Permainan yang kemudian dicap dengan main sabun. Main mata. Sepak bola gajah.
Tuduhan yang mungkin benar, tapi juga mungkin tidak benar. Bisa saja memang itu adalah strategi untuk mengamankan posisi. Mengulur waktu sepertinya adalah hal normal yang waar terjadi dalam sepak bola manapun. Bahkan mungkin ketika  yang berada di posisi tersebut adalah Timnas Indonesia, yang akan dilakukan adalah hal yang sama.
Namun ketika tuduhan tersebut ternyata benar, maka sudah sangat seharusnya keduanya didiskualifikasi dari sisa kompetisi.
Main sabun, main mata, sepak bola gajah, yang sudah terbukti justru ada di Timnas Indonesia tempo dulu serta liga Indonesia. Sebut saja adanya beberapa mafia pengaturan skor di Liga Indonesia.
Jadi jangan asal teriak mafia bola, main sabut, atau sepak bola gajah untuk keduanya. Karena yang mungkin terjadi adalah, "menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri".
Memang tidak enak ketika nasib ditentukan oleh pihak lain. Mau lolos ke babak selanjutnya saja harus menunggu hasil pertandingan lain. Tapi itu sudah menjadi bagian dari drama sepak bola. Kalau sepak bola hanya sekedar olah raga tanpa drama-drama di atas lapangan, mungkin pamor sepak bola juga tidak akan sebesar sekarang.
Dan untungnya nasib kita yang ditentukan negara lain hanya di sepak bola. Bayangkan ketika kehidupan kita secara umum juga ditentukan dan didekte oleh negara lain, betapa mengerikannya.
Maka jadilah timnas Indonesia yang kuat. Yang berkualitas. Yang nasibnya ditentukan oleh kemampuannya sendiri, bukan oleh regulasi ataupun pihak lain. Dan beruntungnya kita semua, timnas Indonesia kita kedepannya memiliki potensi untuk ke arah tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H