Mohon tunggu...
Bledhek
Bledhek Mohon Tunggu... Operator - ____________

Pengkhayal LEPAS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Coba Saya Jadi Bule di Bali, Pasti Koplak!

20 Januari 2021   10:36 Diperbarui: 20 Januari 2021   15:13 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Cumi, Mas e."

"Sampun intuk?"

"Dereng."

Tengah malam? ibuk-ibuk setengah tua, mancing di jembatan. Alangkah sulitnya kehidupan? Begitulah yang pertama kali terpikir dalam hati. Bagaimana mungkin? Padahal pada saat yang bersamaan banyak sekali ibu-ibu yang sedang pulas dalam selimutnya di kamar yang hangat.

Hati saya tiba-tiba tergores dalam sekali. Kami wisatawan ingin ke Bali. Apalagi kalau bukan untuk membelanjakan uang yang ada dalam dompet. Sementar ibu ini mencari penghasilan dengan memancing cumi.

Para pemancing cumi pasti mengerti. Cumi sangat jarang ditemukan. Bahkan di tengah laut sekali pun jika memang tidak sedang musim cumi. Jadi bagaimana mungkin ibu ini akan dapat cumi jika tidao sedang musim cumi.

Seandainya saat itu musim cumi pastilah ibu tersebut telah mendapatkannya.

Karakteristik ikan cumi adalah apabila bertemu umpan, baik itu umpan hidup (ikan dan udang kecil), maupun umpat palsu (tiruan) cumi akan langsung memakannya. Tanpa tunggu waktu lama.

Saya pun ikut duduk nyepor di dekat ibu tersebut sambil mengajak ngobrol. Ibu itu memang sangat ramah. Dan sangat terlihat keikhalasannya meladeni obrolan dengan orang asing yang baru dikenal seperti saya.

Memancing cumi memang untung-untungan, katanya. Kadang dapat satu yang sebesar lengan. Lumayan dijual untuk beli beras. Sering malah tak mendapatkan satu pun hingga pasang dan surut air lait telah berganti. Pernah juga dapat banyak. Kalau lagi banyak dapat cumi berarti berkah buat ia dan keluarganya.

Untuk beberapa saat saya lupa soal 'sumur'. Ternyata di samping 'sumur' ada kehidupan yang getir dan terus diperjuangkan keberlangsungannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun