Mohon tunggu...
Arif Minardi
Arif Minardi Mohon Tunggu... Insinyur - Aktivis Serikat Pekerja, Ketua Umum FSP LEM SPSI, Sekjen KSPSI, Anggota LKS Tripartit Nasional

Berdoa dan Berjuang Bersama Kaum Buruh

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Perjuangan Berat Pekerja Gen Z Hadapi Inovasi Disruptif

2 September 2024   15:47 Diperbarui: 2 September 2024   15:53 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang pencari kerja dengan berkas lamaran (KOMPAS/PRIYOMBODO)

Catatan  Arif Minardi 

Nasib generasi Z dan milenial saat ini suram karena sempitnya lapangan kerja. Kondisinya semakin sulit karena dunia sedang menghadapi inovasi disrupsi dan berlakunya industri 4.0. Tantangan pemerintahan baru dibawah Presiden Prabowo Subianto amat berat. Sudah banyak gen Z yang frustrasi karena sulitnya mencari lapangan kerja yang layak. Kondisi ini menjadi bom sosial yang bisa meledak setiap saat.

Dunia kerja Indonesia tengah menghadapi krisis yang tak terelakkan. Generasi Z dan Milenial menjadi korban utamanya. Berkurangnya lapangan kerja formal dan persaingan yang semakin ketat, menuntut generasi muda harus berjuang ekstra keras untuk mendapatkan pekerjaan.

Penciptaan lapangan kerja formal pada lima tahun terakhir, 2019-2024, hanya menyerap sekitar 2 juta pekerja. Hasil olahan Tim Jurnalisme Data Harian Kompas terhadap data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Badan Pusat Statistik (BPS) bulan Februari tahun 2009, 2014, 2019, dan 2024 menunjukkan adanya tren penurunan penciptaan lapangan kerja di sektor formal. Pekerja sektor formal yang dimaksud adalah mereka memiliki perjanjian kerja dengan perusahaan berbadan hukum.

Selama periode 2009-2014, lapangan kerja yang tercipta di sektor formal menyerap sebanyak 15,6 juta orang. Jumlah ini menurun menjadi 8,5 juta orang pada periode 2014-2019, dan kembali merosot pada periode 2019-2024 menjadi 2 juta orang saja. Hal ini menunjukkan bahwa peluang masuk pasar kerja formal di Indonesia kian sulit, termasuk oleh lulusan baru (fresh graduate).

Keniscayaan, kondisi ketenagakerjaan di masa kini dan mendatang sangat dipengaruhi oleh inovasi disruptif. Definisi Inovasi disruptif atau disruptive innovation adalah inovasi teknologi yang berdampak mengganggu produk atau merusak pasar yang sudah ada atau incumbent. Inovasi disruptif mengembangkan suatu produk atau layanan dengan cara yang tidak diduga.

Pekerja menghadapi lawan-lawan tak kelihatan dalam peradaban platform digital. Lawan-lawan yang tak terlihat itu bahkan bisa menimbulkan pertarungan yang mematikan atau berdarah-darah. Merubah tatanan sosial dan menjungkirbalikan sistem ketenagakerjaan. Secara tidak langsung mengadu domba sesama pekerja. Bahkan si empunya inovasi disruptif itu berani mengangkangi Undang-undang dan regulasi yang masih berlaku. Kasus tersebut bisa kita cermati dalam kasus gejolak mitra pekerja angkutan online yang saat ini msih berlangsung.

Ilustrasi smart manufactur Industri 4.0 (Freepik/aleksandarlittlewolf via Kompas.com)
Ilustrasi smart manufactur Industri 4.0 (Freepik/aleksandarlittlewolf via Kompas.com)

Teori disruptive innovation pertama kali diciptakan oleh Guru Besar di Harvard Business School, Profesor Clayton M. Christensen. Tertuang dalam bukunya The Innovator's Dilemma yang terbit tahun 1997. Teori Disruptive Innovation menjelaskan fenomena dimana sebuah inovasi mengubah pasar atau sektor yang ada.

Inovasi disruptif adalah keniscayaan yang sulit dihindari tapi terbuka kemungkinan diatasi, bahkan dikalahkan dengan human spirit. Apapun dalih sebuah produk atau layanan yang bersifat disruptif, yang telah melenyapkan pihak lain, terbuka lebar untuknya hukum karma.

Apapun bentuk inovasi disruptif, katakan bisa menciptakan jenis konsumen berbeda pada pasar yang baru atau menurunkan harga pada pasar yang lama semua itu tentunya dilakukan dengan cara yang "berdarah", meminjam empunya teori Blue Ocean Strategy.

Bagi kaum pekerja/buruh, langkah untuk menghadapi disrupsi yang boleh dibilang sering "mengubur" dan "membunuh" produk, usaha atau profesi pihak lain, yang pertama kali adalah mengubah cara berpikir dan meneguhkan mental agility serta menguatkan strategi samudra biru yang berbasis kearifan dan kecerdasan bersedekah. Kalau perlu organisasi buruh mendisrupsi dirinya sendiri agar terbebas dari belenggu rutinitas. Mendisrupsi diri sendiri agar tidak miskin imajinasi, mampu meningkatkan daya inovasi dan memiliki ruang kreativitas yang memadai.

Buruh harus memiliki akal panjang untuk menciptakan kondisi dimana kompetisi atau persaingan tidak lagi relevan. Buruh bersama pengusaha perlu berusaha mewujudkan ruang pasar dalam ekosistem persaingan yang tidak mematikan.

Kini isu global tentang tajuk Industri 4.0 sedang ramai diperbincangkan. Pada prinsipnya era Industri 4.0 ditandai dengan usaha atau langkah untuk mewujudkan smart factories yakni pabrik-pabrik dan kawasan industri yang memiliki kecerdasan tinggi.

Dalam Industri 4.0, proses bisnis dan teknik bergerak sangat dinamis sehingga memungkinkan terjadinya perubahan proses, bahkan hingga saat-saat akhir sebuah proses produksi. Industri 4.0 menghasilkan cara-cara baru untuk menciptakan nilai dan model bisnis baru. Hal ini akan menumbuhkan usaha rintisan (start-up) dan UMKM untuk menyediakan layanan di sisi hilir produksi.

Beberapa kalangan dan pejabat pemerintah mengeluarkan pendapat dan opini sekenanya. Bahkan terkesan kurang realistis dan bombastis. Tidak berpijak kepada bumi dan menihilkan kondisi nyata Indonesia pada saat ini.

Tidak bisa dimungkiri bahwa esensi Industri 2.0 dan 3.0 saja di negeri ini belum dikuasai secara utuh, namun sudah berambisi untuk meraih era 4.0. Ironisnya kondisi industri nasional oleh lembaga internasional justru dinyatakan dalam kondisi ditepi jurang deindustrialisasi.

Namun demikian, euforia menyongsong Industri 4.0 harus diantisipasi dan dijadikan momentum untuk menata kompetensi dan meningkatkan skill bagi segenap anggota Serikat Pekerja. Juga bisa dijadikan momentum untuk merancang sistem remunerasi berbasis jenjang karir yang ideal.

Unjuk rasa pengemudi ojek dan taksi berbasis aplikasi (KOMPAS/IQBAL BASYARI)
Unjuk rasa pengemudi ojek dan taksi berbasis aplikasi (KOMPAS/IQBAL BASYARI)

Menghadapi era Industri 4.0 bagi organisasi buruh merupakan perjuangan yang tidak ringan. Karena sistem ketenagakerjaan bisa dijungkirbalikkan, kompetensi semakin kompleks, sistem kerja dan beban pekerjaan akan berubah, sistem pengupahan semakin bersifat individual yang mengedepankan prinsip outsourcing.

Para buruh senior atau buruh lansia yang sudah tidak berdaya lagi mengikuti transformasi, harus dicarikan solusi yang manusiawi. Di negara maju, organisasi serikat pekerja dan buruh mulai merumuskan kembali kebijakan dan program jaminan sosial bagi pekerja tua yang tidak mampu lagi beradaptasi dengan zaman. Yakni melalui skema pemberian tunjangan hari tua yang lebih baik dari yang sudah ada.

Tidak dapat dimungkiri bahwa revolusi industri 4.0 bisa menjadi ancaman pengangguran massal di Indonesia masa depan. Karena struktur ketenagakerjaan hingga saat ini masih didominasi oleh pekerja dengan latar belakang lulusan SD dan SMP.

Keharusan bagi bangsa Indonesia untuk mencetak sekitar 113 juta tenaga kerja terampil dan ahli supaya bisa menghadapi era Industri 4.0 dengan baik. Supaya tekad untuk menjadi pusat perekonomian ketujuh di dunia pada 2030 bisa terwujud. Seperti skenario yang dibuat oleh Mckinsey Global Institute (MGI) terhadap Indonesia.

Melihat postur ketenagakerjaan Indonesia sangatlah menyedihkan. Postur tersebut 60 persen di antaranya adalah tenaga kerja berpendidikan rendah setingkat SD dan SMP. Ironisnya, lulusan perguruan tinggi sebagian besar juga mengalami mismatch dan underqualified worker, sehingga kualitas kompetensi menjadi di bawah standar yang dibutuhkan dunia industri.

Dengan kondisi yang memprihatinkan tersebut, pejabat pemerintah jangan latah dan hantam kromo mengikuti tren dunia begitu saja, tanpa mengetahui siapa diri kita yang sebenarnya. Tak perlu menghibur diri, Revolusi Industri 4.0 pasti menyebabkan guncangan ketenagakerjaan dan pada akhirnya menyebabkan ketimpangan ekonomi makin besar.

Menurut International NGO Forum on Indonesian Development (INFID) ketimpangan ekonomi antar penduduk dunia pada saat ini tercatat sebagai yang terbesar sepanjang sejarah. Hanya segelintir orang memiliki kekayaan setara dengan separuh penduduk dunia.

Kondisi serupa terjadi di Indonesia. Selama lima tahun terakhir, 50 persen penduduk Indonesia kekayaannya turus turun, dari 3,8 persen dari total kekayaan nasional menjadi 2,8 persen. Sementara itu, 1 persen penduduk terkaya memiliki 45 persen dari total kekayaan nasional.

Masih rendahnya kapasitas nasional yang digarap dengan proses nilai tambah yang layak. Kapasitas nasional tergambar dalam kemampuan industri nasional.Terjadi penurunan kemampuan industri nasional menyeimbangkan neraca nilai impor ekspor secara signifikan. Secara makro ketidak seimbangan ini disebabkan oleh masalah efisiensi dan masalah produktivitas.

Buruh sebaiknya memahami hakikat disruptif atau dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai "mengganggu". Clayton Christensen telah menggagas tentang konsep Disruptive Innovation sejak 1995. Namun, ketika teknologi digital mengalami kemajuan pesat sejak era internet dan smartphone, disruption terjadi secara masif dalam seluruh segi kehidupan.

Kini hampir semua lini kehidupan tersentuh oleh disruption, sehingga semakin banyak yang kuatir. Perlu sikap mental yang tahan banting untuk mengatasi era disruptif. Disruption juga membawa distraction pada pikiran kita. Terlalu banyak hal baru yang mengancam membuat kita bingung mulai dari mana cara mengatasinya. Perlu memilah mana aspek yang harus difokuskan terlebih dahulu, apa saja yang harus diprioritaskan, mana yang kita akan ditangani secara serius, apa saja tahapan dan langkah untuk menanganinya, dan seterusnya.

Disruption juga menjadi tantangan yang menarik, karena otak kita mampu untuk tetap fokus pada peluang. Peluang untuk mencetak prestasi baru di area yang lebih luas.

Menghadapi era disruptif kaum buruh harus membangun growth mindset, yaitu paradigma yang berfokus pada perkembangan kemajuan (progress) bukan semata-mata hasil kinerja (result). Era disruptif ini kita tidak mungkin lagi melakukan business as usual. Karena itu pengukuran kinerja berlandaskan cara kerja lama tidak mungkin dipertahankan.

Karena perubahan begitu cepat, maka akan lebih memberdayakan manakala kemajuan diukur dari progress perkembangannya. Kemajuan apa yang berhasil diwujudkan, bukan semata hasil akhir yang bisa jadi kelak tidak relevan lagi.Ketika hal diatas sudah terbangun di seluruh jenjang organisasi buruh, inilah yang disebut kondisi agile organization.

Disruption yang dipopulerkan oleh Clayton Christensen bisa dikatakan sebagai kelanjutan dari tradisi berpikir "harus berkompetisi, untuk bisa menang (for you to win, you've got to make some body lose)" begitu kata Michael Porter.

Dalam pendidikan bisnis global ada dua teori paling diingat oleh mahasiswa, yakni: Disruptive Innovation (Christensen) dan Competitive Strategy (Porter).

Namun begitu ada mazhab yang mengevaluasi dua teori diatas. Adalah W Chan Kim and Rene Mauborgne, dua profesor INSEAD yang pertama kali di tahun 2005, tepat 10 tahun setelah istilah "Disruption" dipopulerkan Christensen, mengeluarkan teori yang menyentak, bahwa kita tidak perlu "bersaing" dalam kondisi berdarah-darah untuk sukses. Tidak perlu "mengalahkan" bahkan "membunuh" untuk bisa menang dalam berbisnis.

Evaluasi tersebut dilanjutkan 12 tahun kemudian, lewat buku yang berjudul "Blue Ocean Shift". Duet setia Profesor INSEAD ini memberi salah satu contoh gambaran bahwa gerakan Micro-finance yang dipelopori oleh Muhammad Yunus boleh dibilang tidak mengganggu bank manapun namun memberi manfaat pada jutaan orang miskin.

Ada beberapa pihak yang bisa sukses tanpa melakukan disruptive innovation. Pihak tersebut melakukan inovasi yang beyond-disruption. Mereka menciptakan pasar baru, dan mereka sukses tanpa harus mengalahkan atau mengubur siapapun. Karena mereka pada hakekatnya melakukan non-disruptive creation. (AM) ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun