Di atas jembatan sungai Pendamaran setiap sore memang banyak para pemancing singgah sekedar untuk membetulkan letak peralatan pancing, box ikan dan sebagainya.
Kadang mereka juga saling bercerita pengalaman seru tentang tarikan ikan, ketemu ular besar, dikejar kebo, dikejar babi. Dan macam-macam cerita lainnya.
Semakin betah ketika di atas jembatan tersebut ada penjual pentol, sejenis cilok kalau di daerah lain. Celup suap, celup suap. Tak terasa seribu, dua ribu, tiga ribu masuk dalam mulut. Sambel pedas kian pedas ketika tak ada air mineral yang dijual. Paling juga air es yang dituangi satu sachet sari rasa.
Nah, pada kesempatan itu aku pun bersama dua ponakan ikut mampir.
"Ayo mentol dulu. Nih ada uang tigapuluh ribu."
Mereka senyam senyum saja. Dalam hati mungkin mikir, wah rejeki besar. Waktunya lapar. Ditawarin pentol, mantab!
Lagi asik mencocol pentol tiba-tiba datang sepasang suami istri. Dari sinilah cerita dimulai.
"Di sinikah orang disambar buaya itu?"
Matanya mengarah kepada. Berarti pertanyaan ini diarahkan ke padaku.
"Buaya? Emang ada buaya di sini?" tanyaku balik. Kok ada yang mengatakan di sungi kecil ini ada buaya.
"Iya! Katanya orang Simpang mancing di sekitaran sini. Dengkulnya disambar buaya. Besar lukanya." jawabnya menyakinkan.