Mohon tunggu...
Arif Muhammad
Arif Muhammad Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Menulislah untuk keabadian

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Cerdas Berperilaku di Dalam Ketidakpastian: Beda Orang Beda Perilakunya

30 Juni 2020   22:59 Diperbarui: 30 Juni 2020   23:08 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di dalam masa-masa pandemi yang seperti saat ini yang tidak pernah disangka-sangka sebelumnya, kita dan kebanyakan orang akan cenderung mengambil langkah atau perilaku yang memperbesar kemungkinan untuk survive atau setidaknya menimbulkan perasaaan aman.

Itu sudah menjadi insting kita sebagai individu di dalam bertahan hidup, dari dulu hingga sekarang. Hanya berbeda pada cara dan wujudnya saja, tapi esensinya sama.

Di dalam situasi penuh ketidakpastian, kita dituntut untuk mampu cerdas berperilaku. Dalam konteks ini bukan berarti berperilaku selayaknya orang pintar atau jenius. Cerdas berperilaku di tengah ketidakpastian berarti berperilaku tepat sesuai situasi dan kondisi.

Berperilaku berdasarkan pertimbangan-pertimbangan logis, bukan perilaku kompulsif atau spontan. Berperilaku berdasarkan tujuan dan kebutuhan agar tepat sasaran bukan hanya sekedar ikut-ikutan.

Mengapa kita perlu cerdas berperilaku?

Kita sebagai individu yang hidup di masyarakat yang memiliki sistem yang berlaku baik sistem sosial, norma, keagamaan hingga ekonomi. Setiap perilaku individu tentu terikat dalam suatu aturan main yang berlaku di dalam suatu sistem.

Apabila individu melakukan suatu perilaku yang cenderung merugikan, tentu akan berdampak pada orang lain. Bahkan berpengaruh pada sistem yang tengah berjalan. Begitupun ketika individu melakukan perilaku-perilaku yang berdampak positif.

Memilih untuk cerdas berperilaku ternyata tidak semudah seperti mengucapkannya secara lisan. Standarisasi mengenai bagaimana cerdas berperilaku itu dilakukan kerap menjadi 'jebakan' sehingga membuat sebagian orang malah cenderung enggan untuk melakukannya.

Sebagai contoh adalah ketika seorang financial planner menyarankan untuk mempunyai dana cadangan sekian kali lipat dari pendapatan rutin bulanan, yang akan sangat berguna di kala pandemi seperti saat ini.

Sepintas itu yang demikian terkesan begitu tepat dan cerdas mengambil suatu keputusan, bagi sebagian orang yang memang ada kesempatan untuk melakukan saving seperti yang disarankan.

Namun tidak semua orang menyadari di saat itu pula sebagian mereka yang lain belum tentu bisa melakukan serupa. Dikarenakan berbagai sebab dan problematika. Sayangnya, mereka yang belum bisa ini dianggap kurang mampu mengelola keuangannya secara baik dan cerdas. Kerap dilabeli tidak melek finansial.

Terkadang kita lupa bahwa 'setting' situasi baik internal maupun eksternal seseorang berbeda antara satu dengan lainnya. Sehingga standar mengenai bagaimana seharusnya perilaku dianggap cerdas tidak bisa serta merta dijadikan standar

Dalam hal ini kita akan sedikit berbicara mengenai bagaimana kita cerdas berperilaku sebagai individu hubungannya dengan stabilitas sistem keuangan.

Sebelum jauh, mari kita sedikit berbicara mengenai stabilitas sistem keuangan agar memiliki gambaran. 

Sistem keuangan merupakan suatu sistem yang di dalam terdapat berbagai entitas yang saling berinteraksi. Entitas tersebut adalah lembaga keuangan, pasar keuangan, infrastruktur keuangan, perusahaan non-keuangan dan rumah tangga.

Sistem keuangan ini yang mampu berfungsi dengan efektif dan efisien dan memiliki daya tahan yang baik terhadap keretanan baik internal maupun eksternal adalah sistem keuangan yang bisa dikatakan stabil.

Stabilitas sistem keuangan yang baik akan mampu memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomis secara nasional.

Di setiap negara, pasti memiliki sistem keuangan sendiri, dan memiliki Bank Sentral masing-masing. Bank sentral ini menjadi salah satu yang bertugas untuk menjaga stabilitas sistem keuangan. Termasuk di Indonesia, yang memiliki Bank Indonesia yang ambil bagaian dalam hal ini.

Melalui kebijakan makro prudensial, Bank Indonesia melalukan pengawasan terhadap lalu lintas finansial secara nasional agar bisa berjalan secara teratur, tidak terlalu lambat namun juga tidak terlalu cepat.

Hal ini menjadi penting karena, apabila pertumbuhan ekonomi cenderung melambat seperti saat pandemi sekarang ini, kebijakan makroprudensial yang diambil oleh Bank Indonesia menyasar pada aspek-aspek yang mampu merangsang pertumbuhan ekonomi agar normal kembali. Agar perputaran keuangan berjalan dengan lancar dan tidak mengalamai stagnasi.

Contoh mudahnya adalah diturunkan suku bunga acuan dan kemudahan dalam pengajuan kredit produktif bagi UMKM maupun kredit konsumtif bagi masyarakat luas.

Kebijakan Makroprudensial Aman Terjaga menjadi prioritas Bank Indonesia saat ini untuk menjaga stabilitas sistem keuangan. Lantas, bagaimana kita sebagai individu ambil bagian dalam hal ini?

Kita sebagai seorang individu adalah aktor ekonomi dalam suatu sistem ekonomi besar yang tengah berjalan. Apa yang kita lakukan akan memiliki dampak baik secara langsung ataupun tidak.

Oleh karena itu penting bagi kita untuk memahami dan menyadari bahwa kita adalah aktor ekonomi yang memiliki andil di dalam menjaga stabilitias sistem ekonomi. Salah satu upaya yang kita bisa lakukan adalah dengan cerdas berperilaku di dalam situasi ketidakpastian seperti sekarang ini, seperti yang disinggung sebelumnya.

Sebenarnya banyak sekali tips bagaimana cerdas berperilaku baik sebagai konsumen, produsen (UMKM) maupun investor di tengah pandemi Covid-19. Tentu apabila dibaca tips-tips tersebut sangat jelas dan mudah diikuti step by step oleh orang awam sekalipun.

Namun terkadang, sebagian masih belum menyadari mengenai bagaimana seseorang bisa melakukan tips-tips tersebut dengan baik, namun sebagian yang lain tidak. Mengapa?

Sejatinya perilaku adalah suatu manifestasi dari kondisi kejiwaan seseorang yang nampak secara kongkret. Apabila hendak menilik bagaimana kondisi kejiwaan seseorang, bolehlah melakukan pengamatan terhadap perilaku-perilakunya yang muncul.

Dari perilaku yang diamati, bisa memperoleh informasi bagaimana seorang individu. Tentu akan berbeda bukan perilaku orang yang sehat secara mental dengan mereka yang tidak?

Begitu pun dalam cerdas berperilaku di tengah ketidakpastian. Kita dapat melihat sebagian orang melakukan panic buying bahkan menimbun produk tertentu. Bagi dirinya, hal itu merupakan perilaku yang tepat dan dianggap pilihan cerdas, karena menurutnya hal itu menguntungkannya.

Namun tidak bagi kita yang mengetahui konsekuensi akan perilaku tersebut. Sehingga kita akan pikir-pikir untuk menyatakan bahwa itu salah satu wujud cerdas berperilaku.

Contoh lain, orang cenderung melakukan pembayaran dengan memanfaatkan menu pay later. Menurut dia itu adalah pilihan terbaik. Namun belum tentu bagi kita yang berpikir bahwa itu hanya menunda kewajiban dan tetap akan menjadi beban ke depannya. Bahkan bisa berpotensi masalah.

Sehingga dapat dipahami bahwa selain cerdas berperilaku tidak serta merta mudah untuk dibuatkan suatu standar baku dan tidak melulu menguntungkan kita secara pribadi, namun cerdas berperilaku bersifat personal dan unik.

Selain itu cerdas berperilaku juga semestinya memiliki dampak positif terhadap hal yang lain, yang dalam konteks ini kestabilan sistem keuangan.

Pada akhirnya kita sebagai individu memiliki versi masing-masing mengenai perilaku cerdas di dalam ketidakpastiaan. Ada yang menganggap dengan berhemat dan menabung lebih sering, adalah suatu perilaku yang tepat untuk seorang individu.

Sedangkan yang lain lebih cenderung menginvestasikan uangnya di instrumen dengan likuditas tinggi dan sebagian lagi memilih untuk membelajakannya karena suatu sebab atau kebutuhan.

Sejauh perilaku-perilaku itu membuat dampak yang positif, kita tidak punya hak untuk menjustifikasi bahwa perilaku orang lain cerdas atau tidak walau wujud kongkretnya begitu berbeda.

Memahami bagaimana cerdas berperilaku tidak melulu melibatkan pengetahuan dan kecerdasan yang kita miliki, namun juga lebih penting melibatkan kebijaksanaan di dalam melakukannya. 

Beda orang beda perilakunya.

Tabik, 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun