Mohon tunggu...
Arifin Indra Sulistyanto
Arifin Indra Sulistyanto Mohon Tunggu... Konsultan - Pemerhati * Narasumber * Konsultan * Advisor * Assessor * Ilustrator

Telah belajar dan mengalami, terus belajar untuk mengerti dan memberi, ijinkan hamba berbagi literasi , menanti hingga datangnya senja hari. Menulis ibarat melukis kata dengan kuas, media kertas bagai kanvas, fiksi adalah warna bebas. Hitam dan putih adalah fakta dengan batas tegas.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Indonesia: Beban Agraris

24 Juni 2022   14:49 Diperbarui: 28 Juni 2022   13:23 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kerbau Membajak Lahan Pertanian. Dok Pribadi

Paradox Negara Agraris

Apakah tepat Indonesia disebut sebagai negara agraris (pertanian)? Bisa benar bisa tidak.

Benar, jika bersandarkan kepada fakta bahwa sebagian besar penduduk Indonesia menggantungkan hidupnya dari hasil aktifitas di sektor pertanian. Tanah di kepulauan nusantara yang berada dalam gugusan ring of fire, sangat subur dan cocok untuk kegiatan agribisnis.

Namun faktanya hanya ada 30 persen daratan di kepulauan nusantara , sedangkan sisanya 70 persen adalah lautan. Indonesia mempunyai garis pantai nomor dua terpanjang di dunia. Dengan fakta-fakta itu, maka Indonesia akan lebih tepat disebut sebagai negara maritim (perikanan) daripada negara agraris.

Jalan kompromi, mari kita sepakati, NKRI adalah negara agraris sekaligus negara maritim.

Meskipun luas daratan hanya 30 persen, namun sudah berabad-abad , bangsa Eropa kenal cengkeh dan pala yang merupakan hasil pertanian dari kepulauan Maluku secara estafet dari pedagang nusantara, India dan Arab.

Fakta sejarah menunjukkan bangsa Eropa berhasil memonopoli perdagangan rempah-rempah dengan cara kolonialisasi dimulai oleh Portugis, kemudian oleh VOC (Belanda) di nusantara sejak tahun 1512 hingga tahun 1942.

Sekedar catatan statistik seputar sektor pertanian.

  • Menurut BPS (2021 ) sebanyak 29.59 persen dari tenaga kerja (38.23 juta orang) melakukan aktivitas di sektor pertanian , dengan trend yang menurun. 
  • Luas lahan pertanian yang tersedia adalah 10.52 juta hektare , terus menyusut dari tahun ke tahun.
  • Sektor pertanian adalah kontributor terbesar kedua terhadap PDB, yaitu sebesar  Rp. 2250 T (13.28 % dari PDB).
  • Selama pandemi, sektor pertanian konsisten terus tumbuh sebesar 12.93 persen, salah satunya dimotori oleh ekspor pertanian.
  • Ada  21 persen dari 64.5 juta penduduk kelompok umur pemuda yang bekerja di sektor pertanian.

Apa Tantangan Sektor Pertanian ?

Tantangan Bisnis Pertanian (Agribisnis) ada 3 :

1.  Menghasilkan produk pertanian untuk mendukung  ketahanan pangan nasional.

  • Sebuah tantangan yang tidak mudah, karena terjadi penyusutan areal pertanian (menjadi hunian dan komersial), menyebabkan area lahan pertanian per petani menjadi sempit (man-land ratio rendah),  seluas 360 meter persegi per petani
  • Kondisi menjadi semakin diperparah karena ketrampilan petani rendah dan produktivitas yang rendah
  • Perlu teknologi tepat guna di bidang pertanian.

2.  Mensejahterakan kehidupan petani.

  • Mengentaskan petani dari level marginal memerlukan insentif secara riil
  • Diperlukan kebijakan keberpihakan dan affirmative action
  • Perlu digalakkan nilai tambah di sektor hilir (down stream), meningkatkan komoditi ekspor dan pelatihan.

3.  Melakukan aktifitas pertanian sekaligus menjaga lingkungan.

  • Kebutuhan lahan  dipenuhi dengan cara konversi lahan  perlu terlebih dahulu  pengkajian dikaitkan dengan manfaat komersial, sosial-ekonomi dan lingkungan
  • Alih fungsi lahan pertanian (sawah) menjadi perkebunan (kelapa sawit), adalah contoh dilematis jika ditinjau dari aspek biodiversity (menurun), produksi pangan (menurun), dan keberagaman ekosistem (menurun). Sebaliknya, berhasil meningkatkan taraf hidup petani sawit.

Sebenarnya apa saja ciri-ciri sektor pertanian ?

Apa saja akar masalahnya ?

Lahan Pertanian Bertingkat. Dok : Pribadi
Lahan Pertanian Bertingkat. Dok : Pribadi

Berikut ini adalah jawaban atas dua pertanyaan tersebut :

1.  Risko on farm (budidaya) relatif tinggi.

  • Banyak faktor (bibit, pupuk, insektisida, unsur hara tanah, iklim, suhu) yang harus dipantau oleh petani sepanjang masa tanam hingga panen.
  • Margin of error terlalu kecil, jika terjadi kesalahan, menyebabkan potensi kerugian.
  • Perlu pengetahuan, ketrampilan teknis untuk mengelola semua faktor tersebut.

2.  Hasil panen budidaya pertanian, gampang rusak

  • Hasil panen sangat mudah rusak (perishable), penurunan kualitas sangat drastis
  • Penyusutan rata-rata 10 persen, jika salah penanganan pasca panen dapat menyebabkan kerugian
  • Perlu pengetahuan, ketrampilan teknis dan infra struktur ruang penyimpanan yang memadai.

3.  Profit margin produk pertanian rendah

  • Menyebabkan taraf hidup petani rata-rata marginal, tidak ada akumulasi asset yang berarti
  • Petani yang relatif sukses adalah petani yang menghasilkan komoditi ekspor

4.  Nilai Tukar Petani rendah dan daya tawar petani rendah.

  • Artinya hasil pertanian tidak mencukupi untuk menghidupi secara layak.
  • Akibatnya taraf hidup petani termarginalkan sejak awal.
  • Perlu kebijakan insentif dan keberpihakan.

5.  Petani tidak memiliki lahan yang cukup, untuk mencapai skala ekonomi.

  • Luas tanah terus berkurang, karena dibagi untuk anak-anaknya, untuk kebutuhan hidup maupun dikonversi menjadi hunian dan komersial.
  • Jumlah petani yang bekerja di sektor pertanian relatif banyak, menyebabkan man-land ratio rendah.
  • Secara statistik, produktivitas (hasil panen per hektar)  rata-rata juga rendah

6.  Bank hanya tertarik membiayai sektor hilir (down stream) ketimbang  on farm.

  • Bank beroperasi dengan kerangka prudential banking dan manajemen risiko.
  • Bank lebih memilih sektor hilir yang mempunyai nilai tambah dan margin sebagai kepastian sumber pelunasan kredit
  • Bank meminta jaminan berupa tanah, bangunan dan asset tetap.
  • Banyak petani dengan predikat  buruh tani yang tidak punya tanah, sehingga tidak bankable.
  • Petani terpaksa mencari dana mahal untuk membiayai usaha pertaniannya.

7.  Fenomena sandwich, dijepit oleh sisi up stream (hulu) dan sisi down stream (hilir).

  • Petani yang melakukan budi daya, harus membayar harga sarana produksi mulai dari bibit, pupuk, obat-obatan dan insectisida di depan sebelum panen.  Sedangkan setelah panen, petani menghadapi ketidakpastian harga jual di sisi hilir terlebih jika terjadi panen raya (pasokan melimpah) di pasar.
  • Fenomena sandwich tersebut sangat merugikan petani, berakibat profit margin kecil karena digerogoti dari dua sisi sekaligus.

8.  Terjadi “brain drain” dari sektor pertanian ke luar sektor.

  • Akumulasi dari fenomena sandwich, nilai tukar petani rendah, risiko on farm tinggi, risiko pasca panen tinggi, akses pembiayaan sulit, tidak efisien, menyebabkan tidak menarik bagi anak-anak petani maupun sarjana pertanian untuk terjun di bisnis pertanian.
  • Talenta yang bagus cenderung pergi (brain drain) , sedangkan yang tinggal adalah mereka yang tidak punya pilihan (kualitas rata-rata).
  • Guyonan (satire) yang paling sering terdengar adalah, banyak sarjana pertanian yang sukses berkarir di luar bidang pertanian (perbankan, media,  otomotive, ICT, office automation, dubes), menyebabkan sektor pertanian tidak maju-maju.
  • Guyon pari keno, (artinya, meskipun disampaikan secara guyonan namun mengena sesuai faktanya).

9.  Harga barang import produk pertanian lebih murah

  • Harga komoditi pertanian import lebih murah dibandingkan produksi dalam negeri. Salah satu kemungkinan adalah, negara penjual melakukan dumping. Sedangkan kemungkinan kedua adalah, negara penjual memang lebih efisien.
  • Akibat dari risiko on farm tinggi, risiko pasca panen tinggi, akses pembiayaan sulit, tidak efisien, menyebabkan tingginya biaya produksi, menyebabkan tingginya harga jual hasil pertanian di dalam negeri.

10. Ada ketentuan WTO : Agreement on Subsidies and Countervailing Measure,  melarang pemerintah (badan pemerintah) memberi subsidi, kontribusi financial kepada exporter. Jika terbukti ada keuntungan yang diberikan atau terdapat perlakuan khusus sehingga merugikan industri domestik di negara pengimpor, maka terhadap komoditi tersebut akan dikenakan countervailing duty di negara tujuan.

  • Ketentuan World Trade Organization , Agreement on Subsidies and Countervailing Measure telah dituangkan dalam PP No 34 Tahun 2011 Pasal 1 ayat (2) mengenai Tindakan Imbalan.
  • Indonesia (menempati peringkat 7 urutan atas dari 160 negara), yang dituduh melakukan subsidi untuk produk kertas, kayu log, kelapa sawit. Negara yang menuduh antara lain adalah Amerika, Uni Eropa , Australia dan India

Kebijakan Keberpihakan Yang Diharapkan.

Untuk menjaga pasokan hasil produksi sektor pertanian secara berkelanjutan, maka kepada petani harus diberikan insentif dan perlindungan agar kesejahteraannya meningkat. 

1.  Insentif kepada petani seyogyanya  berbentuk non tunai (bersifat umum) , dapat  berkaitan dengan pendidikan, kesehatan dan basic needs (air, listrik)

  • Bantuan ke sektor pendidikan dan kesehatan sebagai program pemerintah akan sangat meringankan beban kehidupan petani yang selanjutnya untuk meningkatkan taraf kehidupan marginalnya.

2.  Dibutuhkan kebijakan proteksi terhadap sektor pertanian dalam negeri agar tidak dirusak oleh produk import.

  • Dalam bentuk pembatasan atau pelarangan impor untuk produk pertanian tertentu.
  • Dapat pula mengenakan pajak impor yang lebih tinggi  (untuk makanan olahan, buah-buahan, sayur-sayuran), sehingga produk pertanian dalam negeri mempunyai pangsa pasar.

3.  Perlu Kebijakan Pemerintah (affirmative action) yang berpihak kepada petani

  • Gerakan Cinta Produk Indonesia . Dibutuhkan semacam kampanye affirmative action, membeli produk dalam negeri, meskipun harganya lebih mahal dari impor.

Sumber Referensi:

  • BPS 2021
  • PP No. 34 Tahun 2011 Tentang Tindakan Antidumping Tindakan Imbalan Dan Tindakan Pengamanan Perdagangan.
  • Blog UGM. Penulis : Desy, 27 September 2021. " Upaya dan Tantangan Regenerasi Petani Indonesia"
  • JPNN.com.  Sabtu, 27 Januari 2018. " 5 Masalah Pertanian dan Solusinya versi HKTI". (jos/jpnn)

@AIS, Tangsel 24 Juni 2022.
Oleh Arifin Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun