Kepala yang Tidak Ada Harganya!
Pada saat bangsa Barbar berkuasa, kekejaman benar-benar makanan. Kebiadaban tersuguh dalam secawan kenikmatan. Menindas, membunuh dengan memenggal kepala adalah paling sopan. Mutilasi jadi hinaan keji.
Perang antar suku berebut kuasa pemandangan biasa. Yang kalah darah tertumpah, sisa wanita dan anak jadi budak.
Suatu ketika Anatolian keluar dari rumahnya, begitu muncul ayahnya mendekatinya dan berkata, "Apakah kau telah mengalirkan darahnya?"
Dengan gerakan cepat Anatolian mengayunkan pedang dan memenggal kepalanya. Kemudian ia berjalan pergi dengan pedang yang berlumur darah tergenggam di tangan.
Baca Juga Fiksiana Setali Tiga Uang
Ketika orang-orang melihat pedang yang masih berlumur darah, mereka berkata, "Kau bilang akan kembali membawa kepalanya? Mana kepala yang kau katakan itu?"
"Ini kepala yang aku janjikan," jawab Anatolian.
"Engkau membawa ini dari tempat itu?"Â Satu di antara mereka bertanya.
"Tidak," jawab Anatolian, "Ini bukan kepala beliau, tapi kepala orang lain."
Lihatlah sekarang, apa yang menjadi tujuan Anatolian. Lalu apa yang menjadi kehendak Tuannya.
Anatolian bergegas menuju Tuannya dengan pedang terhunus.
Dia jatuh jadi mangsa Tuannya, karena nasib mujurnya,
Ia beruntung dengan pandangannya
Sekarang apabila kau ditanya, apa yang telah kau bawa, katakanlah, "Aku telah membawa kepala."
Apabila mereka berkata, "Kami sudah pernah melihat kepala yang ini sebelumnya," katakan pada mereka bahwa apa yang kau bawa bukan kepala yang mereka maksudkan.
Kepala ini adalah yang di dalamnya terdapat rahasia. Kalau tidak ada rahasia di dalamnya, niscaya seribu kepala pun tidak akan ada artinya. Tidak ada harganya!
Galian bertanya, "Mengapa kau penggal kepala orang itu?"
"Ia telah merendahkan ibuku, jika tidak ada kepalanya, mustahil tangannya mampu menyiksa."
TB, 29 Januari 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H