Mohon tunggu...
Bledhek
Bledhek Mohon Tunggu... Operator - ____________

Pengkhayal LEPAS

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Lika-liku Pikiran dan Kebebasannya

16 Januari 2021   22:49 Diperbarui: 16 Januari 2021   23:31 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Demikian juga hewan ingat siapa tuan yang menyayanginya, memberinya makan, kapan waktunya makan, dan seterusnya. Pikirannya sedang bekerja. Sementara pikiran yang dimaksud adalah naluri.

Orang yang meraih bentuk lahiriah dan tersibukkan karenanya, ia tak ubahnya benda mati. Ia tak memiliki jalan meraih substansi. Seperti anak kecil walau sudah dewasa, sepuh misalnya.

Permisalan yang tepat mungkin layak kita sandarkan pada perilaku orang gila. Apa yang mereka lakukan? Tertawa sendiri, tidak mandi, ngomong sendiri, serta melakukan perbuatan yang malah ditolak oleh akal pikiran.

Seperti orang yang sedang berjalan tapi tak tahu ke mana arah tujuannya. Ia berjalan tanpa petunjuk. Sementara pikirannnya mengembara tanpa ada sebilah jeruji penjara pun mampu mengekangnya.

Ada yang berkata, "Laki-laki berjalan dengan pikirannya. Sementara perempuan tinggal dalam rumah dengan perasaannya." Pasangan dengan perbedaan yang sangat mendasar. Hanya anugerah yang mampu menjalinkan keduanya.

Saling pengertian, saling penyayang, dan toleransi atas kelemahan dan kekurangan masing-masing menjadi petunjuk bahwa pikiran perlu tunduk pada perasaan.

Para wanita mungkin akan tersenyum lebar, telah menang dari pergolakan pikiran dan perasaan. Namun terlepas dari menang kalahnya. Tetap saja, "ribuan sinar yang menyebar hanya akan mendatangi sumbernya (bola mata)."

Akhirnya, jangan salahkan pikiran yang selalu mengembara tanpa batas, waktu dan tempat. Dimana saja, kapan saja, dan tentang apa saja. Pemilik pikiran normal pasti tak akan kecewa dibuatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun