Sudah salah, balik marah-marah. Otorisasi dari pihak yang merasa berkuasa dalam sebuah keluarga atau dalam jenjang kepemimpinan sangat gengsi jika minta maaf. Yang paling enak ya, marah. Dengan marah dikira kesalahan akan terlupakan. Padahal dengan marah akan datang masalah baru.
Setelah salah lantas menyalahkan keadaan, padahal keadaan ya begitu-begitu saja. Hujan lah, panas lah, miskin lah, sudah dari sononya cemburuan. tabiat, dan lain-lain. Pokoknya model orang begini, keadaanlah yang dijadikan kambing hitam.
Persis banjir, yang salah adalah hujan deras. Menangetan memang! Jelas-jelas sungai dangkal, hutan gundul, got mampet, buang sampah semabarang. Eh malah hujan jadi tersangka.
Yang paling lucu adalah ketika seseorang salah kemudian diingatkan atau diberi nasihat, malah mengalihkan percakapan. Mana akan tuntas masalahnya. Kesalahan tak disadari sebagai sebuah kesalahan. Dengan mengalihkan pembicaraan kesalahan tidak akan termaafkan.
Padah niat baik dari orang yang mengingatkan adalah karena sayang dan cinta. Diharapkan terjadi perubahan perilaku di waktu tang akan datang. Jika pembicaaran dialihkan, yang ada kesalahan demi kesalahan akan terulang.
Yang mengiris hati adalah ketika salah tertangkap tangan, Siapa yang tidak kesal, sudah jelas-jelas berbohong saat dikonfirmasi tetap tidak mengaku. Bukti segunung pun jika berhadapan dengan orang seperti ini akan runtuh gunungnya. Sekali tidak ya tetap tidak! Begitulah prinsip hidupnya. Menyedihkan banget!
Kalau yang salah kemudian mendadak romantis mungkin agak menghibur. Mungkin saja setelah romantis akan ada kata maaf terucap. Masih ada sedikit harapan kebaikan. Baginya minimal sakit hati karena kesalahannya terobati. Lumayanlah....
Dan terakhir, untuk yang suka berbohong. Berbohong, siapa pun menganggap pasti sebuah kesalahan. Tak ada siapa pun orangnya di dunia ini yang mau dibohongi. Pembohong pun akan marah jika dibohongi.
Pada saat ketahuan bohongnya, bersumpah demi langit dan bumi, demi ibu pertiwi, demi segala yang diingat disebut, dan menyatakan tidak berbohong. Orang seperti inilah yang sudah menelan ludah kelapang-palang.
Bagi orang seperti ini dibunuh pun seandainnya, tetak tak akan mengakui kesalahannya.
Sering kita perhatikan, di pengadilan padahal kitab suci sudah ada di kepala. Sumpah janji terucap. Nyatanya dilanggar juga. Para pejabat, saat memegang jabatannya sebelumnya diambil sumpah. Nyatanya korupsi juga. Apa coba kalau bukan menelan ludah yang sudah kepalang.