Mohon tunggu...
Bledhek
Bledhek Mohon Tunggu... Operator - ____________

Pengkhayal LEPAS

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Konspirasi di Bilik Sunyi

17 Maret 2021   20:21 Diperbarui: 18 Maret 2021   03:36 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Konspirasi di Bilik Sunyi

Di bilik-bilik yang dijaga ketat, pakaian seragam lengkap, beberapa orang sedang diskusi

Rencana aksi, malam ini

Setelah hujan reda. Dini hari tepatnya pukul tiga. Dengan tujuan membongkar tradisi lama. Upaya modernisasi lewat jalan sunyi.

Keputusan pun berhasil diselaraskan, aksi siap laksanakan. Perlengkapan dan perbekalan telah menanti, tinggal angkat, berangkat.

Beberapa orang melirik jam dinding secara bersamaan. Mereka paham, masih tersisa beberapa jam.

Mereka tidak tahu seberapa besar reaksi dari aksinya. Dengan niat bulat, tenaga harus kuat, segar dan sehat.

Waktunya rebah memejamkan mata, rehat pemulihan semangat, bisik salah seorang di antara mereka. Dan itulah komandan tertingginya.

Rekan-rekannya percaya, jika waktunya tiba mereka pasti akan serempak dibangunkan. Lalu perintah dilaksanakan.

Perlahan tapi pasti dengkur satu persatu terdengar. Semakin lama semakin nyaring. Bersahut-sahutan. Lelah setelah perundingan dan fokus menantang, tidurnya nyenyak...

Cicak menjadi saksi, malam ini benar-benar sepi. Tidur mereka seperti orang mati. Bergeraknya hanya sesekali, ada yang menggaruk wajah, telinga, siku, dan kaki. Nyamuk sedang beraksi, padahal pertanda waktunya tiba.

Jangankan jenderal, kopral pun jika tidur mereka sama. Jangankan orang kaya, orang miskin pun tak jauh berbeda. Tidur adalah asli perwujudan manusia.

Satu jam berlalu, dua jam membisu, tiga jam, empat jam, dan pagi datang lewat jendela, hangar menerobos kulit mereka. Komandan terbangun. Kaget!

"Mengapa tak ada yang membangunkan saya!" teriaknya.

Seperti mendapat perintah komandan, semua yang hadir serempak bangun dan langsung siaga. Benar-benar seperti orang gila. Ada yang kancing bajunya terlepas, ada yang kancing celana, termasuk resletingnya. Bagaimana kontrol normal berjalan, saat tidur adalah sebagian dari kematian.

Sejak zaman purba, hingga zaman paling modern. Tidurnya penghuni malam tak pernah melakukan pemutakhiran. Yang ngorok ya ngorok saja. Yang mengigau ya mengigau saja. Iler ada di mana-mana, kadang seluas lapangan sepak bola. Berbentuk pulau-pulau di dunia.

Salah satu tradisi lama adalah waktunya tidur kita. Bagaimana membongkar tradisi ini? Siapa bisa? Jika belum sanggup mengubah tidur purba menjadi tidur zaman yang katanya sekarang. Maka tak usah ngimpi ingin mengubah zaman.

Apalagi memakai istilah konspirasi segala, membuat malu para tetangga, pada anak isteri juga.

Mutakhirkan pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan kelakuan sepertinya layak dipertimbangkan. Inilah konspirasi di bilik sunyi. Dengan diri sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun