Mohon tunggu...
Bledhek
Bledhek Mohon Tunggu... Operator - ____________

Pengkhayal LEPAS

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kubu-kubu Saling Menderu

17 Maret 2021   12:59 Diperbarui: 17 Maret 2021   23:55 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pixabay Tembok Pertahanan Kapur Bata - Foto dari Pixabay

Kubu-kubu Saling Menderu

Gerbang-gerbang pertahanan, berlapis baja, kunci sengaja dibuang hingga tak bisa terbuka

Ia bukan orang Rimba, suku Kubu dari Sumatera, Anak Dalam tersisih dalam keterasinganya, kuat menjaga budiluhur tetuanya

Jika hanya pagar kayu berlapis tanah, serangan datang hanya sekali hantam, porakporanda tak bersisa

Saat angin ribut hengkang dari pendengaran, targanti mesin-mesin olahan. Cerobong asap tinggi selalu mengepul tak mengenal hari. Di tempat inilah deru dimulai.

Menyebar berarak, rapi persis barisan tujuhbelasan. Membawa bendera, menyerahkan pada kepala negara. Kita semua hidmat hadir di seluruh penjuru nusantara

Kalau gelombang besar akan pecah setelah menghantam karang, tidak halnya dengan kubu yang alang kepalang. Sebentar lengah, gerbang berserta penghuninya pindah haluan.

Kita yang punya telinga mendengar deru desingnya. Kita yang punya mata menyaksikan geliat penabuh suara.

Kubu bukan lagi benteng pertahanan, melainkan jadi senjata untuk menyerang. Minimal atas mana, untuk sebuah dukungan.

Kini mulai tak mengenal pagi, tak lelah ketika senja.

Dalam legenda, suku Anak Dalam meninggalkan anggota keluarganya yang sekarat pindah ke belantara lainnya. Dengan anjing yang diikat, jika selamat kekang anjing akan dilepaskan. Anjing tau akan mencari kemana, memberitahu kerabat dan keluarga. Saat itu tangis dan wajah duka menyilumi mereka.

Dalam primitifnya budaya, masih ada rasa tersisa.

Hingga kubu yang saling menderu lupa di mana kaki ini terinjaknya, di mana udara ini dihirupnya. Kita tidak sedang berebut tanah, kita tidak sedang perang menyingkirkan saingan, hanya untuk segar mengambil pernapasan. Entah apa yang kubu pikirkan?

Tb, 17 Maret 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun