Cobek biasanya digunakan untuk mengulek bumbu masak di dapur. Namun, di tangan Kang Eeb --panggilan sehari-hari Muhammad Syueb Arsalan yang merupakan teman satu kamar saya di Pondok Pesantren Tambak Bening- cobek menjadi hal yang indah dan berharga.
Peminat karyanya semakin luas karena ditunjang dengan gandengan dari Pemerintah Propinsi Jawa Timur dan Pemerintah Kota Surabaya untuk melakukan pameran di berbagai tempat baik di pulau Jawa maupun luar Jawa karena dianggap UMKM yang kreatif dan berdampak pada ekonomi masyarakat.
"Alhamdulillah atas pertolongan Allah dan berkah doa para guru, semua terasa mudah dan indah." Ungkapnya.
Karya sebagai Sarana Ibadah dan Dakwah
Sebagai seorang santri, semua karya haruslah bernilai ibadah. Karena jika bernilai ibadah, maka hal itu akan memperoleh pahala. Bukan sekedar karya biasa. Begitu juga dengan kaligrafi yang dibuatnya diniatkan agar yang melihat karya itu kemudian ingat kepada Sang Pencipta alam semesta dan jagat raya. Allah Swt.
Cobek yang bentuknya menonjol dan kemudian ditulis secara indah asma-asma Allah Swt secara filosofis memberi arti bahwa Tuhan haruslah dinomorsatukan dalam kehidupan. Dengan begitu kehidupan dunia maupun akhirat akan penuh kebahagiaan.
Pada kenyataannya, karya-karya yang dihasilkan mempunyai aura spritual yang berbeda dengan karya-karya yang dulu dihasilkan tidak dalam keadaan suci. Ya, karena dulu dia belum menjadi santri di Pondok Pesantren Tambak Bening atau yang biasa disebut Ma'had TeeBee oleh publik Surabaya.
Diajarkan Mandiri sejak di Pesantren.Â
Kang Eeb hanyalah satu diantara santri dan jamaah Pondok Pesantren Tambak Bening yang berbisnis dan berkarya mandiri setelah keluar dari pesantren. Masih banyak lagi santri lain yang mempunyai berbagai macam karya.
Hal tersebut disebabkan pengasuh pesantren senantiasa memberi motifasi dan mengajari agar setiap santri mempunyai jiwa leadership dan entrepreneurship yang melekat dalam kehidupan sehari-hari mulai bangun tidur sampai tidur lagi.
Penegasan ini dilakukan agar santri punya ketergantungan besar kepada Tuhan dengan mempunyai usaha dan karya yang mandiri. Bukan tergantung kepada proposal dan bantuan orang lain.
Hal itu dicontohkan langsung oleh kyai yang di pesantren mempunyai beragam jenis usaha dari hasil kreatifitas kyai, santri dan jamaah. Oleh Bu Risma Walikota Surabaya, karya-karya santri ini mendapat apresiasi luar biasa.
Di pesantren, semua karya santri juga diwadahi oleh Toko penjualan ZainMart yang memasarkan hasil produksi.
Semakin banyaknya pesanan dari luar kota menyebabkan kami, Kang Eeb dan juga para santri lain yang mempuyai tantangan baru untuk melakukan pengiriman barang pesanan dengan cepat, aman dan efisien.
Dan Allah Swt seakan membuka jalan kemudahan dengan dibukanya agen pengiriman paket JNE di Jalan Tambak Sari yang tentu saja tidak jauh dari pesantren. Oleh para santri, JNE cabang Tambak Sari menjadi pilihan untuk pengiriman ke luar Surabaya.
Karena sudah menjadi langganan para santri termasuk saya dan juga Kang Eeb, maka ketika sudah menikah dan keluar pesantren tetap saja menggunakan JNE untuk pengiriman. Termasuk ketika saya mengirim kopyah 17 cm karya santri yang dipesan oleh para penulis senior Kompasiana di Jakarta seperti Pak Thamrin Dahlan, Mas Junanto Hendawan, Mas Syaifudin Sayuti dan lain sebagainya. Semua saya kirim lewat JNE Tambak Sari. Hehe...
Apalagi saat JNE sudah dilengkapi dengan aplikasi My JNE yang tentu saja akan sangat membantu dan memudahkan para pelanggan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H