Latihan terus belanjut. Bagas sudah datang. Peralatan sudah siap tinggal digunakan. Mereka membentuk formasi lingkaran.
Rintik hujan perlahan berhenti, mending tebal masih menyelimuti desa, termasuk lapangan tempat olahraga.
Perintah untuk tetap semangat diberikan pelatih. Mereka sungguh benar-benar semangat. Dua minggu lalu mereka menang lomba antar desa. Bagaslah pencetak gol terbanyak. Ia jadi tokoh paling berjasa.
####
Malam begitu mencekam. Rumah yang harusnya di tempat itu mengalun suara Bagas mengumandangkan ayat-ayat Al Quran disambut dengan haru dan kebanggan berubah dengan isak tangis.
Pelan-pelan terdengar suara surah yasin dibacakan. Isak tangis dari yang hadir satu persatu meledak dan kemudian tenggelam.
Para tamu takjiah tak ada yang tidak mengeluarkan air mata. Alangkah rasa sedih tak terkira. Harusnya mereka hadir dan menyaksikan Bagas membacakan ayat demi ayat dari Tuhannya.
Di bawah jarit batik panjang. Bagas terbujur kaku. Apa yang terjadi?
Saat menimang bola, diminta pelatih ke tengah-tengah lingkaran. Bagas mempraktikan keterampilannya. Tiba-tiba! Datang begitu tiba-tiba. Tak ada yang akan menduga. Petir menyambar tepat di tengah-tengah arena.
Tubuh kecil lincah tergeletak. Beberapa yang ada di dalam lingkaran roboh. Mereka terselamatkan. Dan, Bagaslah yang jadi korban.
Tubuhnya berasap. Sebentar kemudian menghitam. Bagas, orang yang kita ceritakan adalah siswa terbaik dalam kelasnya. Siswa yang paling rajin membantu guru menjaga ketertiban kelas, sang ketua kelas. Kini terbujur kaku di bawah jarit batik.