Namanya juga dokter, jika berada di lingkungan masyarakat desa kata-katanya dipercaya oleh sebagian besar masyarakat. Kesempatan inilah yang tidak disia-siakan.
Namanya Dokter Rahmah, membuat iwak lundu yang banyak terdapat di daerah ini menjadi olahan rabuk (abon). Sambil melakukan penelitian bagaimana dampak konsumsi rabuk lindu terhadap peningkatan gizi anak.
Alhasil, selama satu bulan melalui alat evaluasi yang dirancangnya diberi nama 'Bunda Siti' kependekan dari 'Buku Panduan Pemantauan Status Gizi' yang menjadi pegangan petugas medis membuktikan bahwa, dari 11 balita yang gizinya masuk zona merah dimonitor dalam satu bulan ini disarankan mengonsumsi abon ikan Lundu olahan Rahmah, sekitar tujuh anak mengalami peningkatan berat badan.
Tentu saja faktor yang mempengaruhi berat badan sangat banyak. Namun gambaran ini sedikit banyak dapat dijadikan cermin bahwa konsumsi ikan dan peningkatan gizi berpengarus signifikan.
Inovasi yang dilakukan dokter Rahma yang dirilis oleh banjarmasin.tribunnwes.com dengan tajuk Inovasi Dokter Cantik Tanahlaut, Ikan Lundu Diolah Abon Atasi Gizi Buruk Balita (Minggu, 17 Februari 2019) mendapat rerspon masyarakat Kalimantan Selatan.
Setelah setahun berlalu, kini banyak sekali kita temukan jenis merek olahan dari rabuk iwak lundu. Mengingat hampir semua kawasan yang ada di Kalsel melimpah iwak lundunya.
Saat iwak lindu yang tidak berharga menjadi rabuk lundu, memiliki gizi yang tinggi dan harga jual yang lumayan mahal. Untuk 0.25 kilogram harganya Rp 60.000. Salah satu inovasi yang luar biasa bagi terciptanya olahan dan komoditas ekonomi masyarakat.
Tentu saja membuka peluang lapangan kerja baru demi meningkatkan ekonomi keluarga. Jika digeluti dalam skala besar nantinya pasti akan sangat menguntungkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H