Mohon tunggu...
Arif Khunaifi
Arif Khunaifi Mohon Tunggu... Administrasi - santri abadi

Manusia biasa dari bumi Indonesia .:. Ingin terus belajar agar bermanfaat bagi alam semesta... .:. IG & Twitter: @arifkhunaifi .:. Facebook: Arif Khunaifi .:.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Di Balik Semangat Menjelajah Bumi Allah di Kalimantan

22 Januari 2016   14:46 Diperbarui: 22 Januari 2016   16:26 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam beberapa perintah Gusti Allah di Kitab Suci al-Qur’an ada sebuah keterangan, sebagai orang beriman hendaklah melakukan perjalanan di muka bumi-NYA dan mengambil hikmah serta makna yang terdapat dalam perjalanan tersebut.

Maka, ketika ada kesempatan yang diberikan oleh Kompasiana yang bekerja sama dengan Datsun Indonesia untuk berekspedisi bumi Kalimantan. Maka salah satu hal yang saya lakukan adalah berdoa kepada-NYA agar diberikan kemudahan dan keberkahan dalam perjalanan.

Sore itu, hari Selasa tanggal 5 Januari 2016 HP saya beberapa kali ditelpon dari nomor Jakarta. Namun sayang saya baru tahu usai olahraga bulutangkis bersama Kapolres Surabaya dan para jajarannya.

Tidak lama berselang, nomor itu menelpon lagi dan ternyata dari Mas Kamil Ihsan yang merupakan kru dari Kompas.com. Dia menjelaskan kalau saya termasuk yang terpilih untuk mengikuti Datsun Risers Expedition trip Kalimantan.

Berbagai macam persyaratan terpenuhi dan berbagai macam alat perlengkapan saya siapkan.  Hari Senin, 11 Januari 2016 sudah di depan mata. Tiket Elektronik yang dikirim oleh pihak penyelenggara melalui email juga sudah saya print out.

Grup WA khusus risers anggota etape pertama sudah dibuat. Berbagai macam aksi kocak sudah ditunjukkan oleh para risers di grup tersebut. Mulai jargon tim sampai kancut dibahas tuntas tidak ada yang ketinggalan. Para admin Kompasiana seperti Mas Nurul dan Mas Kevin juga nimbrung ngakak di sana serta sesekali mengingatkan hak dan kewajiban para risers.

Berangkat Lebih Awal

Tertulis dalam tiket pesawat bahwa jadwal keberangkatan saya menuju Balikpapan adalah hari Ahad, 10 Januari 2016 pukul 15.55 dengan Garuda Indonesia. Berarti keberangkatan saya lebih awal daripada risers lain dari Jakarta dan Bandung.

Padahal pada tanggal tersebut anggota KoneK (Kompasianer Nekad Surabaya) sudah menyusun pertemuan silturrahmi dengan anggota RTC di Kedai Ningrat milik Kompasianer Mas Lukman di kawasan jalan Sukarno Hatta Surabaya.

Maka dijadikanlah pertemuan itu oleh Mbak Avy sebagai ajang pelepasan saya sebagai anggota KoneK. Apalagi kedai tersebut tempatnya sejalan dengan jalur menuju Bandara Juanda. Dan mungkin saya adalah satu-satunya anggota komunitas kompasiana yang dilepas dengan acara ritul pelepasan segala. Seperti pelepasan jamaah haji saja. Haha...

Dalam tulisan ini sekaligus saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Mbak Avy, Bu Nur Hasanah, Mbak Ay Mahaening, Mbak Fir Sandal dan Mas Lukman yang telah mengikuti ritul prosesi pelepasan jamaah riser Surabaya serta Kompasianer lain seperti Pak Sam, Mas Nuzulul, Mas Choiron dan semuanya yang sejatinya ikut tetapi ada kendala.

Bandara Juanda ke Sepinggan Balikpapan

Pukul 14.00, usai makan dan minum nikmat di Kedai Ningrat saya pamitan sekaligus dilepas dari tempat pertemuan KoneK dan RTC menuju bandara.  Tidak ada pelepasan dengan kumandang adzan lho ya. Hehe. Sedangkan di tempat lain, beberapa kali Mas Nanang dari Ponorogo memberi tahu lewat WA jika dia sudah di bandara jam sebelas siang dan menunggu saya di lantai dua bandara.

Perjalanan setengah jam saya sampai bandara terminal 2. Berbagai pemeriksaan barang maupun badan dilakukan oleh petugas dengan lancar tanpa kendala apa-apa. Semua barang-barang lolos dan tidak ada yang mencurigakan.

Karena sudah cek-in secara online pada malam sebelumnya, maka saya tidak ada kesulitan untuk boarding. Hal ini memberikan pelajaran berharga bahwa cek-in secara online itu mempunyai banyak kelebihan dan salah satunya bisa memilih kursi yang letaknya sesuai dengan keinginan.  Saya sih selalu memilih tempat di dekat jendela agar bisa menikmati negeri di atas awan ciptaan Tuhan. Hehe.

Ketika naik ke lantai dua, bertemulah saat itu saya dengan pria ganteng dan gagah. Itulah Mas Nanang Diyanto. Ini adalah pertemuan pertama saya dengannya walaupun beberapa kali sudah komunikasi lewat dunia maya. Kelihatannya sih sudah bertemu di Kompasianival, namun saat itu belum kenal.

Lalu kami menuju Gate 2 tempat Pesawat Garuda Indonesia. Sambil menunggu pesawat saya pamit untuk shalat ashar terlebih dahulu. Sedangkan Mas Nanang shalat asharnya sudah dijama’ pada saat shalat dzuhur.

Tepat pukul 15.55 kami masuk ke pesawat dan bersiap untuk terbang. Dalam perjalanan yang ditempuh dengan waktu sekitar satu jam itu kami mendapatkan suguhan makanan nusantara. Sambil melihat awan yang indah kami pun segera menikmati hidangan itu.

Dalam penerbangan ini, di setiap kursi penumpang disediakan layar monitor untuk memilih berbagai macam video tempat pariwisata, lagu maupun film. Saya pun memilih film berjudul HOS. Tjokroaminoto dengan tujuan mengingat perjuangan para pendahulu bangsa ini sehingga bisa terciprati sifat-sifat pejuang dalam diri mereka untuk kemerdekaan serta mengambil hikmah bagaimana caranya mengisi kemerdekaan dengan baik dan benar.

Mendarat Di Balikpapan

Sekitar jam 18.00 kami mendarat di Bandara Sepinggan Balikpapan. Lalu kami mencari mushalla untuk mendirikan shalat maghrib dan isya’ sekaligus. Tidak jauh dari terminal kedatangan mushalla sudah terlihat dan kami shalat di sana.

Saya kemudian menghubungi Mas Radja Muhammad yang bertanggung jawab teknis lapangan. Kemudian kami meluncur di Fave Hotel yang tempatnya tidak jauh dari bandara. Hanya sekitar lima belas menit perjalanan.

Sesampai di hotel, kami santai dulu di loby sambil menunggu penataan kamar. Tidak lama kemudian Mas Radja mengajak kami ke lantai 5 kamar 525. Di kamar tersebut, tampak sudah ada barang Mas Eka sedangkan empunya lagi keluar hotel.

Untuk membersihkan badan, saya kemudian mandi air hangat lalu memposting beberapa foto perjalanan antara Juanda sampai Sepinggan. Kebanyakan foto awan di udara dan suguhan makanan di pesawat.

Beberapa waktu kemudian Mas Radja mengajak kami makan di depan hotel. Saya pesan makanan yang ada sayurnya yaitu gado-gado. Adapun yang jualan sudah bisa diprediksi yaitu orang Jawa.

“Ini orang Jawa kan yang jualan?”

“Nggih..” mereka menjawabnya dengan Bahasa Jawa.

Agar tidak terlalu larut malam, saya undur diri untuk istirahat. Saat teman-teman ngobrol dengan Mas Hilman sampai jam satu malam saya juga tidak tahu karena sudah terlelap. Saya memang masuk kategori PeLor (Nempel bantal langsung molor).

Bagaimanapun saya harus juga menghitung jam istirahat. Apalagi siang harinya saya tidak sempat tidur. Padahal biasanya walaupun setengah jam saja saya selalu melakukannya. Ini sangat membantu kebugaran tubuh.

Saya sadar, tidak mungkin teman-teman sekelompok yang baru datang di bandara langsung menyopir. Mereka tentu butuh istirahat yang cukup setelah perjalanan panjang dari Jakarta. Paling tidak, ada di antara tim kami yang sudah cukup istirahatnya agar saat perjalan ada sopir yang benar-benar siap.

Perjalanan Ke Samarinda dan Sangatta

Usai shalat subuh (11/1) saya mulai berkemas. Beberapa barang yang kecil saya masukkan tas terlebih dahulu agar tidak ket inggalan. Mas Radja pun memanggil untuk sarapan dan persiapan untuk keberangkatan bersama-sama risers dari Jakarta dan Bandung.

Beberbagai persiapan sudah selesai dilakukan dan rombongan pun meluncur dari hotel ke bandara. Di sana risers baru saja turun dari pesawat. Saya pun menunggu dan ingin tahu secara langsung wajah Bang Gapey dan Mas Santo yang merupakan satu tim.

Tidak lama kemudian mereka muncul, saya pun bertemu dengan dua orang tersebut. Bang Gapey tampak ramah tersenyum menyapa saya begitu pula Mas Santo. Pokoknya kesan pertama begitu terpana, selanjutnya entah bagaimana. Haha.

Mas Radja kemudian memberi aba-aba jika perjalanan akan segera dilakukan. Semua risers harus masuk mobil. Kami untuk sementara masih disopiri Pak Bambang menuju ke Samarinda. Ini meleset dari perkiraan saya, namun ada hikmahnya karena bisa mengambil banyak foto dalam perjalanan.

Sekitar 3 jam perjalanan sampailah kami di Dealer Dealer Nissan Datsun Samarinda. Datang langsung makan siang, shalat jama’ dzuhur dan ashar kemudian dilanjutkan breafing touring dan savety driving selama perjalanan.

Breafing berjalan lancar dilanjutkan untuk pelapasan tim risers dari dealer tersebut oleh Head Datsun Indonesia Mbak Indriyani Hadiwajaja. Risers dilepas secara berurutan mulai pertama sampai tim kami yang kelima.

Perjalanan dari Samarinda ke Sangatta berjalan dengan lancar jaya. Saya sebagai driver bertama bagi tim 5 yang menggunakan jargon GAS (Gapey Arif Santo). Berbagai macam keindahan bumi Kalimantan masih nampak sisa-sisanya di sepanjang perjalanan.

Di tengah perjalanan, semua risers sempat berhenti  di Depot Lamongan di kawasan Bukit Menangis untuk sekedar melepas lelah, minum kopi dan buang hajat. Ketika semua dirasa cukup, perjalanan dilanjutkan ke Sangatta dan sampai di sana sekitar pukul 19.00 malam.

Sesampai di tempat semua perserta langsung makan di Q-Hotel lalu evaluasi perjalanan oleh Mas Aris dari Kompas Otomotif dan Bu Indri dari Datsun. Selepas itu peserta langsung masuk kamar masing-masing. Shalat maghrib plus isya dilanjutkan menulis review perjalanan untuk Kompasiana.

Banyak risers sampai tengah malam yang belum tidur untuk menulis. Namun karena akses internet yang agak sulit di malam hari, akhirnya tulisan dikirim pada pagi hari. Di luar, para kru tampak sibuk mengisi bahan bakar untuk perjalanan berikutnya.

Dari Sangatta Ke Kampung Dayak Miau Baru

Agenda selanjutnya pada hari kedua (12/1) adalah melanjutkan perjalanan ke Kampung Dayak Miau Baru. Usai sarapan, peserta langsung melakukan persiapan. Semua barang dimasukkan mobil dan peserta mengikuti pengarahan dari Mas Arsyi sebagai Road Capten (RC).

Tidak hanya itu peserta juga diajak untuk melemaskan badan dengan cara berolahraga pagi sederhana. Hal itu dilakukan agar peserta tetap sehat selama perjalanan. Apalagi perjalanan yang ditempuh lumayan jauh. Tidak lupa pula berdo’a bersama sebelum berangkat.

Setelah menempuh perjalanan sekitar tiga jam sampailah kami ke Desa Miau Baru dan melakukan kegiatan CSR untuk anak-anak sekolah di desa tersebut. Kegiatan lengkap dan berkesan dalam agenda tersebut sudah kami tulis di Kompasiana.

Sekitar dua jam di desa itu, kami diminta untuk cepat kembali ke mobil untuk segera melanjutkan perjalanan ke Tanjung Redep, Berau.

Dari Miau Baru ke Berau

Road Capten, meminta kami untuk segera ke mobil untuk melanjutkan perjalanan tentu bukan tanpa alasan. Perjalanan ke Tanjung Redep ini akan menempuh jalan yang ekstrim dan panjang. Boleh dikatakan itu merupakan jalur tersulit dan paling menantang di antara perjalanan sebelumnya.

Benar saja, ketika baru mulai perjalanan saja banyak risers yang kuwalahan menghadapi medan jalanan. Menikuk tajam, turun curam dan jalan rusak membuat keahlian para risers diuji. Tidak jarang mobil yang mundur bahkan mati karena salah dalam memprediksi transmisi.

Namun semua itu bisa dilalui dengan baik, sehingga perjalanan juga lancar. Itu semua tidak lepas dari kekompakan semua tim dalam mengikuti arahan dari RC. Dalam perjalanan ini, tim dokumentasi dari kompas.com ikut dengan mobil kami untuk mengabadikan pembicaraan dalam mobil.

Setelah menjalani perjalanan panjang dan melelahkan, sampailah kami di Hotel Swara Cantika. Setiap peserta langsung disambut dengan minuman oleh pegawai restoran hotel. Lalu kami dipersilahkan makan malam.

Usai makan malam kami langsung ke kamar untuk menulis dan mengistirahatkan badan. Cukup sulit akses internet di Berau ini, sehingga kami menunda untuk mengirim tulisan ke Kompasiana.

Dari Berau Ke Pulau Derawan dan Kakaban

Bangun pagi, mandi, kemudian shalat plus memperbaiki tulisan, itulah aktifitas hari ketiga di sana. Pesiapan berkemas mulai dilakukan untuk menuju pulau yang sudah ditunggu-tunggu yakni Pulau Derawan (13/1).

Usai sarapan, pengarahan dan doa bersama para risers langsung menuju dermaga yang berjarak hanya sekitar 3 km dari hotel tempat menginap. Speed Boat yang akan membawa kami sudah bersiap-siap.

Perjalanan 1 jam setengah sampailah kami di sebuah pulau yang kecil namun indah karena dikelilingi pohon kelapa. Pasirnya putih dan air lautnya bening. Ikan dan hewan laut terlihat cukup jelas dari atas perahu. Ya itulah pulau derawan.

Hampir semua risers mengabadikan pulau ini dengan foto maupun video. Barang-barang kami tinggalkan karena semua sudah ada yang mengurusnya. Setelah puas mengabadikan gambar, kami diberikan kunci kamar tempat menginap.

Sebuah kamar dari rumah yang cukup bagus dengan pemandangan yang indah karena langsung menghadap ke laut.  Tidak hanya di siang hari, pemandangan yang cukup eksotis juga bisa dilihat ketika malam hari.

Tidak lama di kamar, kami langsung menuju pantai lagi untuk pengambilan gambar video kompas.com. Hanya beberapa menit setelah itu kami diajak untuk ke spot snorkeling.  Berbagai alat pun sudah disiapkan.

Para risers pun semangat sekali. Ada yang langsung nyemplung dan ada pula yang memakai alat dulu. Ada pula yang tidak ikut karena belum bisa berenang dan ada yang phobia air.

Aktifitas menyenangkan itu bagi saya adalah pengalaman penting dan berharga. Saya bisa mengamati secara langsung ciptaan Allah yang di indah di dalam laut. Karang, ikan dan berbagai macam hewan lain.

Puas snorkeling kami kembali ke kamar. Mandi kemudian istirahat. Malam harinya tim 5 tidak keluar kemana-mana kecuali makan malam. Kami lebih fokus untuk menulis, membuat video dan mengirim foto-foto. Sedangkan tim lain banyak yang keluar mencari souvenir.

Dari Derawan Ke Kakaban

Usai membuat hati terasa nyaman di Pulau Derawan yang menawan. Para peserta Datsun Risers Expedition diberikan kejutan yang mungkin sulit untuk dilupakan. Ya. Mereka diajak wisata ke pulau kelas Kakab bernama Pulau Kakaban (14/1).

Pulau tersebut masih bagian dari wilayah dari Kepulauan Derawan. Namun pulau ini mempunyai karakteristik tersendiri dari Pulau Derawan. Bedanya pulau ini tidak dihuni oleh penduduk. Hanya beberapa orang saja yang menjaga pintu gerbang masuk pulau.

Namun untuk kenyamanan di pulau ini jangan ditanya lagi. Selain disambut dengan ucapan selamat datang, bagi Anda yang mengunjungi tempat ini akan disambut oleh berbagai macam pohon besar yang bertuliskan namanya masing-masing.

Setelah disambut dengan pohon-pohon di Pulau Kakaban dengan oksigen yang super segar. Kami menaiki jalanan bertangga kayu. Walaupun tidak begitu menanjak tajam, bagi yang tidak biasa jalan kaki atau naik gunung, mungkin agak payah.

Nah, saat di puncak tangga itulah kami melihat pemandangan danau indah luar biasa yang menghijau. Ubur-ubur mulai terlihat mesra menyapa kita. Bukan hanya satu atau dua ubur-ubur, namun bisa jadi ribuan jumlahnya.

Rasa ingin segera mencebur ke danau sudah begitu membuncah. Baju renang yang belum begitu kering karena digunakan snorkling langsung kami pakai lagi. Alat-alat pengaman seperti kaca mata dan pelampung langsung juga kami pakai.

Ketika turun di air danau yang bening itulah kami disambut oleh ubur-ubur yang bersahabat sekali dan sama sekali tidak membahayakan. Inilah yang membedakan antara ubur-ubur di laut dengan di danau ini.

Kembali Ke Berau

Cukup dua jam kami di Kakaban. Lalu agenda selanjutnya adalah kembali ke Berau untuk istirahat di Hotel yang sama. Perjalanan tiga jam lamanya untuk sampai. Maka kesempatan ini digunakan oleh para risers untuk istirahat.

Sesampai di hotel, kami langsung menuju kamar. Kali ini kami kamar kami dekat dengan kolam renang. Para risers ada yang renang di kolam ada pula yang  mandi di kamar sendiri. Kami lebih memilih tetap dikamar untuk menggarap tugas.

Malam hari kami menuju restoran, di sana selain makan malam juga akan pengumuman pemenang dalam etape pertama ini. Pemenang yang dimaksud adalah pembuatan video, foto maupun tulisan di Kompasiana.

Alhamdulillah saya bersyukur kepada Allah bahwa tim kami adalah juaranya dengan hadiah masing Kamera Go Pro 3 Hero. Sedangkan juara kedua dari tim 1 yang berhadiah Xiomi Yi. Beberapa media mewawancarai kami sebelum kami kembali ke kamar.

Usai itu, hampir semua risers berkumpul di pinggir kolam untuk ngopi dan bercengkrama sampai tengah malam. Bersama tertawa sebelum besok pagi kembali ke rumah masing-masing.

Kembali ke Rumah Masing-masing

Pagi hari kelima, Jumat (15/1) adalah hari yang mengharukan bagi para risers. Mereka harus berpisah untuk kembali ke rumah masing-masing. Diawali sarapan pagi lalu dilanjutkan acara perpisahan dengan bersama.

Sebelum ke bandara peserta diajak membeli oleh-oleh khas Berau di toko “Basinang”. Berbagai macam oleh-oleh makanan, kaos sampai pernak-pernik dibeli oleh para risers. Waktu untuk belanja dibatasi 20 menit.

Setelah itu risers menuju Bandara Kalimarau dan naik pesawat. Namun ada 3 risers yang belum mengikuti penerbangan.  Saya, Mas Nanang dari Ponorogo dan Mas Eka dari Banjarmasin. Kami harus pulang pada hari Sabtu mengikuti jadwal penerbangan Garuda Indonesia jurusan Surabaya.

Malamnya kami jalan-jalan bersama Mas Radja dan Bang Dalle untuk makan dan mendatangi masjid Agung Berau yang nanti juga akan saya angkat jadi tulisan karena keunikan masjid ini. Setelah itu kami istirahat di hotel.

Sabtu pagi, (16/1) kami menuju bandara untuk melakukan penerbangan menuju Balikpapan lalu dilanjutkan ke Surabaya dengan selamat. Kami dan Mas Eka berpisah di bandara Berau, sedangkan saya dan Mas Nanang berpisah di Bandara Juanda.

Alhamdulillah saya sampai di rumah dengan keadaan tanpa kurang apapun dan disambut oleh istri tercinta. Rasanya masih ada cerita lain yang akan saya tuliskan, tunggu ya di Kompasiana. Haha...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun