Beberapa saat kemudian,
Sepasang suami isteri dipanggil
Suami bergegas berdiri menuntun isterinya,
Terlihat sayangnya melebihi tinggi kelapa
Lihatlah! Sudah kronis. Tulangnya sudah tertembus akar kankernya.
Dokter memperlihatkan papan tulis bercahaya
Di sini aliran darah dan pusat syaraf
Jika operasi dipaksa tak akan selamat
Saya tak mencoba menakuti, ini se keyakinan yang saya pelajari
Tangis pun meledak!
Keluh kesah dari pasien keluar sepanas lahar;
Tentang bibir yang tak bergerak
Tentang lidah yang tak mencecap
Tentang gigi yang tak berfungsi
Tangisnya kemudian berhenti
Jadi seharusnya bagaimana? Lelaki yang menjadi suaminya menenangkan suasana
Perawat yang mengelilingi dokter serius mencatat
Kami akan beri obat penahan nyeri, hanya itu untuk saat ini
Semua tegang!
Tak ada gerakan, hampir limabelas orang dengan pikiran melayang
Masing-masing dengan pikirannya sendiri
Mungkin ada yang berkata dalam hati;
Jika harus mati, biarlah
Ini ilmu yang bermanfaat, jika nanti aku jadi dokter
Bagaimana mencari obatnya jika persediaan tak ada, padahal nyeri hebatnya menggila
Dan pikiran lain
Entah apa bunyinya....
Satu vonis dengan keyakinan jika operasi akan selamat
Ia masih berat dan menolak
Yang lainnya, sekarat
Padahal ia pasrah diapakan saja
Dokter tak kuasa berbuat apa-apa
Dalam kondisi kritis begini, apa yang mungkin terpikirkan selain mencari Tuhan
Tempat meminta pertolongan
Saat tangan-tangan ringkih menyerah mengambil peran
Polik bedah saraf kemudian lengang
Tak ada lagi panggilan
Peserta antre, entah kemana mereka pergi
Mencari selamat
Atau
Mencari mati
Aku tertegun mencari tau