Mohon tunggu...
Arif L Hakim
Arif L Hakim Mohon Tunggu... Konsultan - digital media dan manusia

digital media dan manusia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Refleksi Budaya di Yogya Gamelan Festival

2 September 2014   14:52 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:50 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_321918" align="aligncenter" width="640" caption="Penampilan Tirta Kencana saat membawakan komposisi sluku-sluku bathok (dok. pribadi)"]

14095901311870949372
14095901311870949372
[/caption]

YGF ke-19 juga mengingatkan saya tentang idiom "urip kuwi wang sinawang" yang sering terdengar di Jogja dan sekitarnya saat menyaksikan penampilan mahasiswa Ningbo University-China bermain gamelan. Hidup itu saling melihat, tak terkecuali dalam melihat kebudayaan. Sebagian generasi muda di Indonesia senang melihat dan mengagumi selebriti dari Asia Timur, namun di sisi lain rupanya ada juga sebagian pemuda dan pemudi dari Asia Timur yang mempelajari kebudayaan yang dimiliki Indonesia.

Dengan mahir beberapa komposisi dimainkan oleh mahasiswa muda Ningbo University. Mereka juga mengkolaborasikan gamelan dengan beberapa alat musik dan lagu-lagu yang penuh nuansa negeri tirai bambu.

[caption id="attachment_321919" align="aligncenter" width="640" caption="Penampilan dari Ningbo University, China (dok. pribadi)"]

1409590283652566959
1409590283652566959
[/caption]

[caption id="attachment_321920" align="aligncenter" width="640" caption="Aksi mahasiswa Ningbo University saat membawakan komposisi Angguk Zhongguo (dok.pribadi)"]

14095903461433603066
14095903461433603066
[/caption]

Jika di USA dan Kanada sudah sekitar 110 kelompok yang memainkan gamelan, Di China (atau juga Tiongkok), Ningbo University merupakan satu-satunya universitas yang mengajarkan gamelan di kampus. "Mereka sangat semangat belajar gamelan meskipun harus menerjemahkan 3 bahasa selama latihan", ujar Sutrisno, pendamping sekaligus pembimbing Ningbo University Gamelan Ensemble.

[caption id="attachment_321922" align="aligncenter" width="640" caption="Mas Sutrisno, Mas Anang Batas, dan Mas Ari Wulu (dok. pribadi)"]

1409591930638545277
1409591930638545277
[/caption]

Mas Ari Wulu dan Mas Anang Batas yang didapuk sebagai pembawa acara juga tak kalah seru memandu perhelatan YGF. "Sampai saat ini, ada 34 negara di lima benua yang aktif memainkan gamelan", seru Mas Ari Wulu. Pernyataan Mas Ari Wulu seolah menggemakan bahwa gamelan sudah menjadi milik masyarakat dunia. Gamelan telah melintasi batas geografis, diterima hampir semua lapisan, tanpa sekat ras dan suku bangsa.

Dari kacamata universalitasnya, menurut saya gamelan layak ditempatkan di jejeran pusaka dunia. Gamelan telah merapatkan sendi-sendi antargolongan untuk sama-sama menyatu dalam alunan cipta, rasa, dan karsa.

Perhelatan YGF juga meninggalkan refleksi tersendiri, sudah sejauh mana perkembangan budaya yang kita miliki? Atau sudah sejauh mana kita mengembangkan dan melestarikan kebudayaan kita? Sudikah kita menilik dan mempelajari kebudayaan yang dititipkan leluhur, di saat budaya dari mana saja bebas berseliweran di depan mata dan hadir tiba-tiba di genggaman tangan kita?

[caption id="attachment_321923" align="aligncenter" width="640" caption="Bonang, Yogyakarta Gamelan Festival 2014 (dok. pribadi)"]

14095922671880771508
14095922671880771508
[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun