Mohon tunggu...
Bledhek
Bledhek Mohon Tunggu... Operator - ____________

Pengkhayal LEPAS

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Poli Bedah Syaraf Beberapa Saat Kemudian

24 Maret 2021   22:21 Diperbarui: 25 Maret 2021   12:00 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa saat kemudian,
Sepasang suami isteri dipanggil
Suami bergegas berdiri menuntun isterinya,
Terlihat sayangnya melebihi tinggi kelapa

Lihatlah! Sudah kronis. Tulangnya sudah tertembus akar kankernya.
Dokter memperlihatkan papan tulis bercahaya
Di sini aliran darah dan pusat syaraf
Jika operasi dipaksa tak akan selamat
Saya tak mencoba menakuti, ini se keyakinan yang saya pelajari

Tangis pun meledak!
Keluh kesah dari pasien keluar sepanas lahar;
Tentang bibir yang tak bergerak
Tentang lidah yang tak mencecap
Tentang gigi yang tak berfungsi
Tangisnya kemudian berhenti

Jadi seharusnya bagaimana? Lelaki yang menjadi suaminya menenangkan suasana
Perawat yang mengelilingi dokter serius mencatat

Kami akan beri obat penahan nyeri, hanya itu untuk saat ini

Semua tegang!
Tak ada gerakan, hampir limabelas orang dengan pikiran melayang
Masing-masing dengan pikirannya sendiri

Mungkin ada yang berkata dalam hati;
Jika harus mati, biarlah
Ini ilmu yang bermanfaat, jika nanti aku jadi dokter
Bagaimana mencari obatnya jika persediaan tak ada, padahal nyeri hebatnya menggila
Dan pikiran lain
Entah apa bunyinya....

Satu vonis dengan keyakinan jika operasi akan selamat
Ia masih berat dan menolak

Yang lainnya, sekarat
Padahal ia pasrah diapakan saja
Dokter tak kuasa berbuat apa-apa

Dalam kondisi kritis begini, apa yang mungkin terpikirkan selain mencari Tuhan
Tempat meminta pertolongan
Saat tangan-tangan ringkih menyerah mengambil peran

Polik bedah saraf kemudian lengang
Tak ada lagi panggilan
Peserta antre, entah kemana mereka pergi
Mencari selamat
Atau
Mencari mati
Aku tertegun mencari tau

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun