Mohon tunggu...
Arif Meftah Hidayat
Arif Meftah Hidayat Mohon Tunggu... Freelancer - Buruh Pabrik

Dengan atau tanpa saya menulis, dunia juga tidak akan berubah

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Jangan Salahkan Vietnam, Thailand, Apalagi Regulasi

11 Juli 2022   23:08 Diperbarui: 11 Juli 2022   23:10 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kalau boleh sedikit lebay, semua masyarakat Indonesia tentu saja kecewa atas gagal lolosnya Timnas U-19 Indonesia ke babak semi final AFF U-19 Youth Championship 2022. Ada juga serta sedih dan marah selain rasa kecewa.

Soal kecewa dan sedih tentu saja normal adanya. Kecewa dan sedihnya kita sebagai penonton dan pendukung setia tim garuda, tentu masih kalah dengan rasa sedih dan kecewanya para pemain serta jajaran pelatih dan Official timnas Indonesia. Dan perlu ditekankan sekali lagi, kecewa dan sedihnya kita hanyalah karena gagal lolosnya adik-adik kita tercinta.

Soal permainan dan yang ditunjukkan selama pertandingan dan turnamen, tentu kita semua bangga. Bangga akan kemajuan permainan, mental, serta semangat punggawa "Garuda Nusantara". Bagaimana tidak bangga, dari lima partai yang dilakoni, Indonesia tak sekalipun mengalami kekalahan. Salah satu yang luar biasa, dari dua kali imbang serta tiga kali menang, Timnas U-19 Indonesia berhasil mencetak 17 gol dan hanya kemasukan 2 gol. Sebanyak lima belas selisih gol. Angka yang fantasis tentunya.

Namun demikian, fenomenalnya garuda muda dalam mencetak gol tidak diikuti oleh langkah mereka melaju ke babak selanjutnya. Hal yang membuat sedih, kecewa, dan geram yang bercampur aduk.

Regulasi yang lebih mengedepankan head to head dibandingkan selisih gol adalah salah satu faktor gagalnya Timnas U-19 Indonesia. Dari sisi selisih gol, Indonesia masih diatas dua peringkat teratas, Vietnam dan Thailand yang masing masing memiliki 9 dan 6 selisih gol. Ingat, regulasi hanyalah salah satu faktor yang menyebabkan Indonesia gagal. Jadi tidak perlu berlebihan dalam menyalahkan regulasi.

Regulasi tentu saja sudah ada sejak sebelum turnamen dilangsungkan. Artinya semua pihak yang terlibat telah mengatahui setiap konsekuensi atas setiap strategi yang dijalankan. Jangan hanya karena kebetulan Timnas kita berada di situasi yang tidak diuntungkan, lalu menyalahkan regulasi. Bukankah regulasi head to head pada mini klasemen juga sudah diterapkan pada kualifikasi Piala Asia beberapa waktu yang lalu.

Ya, setidaknya regulasi di turnamen tersebut konsisten. Tidak sama dengan regulasi liga di Indonesia yang konsistensi ibarat jauh panggang dari api. Tengok saja soal jadwal, soal sanksi, dan lain sebagainya.

Dalam olah raga, aturan tetap aturan. Mengikutinya adalah bagian dari fair play. Jika ingin diuntungkan aturan, jadilah pemenang di setiap pertandingan.

Selain aturan, laga terakhir antara Vietnam dan Thailand juga menuai kecaman. Vietnam dan Thailand bisa memastikan lolos ke babak semifinal hanya dengan bermodal bermain imbang dengan skor 1-1, 2-2 atau seterusnya. Tidak peduli Timnas Indonesia menang berapapun di pertandingan terakhir saat bersua dengan Myanmar.

Dan memang kejadian, Saat Indonesia menang 5-1 atas Myanmar, Vietnam dan Thailand bermain imbang 1-1. Bukan hasil imbang yang menuai kecaman, tapi cara kedua negara memainkan sepak bola. Ketika Vietnam berhasil menyamakan kedudukan atas Thailand, kedua tim hanya bermain aman sambil menunggu peluit akhir dibunyikan.

Pada 10 menit terakhir, pemain Vietnam hanya memainkan bola di area pertahanannya sendiri. Dan pemain-pemain Thailand pun tidak berusaha melakukan pressing atau permainan menyerang seperti saat sebelum keduanya mencetak gol. Kalau kata kedua pelatih dari dua negara tersebut, para pemainnya mengalami keletihan sehingga tidak bisa bermain optimal dan maksimal di sepuluh menit terakhir.

Permainan yang kemudian dicap dengan main sabun. Main mata. Sepak bola gajah.

Tuduhan yang mungkin benar, tapi juga mungkin tidak benar. Bisa saja memang itu adalah strategi untuk mengamankan posisi. Mengulur waktu sepertinya adalah hal normal yang waar terjadi dalam sepak bola manapun. Bahkan mungkin ketika  yang berada di posisi tersebut adalah Timnas Indonesia, yang akan dilakukan adalah hal yang sama.

Namun ketika tuduhan tersebut ternyata benar, maka sudah sangat seharusnya keduanya didiskualifikasi dari sisa kompetisi.

Main sabun, main mata, sepak bola gajah, yang sudah terbukti justru ada di Timnas Indonesia tempo dulu serta liga Indonesia. Sebut saja adanya beberapa mafia pengaturan skor di Liga Indonesia.

Jadi jangan asal teriak mafia bola, main sabut, atau sepak bola gajah untuk keduanya. Karena yang mungkin terjadi adalah, "menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri".

Memang tidak enak ketika nasib ditentukan oleh pihak lain. Mau lolos ke babak selanjutnya saja harus menunggu hasil pertandingan lain. Tapi itu sudah menjadi bagian dari drama sepak bola. Kalau sepak bola hanya sekedar olah raga tanpa drama-drama di atas lapangan, mungkin pamor sepak bola juga tidak akan sebesar sekarang.

Dan untungnya nasib kita yang ditentukan negara lain hanya di sepak bola. Bayangkan ketika kehidupan kita secara umum juga ditentukan dan didekte oleh negara lain, betapa mengerikannya.

Maka jadilah timnas Indonesia yang kuat. Yang berkualitas. Yang nasibnya ditentukan oleh kemampuannya sendiri, bukan oleh regulasi ataupun pihak lain. Dan beruntungnya kita semua, timnas Indonesia kita kedepannya memiliki potensi untuk ke arah tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun