak dipaksakan.

Dalam Islam, kita diajarkan pentingnya ihsan (berbuat baik dengan penuh kesadaran) dalam setiap tindakan, termasuk dalam interaksi dengan anak-anak. Mengutip pendapat Syaikh Yusuf Al-Qaradawi, “Keterikatan emosional yang dibangun atas dasar kasih sayang dan kesadaran akan hak-hak anak akan menumbuhkan keluarga yang harmonis dan penuh berkah.” Orang tua yang menerapkan prinsip ihsan ini dalam kehidupan sehari-hari akan lebih mudah menjaga attachment yang kuat dengan anak-anak mereka.

Selain itu, penting bagi orang tua untuk memberikan ruang bagi anak-anak mereka untuk tumbuh dan berkembang. Terkadang, attachment yang terlalu erat tanpa memberikan ruang untuk kebebasan bisa membuat remaja merasa tertekan atau terkekang. Seperti yang diajarkan dalam tarbiyah Islam, pendidikan dan bimbingan yang baik adalah yang memungkinkan anak untuk belajar dan mengeksplorasi dunia mereka sambil tetap merasakan dukungan penuh dari orang tua. Penelitian dari Stanford University mengungkapkan bahwa remaja yang diberi kebebasan untuk bereksplorasi tetapi tetap merasakan dukungan emosional dari orang tua mereka cenderung memiliki keterikatan yang lebih sehat dan berkembang menjadi individu yang lebih mandiri dan percaya diri .

Attachment yang kuat dengan anak remaja juga membutuhkan ketulusan dan keterbukaan hati dari orang tua. Orang tua tidak harus menjadi sempurna, tetapi harus autentik. Remaja cenderung lebih menghargai orang tua yang jujur tentang kelemahan dan kesalahan mereka, karena ini menunjukkan bahwa mereka juga manusia yang belajar dan bertumbuh. Dengan menunjukkan ketulusan ini, orang tua membantu anak-anak mereka untuk memahami bahwa tidak ada hubungan yang sempurna, tetapi ada upaya yang terus-menerus untuk saling mendukung dan mencintai.

Sebagai penutup, belajar attachment dari anak berarti belajar untuk hadir dengan penuh kasih sayang, mendengarkan dengan sepenuh hati, dan mencintai tanpa syarat. Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini dalam kehidupan sehari-hari, orang tua dapat membangun hubungan yang kokoh dan abadi dengan anak-anak mereka, tidak hanya selama masa remaja yang penuh tantangan, tetapi sepanjang hidup mereka. Inilah rahasia untuk menciptakan ikatan yang kuat, penuh kehangatan, dan berlimpah kasih sayang, sebagaimana yang diajarkan oleh ajaran Islam.

Allahu a`lam bishowwab. Bersambug insya Allah

Sobat Sobat Budiman, bila menemukan kesalahan mohon bantu untuk dikoreksi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun