Ini kali pertama ku dengar angin laut berbisik kepada ku tentang apa yang difahami seorang nelayan mengenai lautan, mereka memaksa untuk hidup dalam maut yang begitu kejam, berfikir kehidupan yang akan mereka selesaikan dan pertaruhkan demi pendidikan anak-anak mereka, tak satupun dari para nelayan ini melihat kami sebagai orang yang sedang pempelajari kehidupan penangkapan ikan yang lebih aman di masa depan, mereka fikir kami juga adalah orang-orang yang sama yang sedang menjual diri kami untuk maut ditengah lautan.
Mereka tidak melihat bahwa proses penangkapan ikan ini akan lebih maju dengan pengembangan pendidikan penangkapan ikan, sangka mereka pendidikan itu menyelamatkan kehidupan manusia untuk tidak menjadi pelaut, sangka mereka bahwa dalam hidup ini tidak ada lagi kepedulian hidup nelayan yang lebih layak atau memang manusia sudah berlari jauh dari kepedulian bagi simiskin yang menderita hidupnya, makan dan kebutuhan pokok menjadi segalanya sehingga mengikis dari toleh mereka tentang sulitnya menjadi seorang nelayan.
Tapi tidak dengan perasaan ku kala itu, sebab ku fikir kita akan hidup dalam pelajaran untuk satu hal lain bagaimana ini semua akan mudah untuk dikerjakan, bahwa ada sebuah negara dengan kehidupan nelayan mereka yang lebih makmur dengan dijadikannya prikanan sebagai sebuah metode pendidikan dan mampu menghadirkan teknologi, sebut sajalah Jepang dengan keahlian produksi prikanan mereka yang tak serumit ini, kita tak mau bahwa ayah-ayah kita akan mati dilautan 10 tahun yang akan datang dengan segala kemungkinan maut yang datang di setiap menitnya.
Begitupun setiap saat coba ku dengarkan lagi tentang cerita-cerita dilautan ini untuk menjadi kegamangan menimang pendidikan, jikapun esok menjadi jalan bahwa kita bisa membawa nelayan bekerja tanpa bertaruh nyawa akan menjadi pekerjaan yang tidak mudah.
Tidak... tidak, kita tidak boleh menyerah, jika Indonesia mampu memamerkan laut sebagai kekayaannya maka disitu Indonesia harus bertanggung jawab untuk kehidupan manusia yang mencari rezekynya di tengah lautan ini.
Hari itu menjadi hari yang panjang sebenarnya bagi ku sebab banyak hal yang membuat kita tidak bisa tidur sebenarnya, aku menunggu hari-hari berikutnya untuk sampai "Laut tidak pernah bercerita" lagi, sehingga yang terdengar adalah kehidupan yang diceritakan seorang pelaut dan nelayan bahwa lautan memberikan kehidupan dan kesejahteraan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H