4 Pebruari 2021
Dini Hari
Pengalaman ini aku ceritakan agar menjadi pelajaran dan perhatian pembaca. Semoga kejadian serupa tidak terulang. Terutama bagi mereka yang biasa ke luar rumah di malam hari. Apalagi jika tempat tinggal mereka berada di pinggiran hutan.
Tidak cuma di pinggiran hutan sebenarnya, bagi yang sering berjalan-jalan malam hari tepi sungai yang masih lebat semak belukarnya diharapkan hati-hati.
Kejadian ini sungguh-sungguh terjadi, jika mengenangnya hingga saat ini pun aku masih saja bergidik. Betapa tidak, tanpa diduga tanpa dinyana seperti kekelawar terbang. Seekor ular melintas dekat wajah.
Baca Juga Sekilas Mengingat...
Maklumlah, memancing malam hari memang penuh dengan tantangan dan bahaya, tapi namanya hobi ya mau bagaimana lagi. Tetap hati-hati, sudah pasti itu.
5Â Desember 2020
Beberapa jam sebelumnya.
Siang itu memang desa kami diguyur hujan deras setelah beberapa hari tidak ada hujan. Biasanya jika hujan siang hari sangat deras, sungai-sungai kecil  (kami menyebutnya selokan) dialiri oleh air hujan yang sangat keruh dan deras.
Pada saat seperti itu biasanya ikan yang aktif pada malam hari akan keluar dari persembunyiannya. Kondisi ikan sangat lapar setelah beberapa hari bersembunyi dalam liang.
Pada kesempatan seperti itulah warga desa, khususnya para pemancing menyiapkan diri mencari cacing sebagai umpan. Aku termasuk salah satunya.
Ikan yang kami pancing antara lain, ikan lele, lampuk (lais), keting, dan ikan lainnya. Sebagian besar memang ikan lele.
Selepas Isya
Begitu perbekalan dan perlengkapan lengkap, aku berangkat bersama dua ponakan. Mancing malam hari memang sangat berbahaya jika berangkat sendirian. Apalagi jika medan spot mancingnya berada di bawah pohon.
Jika di tanah lapang, tidak banyak pohon besar memang tak seberapa menakutkan. Jika pun ada ular, sudah diantisipasi dengan menggunakan sepatu bot.
Ular yang paling berbahaya aladah ular weling. Kami menyebutnya ular tangkal mas. Keunikan ular ini adalah begitu melihat cahaya, ular tersebut akan berjalan menuju sumber cahaya.
Entah apa maksudnya, yang jelas jika ada senter atau suar, kemudian berpapasan atau berdekatan dengan ular tersebut. Ular itu akan menyambar cahaya di hadapannya.
Ular Weling menjadi salah satu jenis ular yang pasif saat siang hari dan aktif pada malam hari.
Katanya, ular weling memiliki bisa yang mematikan. Berbeda dengan bisa kobra, bisa weling justru tidak menimbulkan sakit berlebihan atau bengkak di sekitar luka, tetapi dapat berakibat fatal. Artinya, bisa ular weling memiliki tingkat kematian yang tinggi.
Cara kerja bisa ular weling, saat bisa masuk ke tubuh mangsa, bisa itu akan membuat gejala-gejala keracunan, seperti kelopak mata yang memberat, kesulitan menelan, dan belakangan, kesulitan untuk bernafas, serta pada akhirnya kegagalan kerja jantung.
Jika mancing di malam hari, ular inilah yang paling ditakuti. Kehadirannya memang tidak bisa diduga. Ukurannya yang relatif tidak besar (jarang warga menemukan ukuran ular hingga pergelangan tangan orang dewasa).
Yang sering ditemukan warga desa paling besar seukuran pergelangan tangan. Cilakanya, ular dalam ukuran kecil, sangat gesit dan lincah. Inilah yang sangat membahayakan.
Menjelang tengah malam
Ikan lele sepertinya sungguh berpasangan dengan ular weling. Nyatanya ikan lele sangat betah berada di aliran sungai yang di atasnya rimbun. Sementara ular weling paling senang juga berada di ranting dan dahan yang menjorok ke sungai.
Malam itu kami benar-benar panen ikan lele. Begitu umpan dilempar tak menunggu lama segera di sambar ikan. Mau tidak mau senter yang ada di kepala sering dinyalakan untuk melepaskan ikan dari pancing.
Pada saat pertama kali datang ke spot itu memang kondisi sekitar sudah kami periksa dengan teliti. Siapa tau ada ular melingkar di antara dahan dan ranting. Nyatanya aman, tidak ada tanda ular di sekitaran kami.
Mungkin karena terlalu seringnya senter menyala, ular yang berada agak jauh dari tempat kami mendekat.
Senter yang menempel di dahi otomatis akan bergerak ke mana saja mata memandang. Kadang ke atas, kadang ke bawah, yang jelas ke segala arah.
Waktu itu tidak ada gemerisik gerakan ular. Bisa jadi karena tertutup oleh derasnya suara arus sungai, suara ular mendekat tak terdengar.
Saat asyik-asyiknya memasang umpan dan menarik ikan, tiba-tiba ada sekelebatan hitam lewat di depan wajahku.
Tentu saja aku terperanjat dan berdiri. Begitu aku berdiri, ponakanku bertanya, "Kita pindahkah?" Sambil dia yang masih jongkok menyalakan senter di kepalanya.
Tiba-tiba, aku belihat sangat jelas ada ular yang melintas di depan wajahnya. Terang saja aku berteriak, "Ular! Ada ular!" Sambil melangkah mundur.
Ponakanku paham, jika ada ular berarti itu ular weling. Tanpa dikomando, segera senter dimatikan. Dia pun berdiri. Minimal menjauhi jangkauan ular jika ia ingin menyambar.
Karena senter dimatikan, pasti suasana menjadi gelap gulita. Dengan suara pelan ponokanku bertanya, "Gimana?" Kami benar-benar mematung, tak berani melakukan gerakan. Takut kalau bergerak malah dianggap mengancam keselamatan ular. Akhirnya ular akan menggigit apa pun yang terlihat bergerak.
Suasana saat itu benar-benar mencekam. Ponakanku yang lain berada agak jauh dari kami berdua. Mendengar suara ribut-ribut, ia pun mendelat. Sama persis, senter juga di kepalanya.
Maka begitu ular itu mengarah ke tempatnya, kami berdua bergegas membereskan peralatan dan perlengkapan mancing kami. Buru-buru meninggalkan tempat itu. Kami berdua tak berani menyalakan senter yang ada di kepala.
Untuk menarik perhatian ular tersebut, senter yang ada di kepalaku aku nyalakan dan aku lempar ke arah rerumputan tak jauh dari ular tersebut. Dan usahaku berhasil. Ular yang mulanya mengejar ponakanku terlihat berbalik arah menuju senter yang menyala.
Sungguh mengerikan melihat ular sebesar baterai senter melilit senter yang aku lempar tadi. Keringat dingin mengucur dari seluruh tubuhku. Ponakanku berdua apa lagi. Pasti bajunya juga basah kuyup oleh keringat karena ketakutan.
Tanpa menunggu ular pergi, kami bergegas meninggalkan tempat itu dengan meninggalkan senter yang masih menyala.
Beruntung kami bertiga selamat dari ganasnya ular weling ini.
Semenjak itu, aku dan kedua ponakanku tak pernah lagi mancing menggunakan senter yang ditaruh di kepala. Jika pun mancing malam hari, senter dinyalakan jauh dari badan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI