Sepertinyang Ardani warga Desa Batakan lakukan, dengan yang mulanya memiliki seekor kuda yang dibelikan ayahnya dari Pulau Masalembu, Jawa Timur. Kini jumlah kudanya mencapai belasan ekor.
Enam ekor kudanya mampu menarik kereta kuda melayani pengunjung pantai Batakan berkeliling. Dua melayani pengunjung yang ingin berkuda sendirian.
Langkanya kuda di Daerah Kalsel tentu saja jadi daya tarik sendiri bagi anak-anak dan remaja untuk menaikinya secara langsung. Apalagi berjalan di bibir pantai yang terhampar sangat panjang.
Padahal jika di Desa Sungkai dikembangkan lagi peternakan Kuda dan mengembalikan Kuda Sungkai menjadi ikon desa ini sungguh merupakan langkah inovasi dalam rangka mengangkat kesejahteraan waega masyarakat desa.
Kondisi geogeafis Desa Sungkai yang merupakan dataran tinggi dan berbukitan pasti akan sangat indah jika dikelola menjadi obyek wisata. Tentu saja dengan kuda yang banyak berkeliaran jadi peliharaan warga.
Oleh karena itu, jika Sungkai jadi sentra peternakan kuda dan menjadi daerah wisata maka warga Kalimantas Selatan tidak perlu jauh-jauh lagi ke tempat wisata yang ada di luar Kalimantan.
Lucu saja, ketika ditanya kenapa kamu ke sana? Jawabnya, saya ingin menunggangi kuda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H