"Kalau dilarang, berhari-hari dia akan ngamuk. Gak mau makan. Gak mau masuk rumah. Apalagi tidur. Jadi ya beginilah. Ikuti saja apa maunya."
Aku tak habis pikir, bagaimana seorang wanita bergelar ibu. Tanpa sekolah tinggi demikian mampu bersabar. Tak pernah keluar kata makian dari mulutnya untuk anaknya. Tak pernah keluar larangan pada apa pun yang dilakukan anaknya.
Tak pernah mengeluh sama sekali. Badannya kurus kering tak terawat. Kecantikannya hanya senyum yang tersungging ketika ada orang yang menyapanya.
Dimana ada ibu yang demikian sabar? Aku telah melihat dengan mata kepalaku sendiri. Daj tadi aku benar-benar mendengarnya bercerita.
"Anak ini adalah rejeki yang telah Allah berikan padaku."
Begitulah kata-katanya. Dan tak sekedar kata. Ibu itu selah menghabiskan sebagian besar usianya untuk semata wayang yang malam.
Sambil menuliskan ini, tak terasa ketikan hurup aku lihat kian kabur. Aku meneteskan air mata. Bukan apa-apa. Sekiranya anak itu adalah anakku. Apakah aku sanggup jadi bapaknya. Apakah istriku sanggup jadi ibunya. Hanya itu.
Tahun 2020 diakhir dengan pengalaman istimewa yang telah Allah SWT anugerahkan kepadaku. Sengaja cerita ini aku bagikan dengan tidak ingin berusaha merendahkan. Apalagi menjadikan orang dalam cerita ini aib. Sungguh tidak ada sama sekali.
Â
Semoga kita semua masih mampu bersyukur atas apa pun yang kini kita miliki. Sesulit apa pun kehidupan kita. Masih ada orang yang lebih sulit dan menderita.
Kalau mereka mampu tersenyum manis dan menutupi kesedihannya, bagaimana kita yang demikian banyak anugerah diberikan masih berkeluh kesah lewat sosial media seolah-olah kitalah orang paling sengsara di dunia. Wassalam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H