Mohon tunggu...
Bledhek
Bledhek Mohon Tunggu... Operator - ____________

Pengkhayal LEPAS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Satu Cerita Jadi Inspirasi Buat Sejuta

19 Februari 2021   21:23 Diperbarui: 19 Februari 2021   21:41 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Radar Banjarmasin - PROKAL.co Jangan Sibuk Mengeluh, Meniru Semangat Sang Badut Jalanan | Radar ...

Tergelitik beberapa hari lalu saya kebetulan turun gunung. Dari desa karena ingin mengambil STNK kendaraan baru, beberapa kali harus stop di perempatan yang kebetulan sedang lampu merah.

Tumben saya pikir, dua bulan lalu saya juga lewat jalan itu. Di beberapa perempatan juga sempat terjebak lampu merah. Maklum namanya duduk di belakang motor, tidak mengemudi maka mata bebas melihat dan mengamati apa saja. Tak terpikir bahkan terbayang ada badut di perempatan.

Apa sebenarnya yang terjadi. Hingga akhirnya sebelum artikel ini saya buat. Coba-coba googling. Oo, ternyata ada yang pernah viral!

Cerita tentang Rehanah yang terpaksa menjadi badut jalanan untuk membantu kehidupan keluarganya.

Seperti dirilis Kumparan.com, 28 Agustus 2020 dalam tajuk, Kisah Rehan, Bocah di Banjarmasin yang Jadi Badut Jalanan untuk Cari Nafkah. Diceritakan dengan gamblang bagaimana suka duka Rehanah membantu hidup keluarganya dengan cara menjadi badut jalanan.

Apa yang terjadi? Dari viralnya cerita itu, kini setelah sekian bulan. Seperti wabah, hampir di setiap perempatan jalan di Banjarmasin, bahkan hingga perempatan ke jalan-jalan yang ada di kabupaten di Kalimantan Selatan dihuni oleh para badut jalanan.

Kisah Rehanah memberi banyak inspirasi. Tetap saja bermula dari urusan duit. Yang paling herpikir keras tentu saja para pemilik badut. Ia akan berpikir bagaimana agar dapat menyediakan badut sebanyak-banyaknya untuk disewa-sewakan.

Beberapa tahun lalu, saya juga pernah melihat beberapa badut di pinggir jalan di Banjarmasin. Mereka tidak di perempatan melainkan di depan toko atau show room. Lucu menang. Tingkahnya mengundang banyak sorot mata. Untuk acara promosi tentu saja.

Tapi kini, badut tidak lagi hanya untuk promosi, melainkan digunakan sebagai ajang untuk mengeruk keuntungan dan mempekerjakan anak di bawah umur.

Dengan alasan apa pun, sepertinya membadut termasuk dalam kegiatan ngemis juga. Malah dengan wajah yang tertutupi mereka bisa leluasa tanpa rasa malu sama sekali.

Kita memang prihatin atas begitu banyak kesulitan hidup. Ngemis di perempatan jalan, bagaimana pun caranya, ada yang dengan membersihkan kaca mobil atau kegiatan lainnya, tetap saja ujung-ujungnya baik terang-terangan atau tersbunyi mengharap imbalan berupa uang receh.

Ternyata tidak semua yang kemudian diviralkan demi alasan kemanusian, rasa kasihan memantik kebaikan. Nyatanya malah menambah pembadut-pembadut baru yang mulai meresahkan.

Dahulu kita pernah merasa kasihan dan tergetak rada kemanusiaannya karena adanya anak jalanan yang ngamen di perempatan. Sekaeang mereka berubah bentuk. Dari ngamen ke membadut.

Kepala Seksi Operasi Satpol PP Banjarmasin, Noor Fahmi Arif Ridha menegaskan, badut jalanan melanggar Perda Nomor 4 Tahun 2015 tentang Kebersihan, Keindahan dan Ketertiban di Masyarakat. Di sana disebutkan, dilarang usaha yang mengganggu ketertiban umum. Saat dirazia, tak kurang dari 20 badut terjaring.

Ketika mereka dilarang di satu tempat tentu saja akan pindah ke tempat lain. Di banjarmasin terlarang, apalagi kalau bukan ke daerah-daerah kabupaten.

Pada saat di perempatan itu ada sebuah motor yang dikendarai anak perempuan, masih usia SMP sepertinya. Mereka didekati kemudian stang kendaraanya dipegang oleh badut. Apalagi kalau bukan memaksa untuk memberikan uang.

Tidak semacam inilah yang sunggah sangat meresahkan. Di balik semuanya kita memang kasihan dengan sulitnya penghidupan. Namun tidak serta merta memberikan peluang wabah baru yang nanti akan menjadi masalah jika dibiarkan.

Oleh karena itu, di perempatan mana pun harusnya mereka ditertibkan dan dilakukan pembinaan. Sebelum masalahnya menjadi besar dan melebar. Terutama pada pemilik badut yang menyewakan.

Mereka tentu saja bukan orang yang kekurangan.  Menyewakan sekian banyak badut tentu saja jadi lahan penghasilan baru dan sangat menguntungkan. Mulailah dari sini penertibannya. Jika pemilik badut dapat ditertibkan niscaya pada badut jalanan akan berkurang.

Demikianlah, sebuah cerita viral yang akhirnya jadi inspirasi buat sekian banyak orang. Jika inspirasi itu sebuah kebaikan pasti akan sangat menggembirakan. Tapi kalau malah menimbulkan kejelekan, tentu saja kita patut sesalkan. Tidak semua yang akan diviralkan menjadi kebaikan.

Oleh karena itu selektif dalam memberitakan pasti akan sangat bermanfaat pada waktu yang akan datang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun