Yang Tertatih dan Merintih Lirih
Pasar pagi
Embun jatuh di sela rintik gerimis
Dingin menusuk tulang sumsum
Tidak bagi mbok buruh gendong
Keringat telah mengucur
Bahkan sebelum jago kluruk bagunkan alam
Pikap hilir mudik membongkar sayuran
Lalu pergi meninggalkan para mbok rebutan
Untuk 10 ribu kantuk malam
Ia korbankan
Baca Juga Ingatan; yang Teringat....
Kali ini pasar terasa sepi
Yang hilir mudik hanya becak dengan atap dilungkun
Sambil bersenandung, "Rek ayo rek, mlaku-mlaku nang tunjungan, Ayo Rek...."
"Lapo dolan!" teriak Mbok gendong
"Melu? Hayuk, Ngko sore!" jawab Abang becak
"Awas lek ra ngajak aku!" sambil mengepalkan jari,
Separonya tertutup jarit basah oleh keringat
(Bukan oleh angkutan berat, tapi oleh lari-lari mengejar pikap)
Teriakan dan sahutan adalah basa basi
Mereka tau, kalau hari ini pendapatan sepi
Hanya butuh berhibur diri
Biar rintih tangis tak ada yang mendengari
Apa-apa mahal
Kita bisa apa
Sementara upah tak nambah-nambah
Lek, ngene terus bongko sidak e...
Hanya gumam dalam riuh
Tak seorang pun terpengaruh
Termasuk kita
TB, 5 Pebruari 2021
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI