Mohon tunggu...
Arif Meftah Hidayat
Arif Meftah Hidayat Mohon Tunggu... Freelancer - Buruh Pabrik

Dengan atau tanpa saya menulis, dunia juga tidak akan berubah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Bunga Edelweiss

9 Agustus 2018   17:12 Diperbarui: 9 Agustus 2018   17:30 707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perjalanan hampir sampai basecamp. Kupanggil Erick dan kuberikan segenggam bunga kepadanya. "Berikan ke kekasihmu, sebelum ia tahu itu bunga dariku. Sebelum ia kembali marah-marah seperti di perjalanan tadi".

"Tapi Bang,"

"Udah sana berikan dulu aja!"

Segenggam bunga diberikan Erick kepada Maya. Raut muka Maya berubah seketika. Jutek, kesal, dan cemberut hilang seketika. Maya menjadi Maya yang sebelumnya. Maya yang selalu ceria.

"Terimakasih sayang untuk kejutannya. Bunga Edelwieiss nya bagus. Bunga abadi. Semoga cinta kita juga abadi", ucap maya sambil merangkul kekasihnya.

Di perjalanan pulang. Di mobil ketika maya sedang tertidur karena kecapean, Erick tetiba berkata, "Bang, katanya kita tidak boleh mengambil apapun. Apalagi itu bunga Edelweiss, pasti kalau orang-orang tahu kita bisa dicela habis-habisan."

Tenang! Aku sudah bilang kepada pemilik kebunnya. Seorang patani yang aku sudah kenal dengannya. Lagian itu bukan Edelweiss. Itu adalah bunga wortel dan rumput yang memang mirip dengan bunga Edelweiss.

Aku tertawa, pun kemudian dengan Erick.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun