[caption caption="Di Speed Boat dalam perjalanan Ke Derawan"][/caption]
Di setiap perjalanan kemana saja, biasanya ada sesuatu yang lucu dan mungkin akan menjadi kenangan yang sulit untuk dilupakan. Nah begitu juga dengan perjalanan para risers kompasianer yang mengikuti ajang Datsun Risers Expedition pada etape pertama Balikpapan sampai Pulau Kakaban.
Bahkan dalam satu kesempatan Kompasianer asal Malang, Mas Selamet Hariadi berpesan kepada saya agar lupa oleh-oleh humor dalam perjalanan di Kalimantan. Yups, untuk itulah saya akan tuliskan untuk Anda semua kejadian yang menurut saya lucu. Tapi kalau menurut Anda tidak lucu itu bukanlah masalah saya.
Pertama. Kisah sopir yang marah-marah pada mobil.
Adalah Bang Dalle, sopir asal Sulawesi ini sudah berada di samping mobil nissan xtrail seri terbaru. Semua tim sedang persiapan menuju bandara dari Fave hotel tempat saya menginap di Balikpapan. Bang Dalle bagian nyopir mobil xtrail, sedangkan saya, Mas Nanang serta Mas Eka juga ikut di mobil itu.
Saya pun berlari ke arah mas Radja untuk menanyakan letak handrem. Dia memberi tahu kalau letaknya di bawah kaki kiri. Saya berlari menuju bang Dalle untuk menunjukkan letak sisi handremnya. Akhirnya mobil bisa berjalan ikut rombongan.
Saat mobil berjalan Bang Dalle marah-marah pada mobil.
“Katanya mobil baru kok membuat pusing kepala. Masak ada handrem di kaki. Itu namanya bukan handrem”.
Wah pokoknya dia nggremeng macam-macamlah. Apalagi ketika perjalanan mobil bertransmisi matik itu tidak bisa berjalan maksimal. Kalau digas semakin nggereng. Indikator gas alia RPM sudah tinggi tapi mobil tidak mau berjalan kencang. Dia pun semakin gerang pada mobil itu. Untung saja jarak hotel dan bandara tidak terlalu jauh sehingga kami tidak terlalu lama pula mendengar orang memarahi mobil.
Saya hanya tertawa dalam hati. Lah orang ini marah-marah pada mobil, emangnya dia salah apa coba?
Kedua. Tentang Mas Nanang dan Lensa Lanang
Alkisah, usai kegiatan CSR Datsun, semua tim dimintai tanggapan dan kesan mengenai kegiatan bersama anak-anak suku Dayak, saat itu beberapa tim menjawab dengan lugas dan bernas. Namun ketika sampai tim Risers dua dengan juru bicara Mas Nanang dari Ponorogo ternyata bicaranya panjang sekali seperti pidato kenegaraan.
Saat itu tim kami risers 5 yang ikut setia mendengarkan mulai senyum-senyum sendiri mendengarkan pidato kenegaraan atau tepatnya pidato menteri kesehatan. Ketika benar-benar usai pembicaraan dari Mas Nanang, maka Bang Gapey yang menjadi juru bicara tim kami langsung menyahut kencang di radio komunikasi antar mobil risers. “KEENYANGGG...”
Ternyata tidak sampai di situ, Mas Nanang masih merasa kurang dengan keterangan yang diberikan sehingga minta tambahan waktu untuk menjelaskan. Saya sih tidak tahu ekspresi tim risers lain ketika mendengarkan pidato kenegaraan itu. Hehe...
Keseruan Mas Nanang tidak hanya itu saja, ketika di perjalanan sampai di Pulau Derawan dan Kakaban dia punya senjata lensa lanang. Kameranya ternyata mampu mengambil berbagai pose yang hebat-hebat terutama untuk tim cewek risers 3. Bayangkan saja, untuk mengambil foto dengan lensa lanangnya dia harus menyimpan file foto sampai 40 GB. Aw...aw...woo..
Dia juga termasuk disiplin lo. Untuk keberangkatan pesawat ke Balikpapan dari Surabaya jam 15.55 sore, dia sudah sampai di Bandara Juanda jam 11.00 siang. Saya sih belum bisa membayangkan apa saja dilakukan selama empat jam.
Ketiga. Balada Kamar Toilet Speed Boat
Usai bermain bersama ubur-ubur di Pulau Kakaban, semua risers diminta segera kembali speed boat. Maka hampir semua risers bergegas agar laut tidak keburu surut. Lalu mereka secara bergantian berganti baju di kamar toilet speed boat.
Yang unik dari toilet ini adalah pintunya tidak bisa dikunci dari dalam. Maka semua yang ganti pakaian di tempat ini harus ekstra hati-hati karena pintu bisa terbuka sewaktu-waktu. Gak lucu kan kalau pas buka baju tiba-tiba pintunya kebuka.
Yang paling aman adalah minta dikuncikan pintu dari luar. Kelemahannya kalau dikunci dari luar adalah jika ada yang iseng mengerjai, pintunya gak dibuka-buka. Sudah beberapa kali digedor juga gak dibuka. Namanya juga dikerjain.
Dalam toilet juga sangat pengap sebab tidak dilengkapi sirkulasi udara. Siapa saja yang di dalam tempat itu akan segera keluar. Inilah yang menyebabkan seorang risers cewek teriak kencang karena lega keluar dari tempat tersebut.
Nah, mungkin karena itulah dia lupa ada barang dalamnya yang tertinggal di dalam. Padahal Mas Nurulloh sudah terlanjur masuk ke dalam toilet. Ya sudah akhirnya dia harus menunggu Mas Nurul keluar dulu baru dia mengambil dalaman yang tertinggal.
Ya. Jadilah ramai seluruh penumpang. Mas Nurul dianggap terlalu lama di dalam toilet karena ada sesuatu di dalamnya. Haha...
Kisah tentang toilet speed boat belum berakhir. Ada pemandangan unik ketika perjalanan pulang dari Kakaban menuju Tanjung Redep. Seorang sopir anggota dokumenter atau lebih tepatnya para fotografer Kompas.com tidur di depan pintu toilet dengan pulasnya.
Begitu banyaknya orang keluar masuk tempat tersebut pasti akan melangkahi tubuhnya. Namun itulah hebatnya dia. Ternyata dia tidak mau bangun juga walaupun mungkin ada bau menyengat yang keluar dari dalam toilet tersebut.
Dalam berbagai pembicaraan di media sosial para risers. Mereka selalu menyebut kata kancut untuk aktifitas mereka selama perjalanan. Nah saya pun melihat saja yang mereka bicarakan tentang kancut. Namun ada yang aneh, setiap mereka bicara tentang kancut mereka selalu tertawa. Terus terang saya tidak tahu apa itu artinya kancut.
Saat di Pulau Derawan, saya beranikan diri untuk bertanya kepada Bang Gapey apa itu artinya kancut. Dia pun menjawab kalau kancut itu artinya CD alias celana daleman. Itu bahasa Betawi katanya. Ohhhh...Pantesan saja kalau mereka membahas kancut lalu tertawa.
[caption caption="Aktifitas di kamar Pulau Derawan"]
Untung saja kalau mereka sedang bahas kancut saya ndak ikut-ikut. Karena selama ini saya hanya tahu di Jawa ada kata “Kancut tali wondo, wes kebacut diapakno...” Hoho...
Keenam. Tertawa Guling-guling Di Lantai
Suatu malam, saya menulis untuk Kompasiana di Pulau Derawan. Tiba-tiba Bang Gapey ingin cerita kepada kami sesuatu yang lucu kepada kami perihal ihwal para risers terdahulu yang mengikuti kompetisi irit bensin.
Sebelum bercerita Mas Gapey sudah tertawa duluan dan mambuat saya serta mas Satto ikut tertawa. Saya awalnya menulis di atas kasur tidak bisa menahan tawa sehingga harus turun ke lantai agar tertawa tidak terlalu keras dan mengganggu tetangga kamar.
Lah ini belum cerita dimulai kok sudah guling-guling di lantai. Saya sih guling-guling biasa, tapi Bang Gapey itu sampai menggedor-nggedorkan tangannya di lantai. Apalagi saat cerita itu dia sampaikan, wajah saya tutup bantal di kolong kasur.
Ketujuh. Pengambilan Video Koplak ala Kang Arul
Dalam perjalanan, ada saja yang dilakukan oleh Kang Arul Si Dosen Galau. Ketika melihat wajahnya saya selalu teringat penggabungan dua orang teman saya. Yang pertama adalah sepupu saya di desa yang sangat kreatif dengan berbagai hal. Yang kedua adalah teman saya asal Madura yang humoris dan selalu membahas perempuan dalam setiap pembicaraan. Rupanya dua sifat orang ini klop menjadi satu pada diri Kang Arul. Haha...
Nah, jiwa usil plus kreatif Kang Arul muncul saat Mas Satto menulis di bawah dengan laptopnya. Sedangkan di depan Mas Satto ada kaki putih dan mulus. Kemudian yang punya kaki itu disuruh maju dekat kepala Mas Satto, lalu dia diminta untuk ekspresi terpukau dengan kaki putih mulus itu ketika melihatnya.
Saya tidak tahu bagaimana hasilnya video ini kalau nanti sudah tayang di You Tube dan membayangkan saja bagaimana reaksi Mbak Wawa sebagai istri Mas Satto ketika melihatnya...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H