Alumni pesantren yang pernah menjadi seorang santri bercerita bahwa selama tinggal di ponpes "Kita mendapat kan pelajaran  bukan hanya saat diruang belajar bersama guru, kita bahkan mendapat lebih banyak pelajaran dari pergaulan dan kehidupan kita sehari-hari. Sebut saja teman yang menjadi kawan berinteraksi setiap hari, saat makan, bermain, belajar dan bahkan tidur bersama. Kita diajarkan untuk saling berbagi, saling mengerti satu sama lain, untuk ,menjadi seorang yang ringan tangan membantu sesama nya, baik secara materi atau hal lain yang bermanfaat yang bisa ia beri untuk orang sekitar."
Ada juga yang berpendapat sisi positif menjadi seorang santri adalah menjadi personal yang lebih prinsipil sebab sudah mempunyai fondasi religi yang lebih kuat. Berbekal ilmu-ilmu agama yang diserap selama menjadi santri akan menempah seorang santri memiliki pendirian yang lebih teguh sehingga tidak mudah tergerus arus zaman dan pergaulan. Meski bergaul dan berbaur dengan lingkungan yang tidak homogen ia tetap mampu membawakan diri tanpa perlu ikut atau berubah seperti mayoritas di lingkungannya.
Seorang santri bukanlah sosok yang kaku. Dia mampu memberikan warna dalam ranah pergaulan sosialnya. Santri bukan saja soal sarungan dan peci, melainkan seorang pelajar dan alumni dari pondok pesantren yang tetap membawa jati dirinya sebagai seorang santri meski visualnya berbeda. Tetap kokoh dengan syariat yang telah dipelajarinya setelah berinteraksi dengan masyarakat yang memiliki beragam karakteristik dan latar belakang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H