Mohon tunggu...
Bledhek
Bledhek Mohon Tunggu... Operator - ____________

Pengkhayal LEPAS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dua Saudara Pencuci Sepeda Motor

15 Januari 2021   23:30 Diperbarui: 15 Januari 2021   23:47 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Liputan6.com Mau Motor Cepat Bersih? Coba Pakai Sabun Cuci Piring - Otomotif ...

Berita meninggalnya Nenek mereka membuat dua orang saudara datang untuk takziah. Tempat tinggalnya sungguh berbeda dengan kota tempat neneknya berada.

Sesampai di kota ia lihat perempuan muda cantik membawa tas kecil mendekat. Ia pikir orang tersebut akan memberikan undangan walimah perkawinan. Seperti biasa ketika mereka di desa.

Dua orang saudara ini saling berpandangan. Binggung apa yang harus dikatakan. Ini bukan tempat tinggal mereka, begitu pikirnya.

Setelah begitu dekat perempuan itu berkata, "Tolong dibaca, Mas."

Senyum geli dua orang saudara ini meledak. Ia mentertawakan dirinya atau perempuan di haadapannya. Entahlah, yang jelas tawa mereka terdengan hingga belakang rumah.

Sambil merogok saku celana sang kakak mengeluarkan uang lima ribuan. Menyerahkannya, kemudian perempuan itu pun pergi setelah mengucapkan terima kasih.

Demikian juga ketika ada orang lewat sambil teriak, "Tuk untuuuuk!!! Tuk untuuuk!"

Lagi-lagi dua saudara ini cekikikan menyaksikan pemandangan yang melintas dihadapan mereka. "Untuk" adalah jenis kue jajanan pasar yang dijajakan.

Sambil setengah berbisik dengan kakaknya, sang adik berucap, "Di kota semua lucu."

Maka Pakde mereka keluar. Rupa-rupanya sejak kejadian pertama di teras rumah sudah menjadi pusat perhatian Pakde.

Selanjutnya Pakde mendekat dan berkata, "Tadi yang lewat itu orang minta sekedah. Begitulah caranya orang kota. Ada yang hidup dengan minta sedekah. Hanya untuk seribu rupiah ia buang malu. Mengetuk satu pintu ke pintu lainnya.

Demikian juga, hanya untuk 200 rupiah ibu penjual "untuk" harus teriak-teriak keluar masuk gang menawarkan barang jajanan.

Bagaimana dengan kalian," kata Pakde.

Mereka cuma senyum cengar cengir. Hari itu adalah hari pertama mereka menginjakkan kaki mereka di kota, seumir hidupnya.

Biasanya ketika ada yang datang mencucikan kendaraan (mereka punya tempat pencucian kendaraan di samping rumahnya di desa) lebih banyak ditolak daripada diterima. Padahal satu kendaraan yang dicuci mereka sambil bercanda saja sudah mendapatkan 15.000 rupiah. Hanya butuh setengah jam.

"Beginilah kehidupan di kota. Harus kerja keras, harus tahan banting, harus sabar, harus gigih dan membuang rasa malu. Coba di desa, gimana kabarnya tempat pencucian kendaraan kalian?" tanya Pakde.

Mereka tersipu merasa malu. Selama ini telah malas dan terlalu meremehkan pekerjaan.

Maka sepulang dari kota tempat neneknya, dua saudara ini tidak pernah lagi terdengar menolak jika ada orang yang datang meminta jasa untuk dicucikan kendaraan motor mereka. Tidak sperti biasa, kapan mau saja atau butuh uang jajan untuk beli pulsa baru motor yang datang minta dicucikan dikerjakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun