Mohon tunggu...
Bledhek
Bledhek Mohon Tunggu... Operator - ____________

Pengkhayal LEPAS

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Lika-liku Pikiran dan Kebebasannya

16 Januari 2021   22:49 Diperbarui: 16 Januari 2021   23:31 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

... Saat aku lihat secara jelas ratusan ribu gambar yang tampak tiada batas dan barisan tentara yang tampak tak berujung memasuki gurun, semuanya menjadi tawanan bagi satu orang, dan satu orang itu menjadi tawanan bagi pikiran yang rendah.... (Rumi)

Ketika banjir datang, pikiran pasti akan berkata, "Banjir ini adalah karena hujan deras yang tiada henti." Padahal tanpa disadari ia telah terbelenggu oleh pikirannya sendiri.

Dalam kondisi banjir yang datang, alasan lain seperti macetnya drainase oleh sampah, gunung yang gundul, serta muara sungai yang dangkal datang kemudian setelah pencermatan dan pembukaan nalar berikutnya.

Banyak dari kita berpikir bahwa kesehatan fisik jauh lebih penting dari kesehatan mental. Persepsi ini muncul mungkin karena manusia terkadang hanya fokus pada apa yang terlihat saja. Pikiran yang melahirkan persepsi.

Mempermudah logika memang tidak ada salahnya. Hidup sederhana belum tentu menjadikan penganutnya berpikor sederhana. Dalam kesederhanaan sebenarnya ada begitu banyak kerumitan.

Bagaimana ia harus memilah dan memilih yang orang lain sebut sebuah kesederhanaan. Hidup bergelimang kemewahan misalnya, tentu saja memiliki kriteria yang juga menguras pikiran. Apalagi definisi sederhana menjadi kian kompleks karena tidak ada standar baku untuk menentukannya.

Dari sini, keyakinan bahwa pikiran memiliki pengaruh. Segala bentuk yang ada hanya pengikut dan alat bagi pikiran.

Orang akan berkata, hati nurani adalah raja. Dalam tubuh ada segumpal daging. Jika baik daging tersebut maka akan baik seluruhnya. Jika rusak, maka akan rusaklah seluruhnya.

Kasus di atas berlaku untuk berperannya perasaan. Tapi tidak pada pikiran. Lihatlah bagaimana rasa cinta telah membutakan mata dan pikiran pemabuk cinta. Segalanya terlihat indah pada lahirnya menurut pengamatan dan perasaannya. Tak peduli orang lain mengatakan apa.

Tanpa pikiran segala bentuk takkan berfungsi dan menjadi benda mati. Apakah hewan memiliki pikiran. Walau tidak termasuk dalam kategori pikiran, hewan memiliki naluri untuk mempertahankan diri. Hewan juga memiliki ingatan. Dari sanalah mereka menjadikan ancaman yang pernah mencelakainya pelajaran.

Demikian juga hewan ingat siapa tuan yang menyayanginya, memberinya makan, kapan waktunya makan, dan seterusnya. Pikirannya sedang bekerja. Sementara pikiran yang dimaksud adalah naluri.

Orang yang meraih bentuk lahiriah dan tersibukkan karenanya, ia tak ubahnya benda mati. Ia tak memiliki jalan meraih substansi. Seperti anak kecil walau sudah dewasa, sepuh misalnya.

Permisalan yang tepat mungkin layak kita sandarkan pada perilaku orang gila. Apa yang mereka lakukan? Tertawa sendiri, tidak mandi, ngomong sendiri, serta melakukan perbuatan yang malah ditolak oleh akal pikiran.

Seperti orang yang sedang berjalan tapi tak tahu ke mana arah tujuannya. Ia berjalan tanpa petunjuk. Sementara pikirannnya mengembara tanpa ada sebilah jeruji penjara pun mampu mengekangnya.

Ada yang berkata, "Laki-laki berjalan dengan pikirannya. Sementara perempuan tinggal dalam rumah dengan perasaannya." Pasangan dengan perbedaan yang sangat mendasar. Hanya anugerah yang mampu menjalinkan keduanya.

Saling pengertian, saling penyayang, dan toleransi atas kelemahan dan kekurangan masing-masing menjadi petunjuk bahwa pikiran perlu tunduk pada perasaan.

Para wanita mungkin akan tersenyum lebar, telah menang dari pergolakan pikiran dan perasaan. Namun terlepas dari menang kalahnya. Tetap saja, "ribuan sinar yang menyebar hanya akan mendatangi sumbernya (bola mata)."

Akhirnya, jangan salahkan pikiran yang selalu mengembara tanpa batas, waktu dan tempat. Dimana saja, kapan saja, dan tentang apa saja. Pemilik pikiran normal pasti tak akan kecewa dibuatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun