Mohon tunggu...
Arif Meftah Hidayat
Arif Meftah Hidayat Mohon Tunggu... Freelancer - Buruh Pabrik

Dengan atau tanpa saya menulis, dunia juga tidak akan berubah

Selanjutnya

Tutup

Metaverse Pilihan

Mobile Legend, Game Populer dengan Viewers Paling "Toxic"

17 Januari 2022   13:46 Diperbarui: 17 Januari 2022   14:10 1865
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada platform streaming game, "Nimo TV",  yang paling banyak ditonton adalah game mobile legend. Lihat saja ketika Evos Wann, Rekt, Luminaire ataupun Albert saat live. Rata-rata penontonnya di atas 20 ribu.

RRQ Lemon adalah gamers mobile legend pertama yang diundang ke podcast terbaik negeri ini. Podcast Deddy Corbuzier. Dalam podcast tersebut, dalam hitungan jam viewers sudah mencapai jutaan. Bahkan podcast tersebut berhasil menduduki tranding 1 nasional selama beberapa hari.

Terkait dengan penghargaan, hanya dari gelaran M3 World Championship, Indonesia berhasil menyabet 5 penghargaan sekaligus. RRQ Alberttt dalam katagori player choice, RRQ Hoshi sebagai tim terpopuler, RRQ Kingdom sebagai team fan club, serta JessNoLimit dan Jonathan Liandi sebagai Key Opinion Leader (KOL). Dari lima katagori tersebut, terdapat 18,2 juta suara yang masuk menyuarakan dukungan (oneesports.id).

Belum lagi seorang RRQ Lemon yang berhasil meraih penghargaan sebagai Pro Player Games Esports Terfavorit dua tahun beruntun, tahun 2020 dan 2021.

Bukan hanya soal popularitas, Indonesia juga harus berbangga karena pada gelaran Piala Dunia Mobile Legend yang pertama (M1), perwakilan Indonesia sukses menjadi juara dunia yang direbut oleh Evos, dan RRQ sebagai runner upnya. Prestasi yang membanggakan tentunya.

Viewers yang Toxic

Jika harus ada yang disayangkan dari mobile legend, mungkin "toxicitas" viewernya yang menjadi sorotan utama. Di tengah popularitas mobile legend, para penonton onlinnya adalah salah satu yang bisa dibilang sangat tidak bisa dikontrol.

Popularitas player adalah seperti pedang bermata dua. Saat bermain bagus akan mendapatkan pujian. Namun ketika bermain jelek, maka siap-siap untuk menerima hujatan. Hujatan yang tidak hanya terkait dengan in game permainan. Tetapi sudah tidak terarah dan terkontrol. Jangankan bermain jelek, hanya memberikan psywar kepada lawan di in game pun seringkali dimaknai viewers sebagai bentuk tidak menghormati lawan. Dan yang terjadi, kembali lagi, hujatan dan kecaman yang datang.

Beberapa kejadian, pascar pertandingan justru Instagram player yang menjadi korban. Bukan hanya terkena hujatan, tapi dihilangkan karena mendapatkan report ramai-ramai. Sebut saja Onic Kiboy, BTR Vivian, bahkan tim Filiphina, Blacklist International yang akun instagramnya hilang.

Saat harus menyalakan komen ketika live streaming berlangsung, seringkali yang ada hanya mengelus dan mengelus dada. Penonton dan pendukung tim tidak hanya melakukan psywar kepada pendukung tim lain, tetapi sudah pada taraf saling menghina, saling mencaci, bahkan saling mengujarkan kebencian. Yang lebih parah lagi adalah ketika sudah body shaming, sexual harassment, sampai pada bawa-bawa nama agama.

Ya, hampir semua turnamen online pasti dijumpai kalimat-kalimat toxic yang bertebaran di platform siarannya. Jangankan turnamen antar tim, player melakukan live streaming pun tidak luput dari hujatan demi hujatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Metaverse Selengkapnya
Lihat Metaverse Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun