Lebih jauh lagi, penting untuk memperkuat hubungan antara ayah dan anak melalui aktivitas bersama yang bermakna. Misalnya, mendorong ayah untuk terlibat dalam kegiatan sekolah anak, seperti menghadiri pertemuan orang tua, ikut dalam kegiatan ekstrakurikuler, atau bahkan sekadar menghabiskan waktu bersama anak di rumah. Penelitian dari Harvard University menunjukkan bahwa anak-anak yang merasa diperhatikan oleh ayah mereka cenderung memiliki keterikatan yang lebih kuat terhadap keluarga dan lebih mampu mengatasi stres serta tekanan sosial. Oleh karena itu, kegiatan yang mendorong interaksi positif dan keterlibatan langsung ayah dalam kehidupan sehari-hari anak dapat memberikan dampak yang signifikan.
Namun, bagi banyak keluarga yang menghadapi tantangan ekonomi atau sosial yang berat, harapan ini mungkin tidak selalu mudah untuk diwujudkan. Dalam hal ini, dukungan dari komunitas dan lembaga sosial sangat penting. Beberapa inisiatif komunitas Muslim di berbagai negara telah mulai menawarkan program-program dukungan keluarga, seperti konseling keluarga, kelompok diskusi ayah, dan kegiatan bersama yang dirancang untuk memperkuat ikatan keluarga. Mengutip Syaikh Salman Al-Oadah, "Masyarakat yang kuat dibangun di atas keluarga yang kuat, dan keluarga yang kuat memerlukan keterlibatan penuh dari semua anggotanya."
Selain itu, penting untuk menanamkan nilai-nilai Islam yang kuat kepada anak-anak tentang pentingnya keluarga dan peran setiap anggota di dalamnya. Anak-anak perlu diajarkan untuk menghormati kedua orang tua dan memahami bahwa meskipun ayah mungkin tidak selalu ada secara fisik, komitmen emosional dan spiritual tetap dapat dipertahankan melalui komunikasi, doa, dan cinta yang tulus. Seperti yang dinasihatkan oleh Ibnu Qayyim al-Jawziyyah, "Orang tua adalah teladan bagi anak-anak mereka; mereka adalah cermin dari perilaku yang akan mereka adopsi."
Sebagai kesimpulan, fenomena "daddy issue" atau "father hunger" adalah masalah nyata yang mempengaruhi banyak keluarga saat ini. Solusinya tidak hanya bergantung pada ayah, tetapi juga melibatkan semua pihak—ibu, guru, komunitas, dan masyarakat luas. Dengan pendekatan yang holistik, penuh kasih, dan berlandaskan nilai-nilai Islam, kita bisa membantu anak-anak tumbuh menjadi individu yang sehat secara emosional dan spiritual, meskipun tantangan kehadiran ayah kadang menjadi ujian tersendiri. Kehadiran ayah yang konsisten, baik secara fisik maupun emosional, tetap menjadi kunci penting dalam membentuk masa depan yang lebih baik bagi anak-anak kita.
Allahu a`lam bishowwab, insya Allah bersambung dengan tema seputar pegasuhan.
Sobat sobat budiman, para ayah dan pendidik, bila menemukan kekelirua, mohon koreksinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H