Latah sebagian besar dialami oleh perempuan namun tak menutup kemungkinan dialami oleh laki-laki. Pokoknya jika ada tekanan mental atau gangguan cemas maka latah sekonyong-konyong akan menjadi kebiasaanya. Selain itu, cedera kepala atau adanya gangguan saraf di otak juga dapat menyebabkan kelainan ini.
Masih mending kalau yang latah perempuan, kadang ketika terkejut banyak diantara mereka yang menyebutkan alat kelamin laki-laki. Kasian juga kadang, ada beberapa orang yang sengaja mempermainkannya dengan mengaget-ngageti agar dari mulutnya keluar kata-kata tak seronok.
Menurut dokter, penderita latah dianjurkan untuk menjalani terapi wicara secara rutin untuk belajar mengungkapkan apa yang ada di dalam pikirannya dan mengurangi otomatisasi mengulang pembicaraan orang lain.
Pada pengobatan ini katanya, umumnya terapis akan mengajarkan penderita untuk menahan diri sejenak sebelum berbicara, merangkai isi pikiran, lalu mengeluarkannya dalam bentuk kata-kata yang merupakan inisiatifnya sendiri dan tidak mengulang perkataan orang lain.
Selain itu, untuk mengurangi frustasi atau depresi akibat latah yang dialami, dokter juga kadang meresepkan obat antidepresan untuk menenangkan penderita. Hal ini juga penting karena latah umumnya lebih mudah muncul saat penderita mengalami stres atau depresi.
Kalau laki-laki yang latah, alamat cilaka duabelas! Â Beberapa bulan lalu kebetulan saya menemukan laki-laki yang latah. Padahal musim korona sedang parah-parahnya. Masker masih menjadi kewajiban memakainya. Beda dengan sekarang, jarang-jarang sudah pemakainya.
Dia si latah (laki-laki) orang lain memakai masker, dia juga pakai, tapi cuma dikalungkan di leher. Dan setiap melihat sesuatu yang menarik selalu tanpa kamando, mulutnya berucap.
Mengerikannya, ketika mata melihat dan yang bersangkutan kaget atau dikagetkan oleh temannya fokusnya di mana, itulah yang keluar dari mulutnya.
Sungguh kasihan memang, orang yang memiliki kelemahan jadi bahan permainan dan gurauan.
Maka saat ada perempuan lewat, tibalah saat si temannya mengagetkannya. Dan yang terucap mulutnya memang bagian-bagian tubuh perempuan yang jadi fokis sasarannya.
Mulai dari, matanya, hidungnya, bibirnya, lehernya, dadanya (payudara, maksudnya), bokongnya, perutnya, dan lain-lain. Kalau hanya bagian itu yang disebut mungkin hal yang biasa. Kata lanjutannya ini yang membuat tidak enak hati mendengarnya.