Mohon tunggu...
Arif L Hakim
Arif L Hakim Mohon Tunggu... Konsultan - digital media dan manusia

digital media dan manusia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Akhirnya Jogja Punya Logo Baru

5 Februari 2015   21:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:46 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_349501" align="aligncenter" width="484" caption="Logo Jogja yang baru (fanpage Jogja Darurat Logo)"][/caption]

Akhir tahun yang lalu, Jogja sempat mengguncang dunia maya. Bukan, bukan tentang mahasiswa S2 yang marah-marah saat mengantri BBM yang ingin saya tuliskan, tapi tentang logo daerah yang biasa disebut kota pelajar tersebut yang menuai kontroversi.

Saat itu, logo yang dihasilkan oleh tim ahli Hermawan Kartajaya, pakar marketing sekaligus CEO dan founder Markplus Inc. malah diplesetkan oleh netizen dari Jogja menjadi "Togua". Kompasianer yang juga teman main saya, Mas Hendra Wardhana, sempat menuliskan di Kompasiana perihal logo yang jadi bahan candaan pada reportasenya.

[caption id="" align="aligncenter" width="498" caption="Desain logo baru Jogja yang lebih terbaca sebagai TOGUA (marketers.com, dikutip dari tulisan Mas Hendra)"]

Desain logo baru Jogja yang lebih terbaca sebagai TOGUA (marketers.com, dikutip dari tulisan Mas Hendra)
Desain logo baru Jogja yang lebih terbaca sebagai TOGUA (marketers.com, dikutip dari tulisan Mas Hendra)
[/caption]

Menyikapi candaan yang mungkin menjadi polemik tersebut, Gubernur sekaligus Raja Kraton Ngayogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X beserta Pemprov DIY kemudian mengumpulkan beberapa orang untuk kembali merumuskan logo Jogja yang lebih sesuai. Mereka ini kemudian dikenal dengan istilah Tim 11 yang beranggotakan Herry Zudianto (Tokoh Masyarakat) – selaku koordinator, Mohammad Marzuki (Jogja Hiphop Foundation), Butet Kartaredjasa (seniman), M. Arief Budiman (P31 Jogja/ADGI), Noor Arief (Dagadu Djogja), Ong Hari Wahyu (Seniman / ADGI Jogja), Sumbo Tinarbuko (ISI Yogyakarta), Waizly Darwin (MarkPlus, Inc.), Fitriani Kuroda (Jogja International Heritage Walk), dr. Tendean (IMA Jogja), dan Prof. M. Suyanto (STMIK Amikom).

Website resmi untuk keperluan ini pun diluncurkan dengan nama urunrembugjogja.com. Sedangkan dari kelompok masyarakat, membuat fanpage Jogja Darurat Logo di facebook. Usulan logo Jogja kemudian "dilelang" secara terbuka dan mengajak seluruh masyarakat untuk ikut berpartisipasi untuk urun logo.

Hari ini (5/2/2015), setelah beberapa bulan melakukan beragam proses, kurasi, dan rework (kerja ulang) logo Jogja yang baru akhirnya diperkenalkan langsung oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X kepada publik di Gedung Pracimasono, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta.

[caption id="attachment_349502" align="aligncenter" width="616" caption="Sri Sultan Hamengkubuwono X saat soft launching logo Jogja yang baru (Fanpage Jogja Darurat Logo)"]

1423122216756993001
1423122216756993001
[/caption]

Pastinya, ada beragam filosofi di balik logo Jogja yang baru ini. Apa saja di dalamnya? Berikut saya kutip langsung dari fanpage Jogja Darurat Logo:

Logo Jogja yang baru ini menggunakan huruf kecil yang melambangkan egaliterisme, kesederajatan, dan persaudaraan. “Dengan warna merah bata, sebagai warna yang melambangkan kraton dan spirit keberanian dan untuk menandai warna zaman baru atau masa depan berbekal pada akar budaya masa lalu. Akar budaya ini diperkaya dengan kearifan lokal yang genuine,” kata Arif Budiman, anggota Tim 11.

Font yang digunakan memuat nuansa huruf Jawa. Hal ini, menurut paparan Arif, mewakili kekuatan akar budaya masyarakat Yogyakarta. “Logo ini menggunakan jenis font original yang didesain berdasarkan aksara Jawa. Kemudian, dikemas ulang dalam font modern, simpel, dan dinamis serta tetap berpijak pada ruh tradisi dan kebudayaan Jogja,” katanya.

Selain itu, bentuk font yang modern, simpel, dan dinamis juga dimaksudkan sebagai manifestasi semangat anak muda (Youth), perempuan (Women), dan penggiat Internet (Netizen) yang oleh MarkPlus diposisikan sebagai tiga subkultur yang menggerakkan dunia modern saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun