Mohon tunggu...
Arifin Johan
Arifin Johan Mohon Tunggu... Dosen - Pengamat Sosial

Seorang Pengajar dan Pengemis Ilmu

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pengetahuan Telah Tersimpan di Memori

15 Desember 2020   09:22 Diperbarui: 15 Desember 2020   09:26 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semua Ilmu Pengetahuan itu telah Tuhan simpan dalam memori setiap manusia, hanya dengan cara membaca berarti Anda telah memanggilnya, semakin baik Anda memanggilnya, maka semakin tersibak juga pengetahuan itu.

Jika Anda sejenak duduk sambil memegang pensil atau pena dengan kertas kosong, lalu Anda diminta untuk menulis atau mengambarkan sketsa lokasi letak ruang kelas Anda sewaktu masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Saya yakin 100% Anda masih bisa mengambarkan sketsa lokasi tersebut bahkan letak tiang benderapun Anda pasti bisa walaupun saya yakin gambar Anda tidak bagus heheheh (canda) tetapi itu sebenarnya Anda bukan pelukis tetapi "pengingat" yang hebat.

Demikian juga dengan kita semua, kita pasti masih mengingat keadaan tata letak lokasi kelas 1,2,3,4,5 dan 6 bahkan Ruang Guru masih teringat dengan baik. Walaupun kenyataannya Gedung itu sudah tidak ada lagi di tempat asalnya karena sudah berganti dengan gedung lain atau sudah pernah dipugar.

Kekuatan memori ingatan kita luar biasa sampai sekarang masih sangat kuat bekerja, bahkan kejadian yang 20 tahun atau 30 tahun lalu, kita masih mengingatnya dengan baik. Bukankah ini salah satu kehebatan Sang Pencipta pada diri kita.

Sebanyak 40 dokter merawat Mantan Presiden Soeharto di RS Pusat Pertamina (Kompas, 2008). Setiap dokter memiliki keahlian masing-masing, kemampuan yang tidak perlu diragukan lagi. Apakah para dokter tersebut memiliki struktur otak yang berbeda-beda? Saya rasa tidak juga, normalnya manusia memiliki bagian pada otak lobus frontal(depan), lobus parietal (tengah), lobus oksipital (belakang) dan samping (lobus temporal). 

Sejumlah 40 dokter dengan kemampuan berbeda, melahirkan pertanyaan sederhana, dengan apakah mereka "memanggil" ilmu pengetahuan mereka atas kompetensi yang mereka miliki, pengalaman melakukan praktik dan bacaan referensi yang banyak dari berbagai sumber menjadi rujukan utama dalam setiap bangunan perspektif mereka.

Dimanakah mereka memanggil ilmu itu, maka kata yang terlahir dari pertanyaan ini akan mengarah pada kata dari "memori" pada otak manusia. Para dokter ini memanggil pengetahuannya dalam memori otak mereka.  Salk Institute ini menemukan bahwa otak manusia ternyata memiliki kapasitas memori setidaknya 1 petabyte atau setara dengan 10 juta gigabyte. Jumlah itu diperkirakan setara dengan internet saat ini (Damar, 2016).  

Mungkin kebanyakan orang berfikir termasuk pembaca adalah panca indra manusia menjadi alat utama dalam memasukkan atau menyimpan data ke dalam memori (sistem sensori) manusia akan menyeleksi seberapa pentingnya informasi itu bagi pemilik (manusia), selanjutanya pada sistem ingatan pendek (short term memory) yang merupakan tempat dimana kita memproses stimulasi yang berasal dari lingkungan kita berdasarkan penerimaan sistem sensori manusia, jika informasi itu penting untuk sang pemilik, misalnya nama istri, nomer rumah, nama mantan, nama mantan yang lain hehehe...

maka data itu akan dikelola selanjutnya akan masuk pada sistem ingatan panjang (long term memory), nah di sinilah data itu akan bersemayam selamanya, dan faktor-faktor eksternal(keadaan seseorang, sakit, ekonomi, dll) yang akan mempengaruhi untuk melupakannya data tersebut, bukan berarti hilang dalam memori tetapi terlupakan karena tidak seringnya "dipanggil" dengan cara membaca.

Sistem memori jangka panjang memungkinkan kita untuk seolah-olah hidup dalam dunia- dunia, yaitu, dunia masa lalu dan dunia masa sekarang, dan oleh karenanya memungkinkan kita untuk memahami dan mengalirnya tanpa henti dari pengalaman langsung (Bhinnety (2008)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun