Â
Oleh Arifin Indra
Â
Pagi itu, Eyang Soemarto seperti biasa menerima kunjungan anak perempuannya yang ditemani oleh cucu kesayangannya Nanda. Si cucu sedang liburan, sudah terima hasil semester 7 dengan GPA 3.75 sedangkan kuliah online semester 8 akan dimulai sebulan lagi. Setelah semester 8 dan selesai wisuda, Nanda masih bingung mau bekerja di mana..
" Yangkung, semester depan, Nanda insyaalloh selesai kuliah", sang cucu membuka dialog.
" Terus kamu mau melamar kerja kemana nDa ?", tanya si eyang kepada cucunya.
" Naah itu..., Nanda ingin dapat kisi-kisinya dari Yangkung", jawab sang cucu.
" Berdasar pengalaman Yangkung yang pernah berkarir di BUMN", cucunya mengingatkan.
" Dengan permintaan tambahan, boleh kah Yangkung mulai dengan penjelasan tentang fenomena generasi Sandwich lebih dulu", pinta sang cucu untuk menambah topik.
" Baiklah", Â pak Sumarto menyanggupi permintaan cucunya itu.
" Jadinya dua topik nihh ya, generasi Sandwich dan pilihan kerja", eyangnya menegaskan.
" Betul Yang", jawab Nanda singkat.
***
" Apa itu generasi Sandwich ?", eyang Soemarto mulai beretorika kepada cucunya.
" Adalah generasi yang mempunyai beban tiga gererasi, yaitu generasi sebelumnya (orangtuanya), generasi dirinya sendiri dan generasi sesudahnya (anak-anaknya)".
" Orang yang mengenalkan pertamakali istilah "generasi Sandwich" adalah Dorothy Miller dan Elaine Brody di tahun 1981.
" Generasi ini kebetulan saat ini disandang juga oleh generasi milenials yang lahir antara tahun 1980-2000. Jumlah perkiraan penduduk Indonesia yang masuk generasi sandwich ini diperkirakan sejumlah 191 juta jiwa. Bisa dikatakan sebagai akibat dari bonus demografi".
" Hahahaha..., Nanda termasuk generasi ini Yangkung. Waduhhh bebannya berat nian".
" He he he iya, terutama mereka yang umurnya 10 tahun lebih tua diatas kamu".
" Sebagai kepala keluarga dari generasi sandwich ini memang cukup berat", lanjut eyangnya
***
" Sekedar intermezo", eyangnya tiba-tiba berbelok arah penjelasannya.
" Bagi beberapa bangsa Asia, terdapat tradisi turun temurun hidup dengan para orangtua, bahkan ada yang hidup tiga generasi sekaligus, di dalam sebuah rumah. Sejak kecil, anak-anak bangsa Asia telah menyaksikan keadaan tersebut tanpa keberatan".
" Bangsa Cina, Korea, Jepang dan bangsa kita, mempunyai tradisi dan akar budaya yang sama bukan ?".
" Di negara kita juga masih dijumpai, beberapa suku bangsa (antara lain Jawa, Sunda, Batak, Minang, Dayak, Bugis, Manado, Ambon) yang mengajarkan untuk merawat orangtua mereka yang sudah lansia untuk hidup bersama anak-cucunya".
" Coba lihat ke Kalimantan, ada rumah panggung, berbentuk panjang khas suku dayak (bisa mencapai panjang 180-300 m) di Kalimantan Barat. Di rumah panjang itu dihuni oleh banyak keluarga dan ada diantaranya terdiri dari tiga generasi bersama-sama".
***
" Bagi pemeluk agama islam mengerti betul baik di dalam  Al Quran maupun Hadits yang secara eksplisit memberikan panduan dan hukumnya wajib untuk merawat orangtua".
" Kewajiban orangtua kepada anak adalah sampai mereka menikah. Sedangkan kewajiban anak laki-laki kepada orangtua adalah sepanjang hayatnya. Ketika orangtua meninggal, anak laki-laki mendapat hak warisan atas harta orangtuanya dua bagian sedangkan anak perempuan satu bagian".
" Jadi kesimpulannya, merawat generasi sebelumnya (orang tua) adalah kewajiban yang mulia secara syariat agama dan budaya adat istiadat. Demikian pula, merawat generasi selanjutnya (anak hasil pernikahan) adalah kewajiban orang tua sampai anaknya menikah, dan hidup mandiri".
" Sekiranya ketemu Dorothy Miller, eyang akan tegaskan fenomena "beban sandwich" semestinya diterima dengan penuh tanggung jawab, bagi bangsa Asia dan bagi muslimin".
" Itu kewajiban yang terhormat, tidak ada alasan untuk mengelak", eyangnya menegaskan sambil tersenyum.
" Baik eyang", jawab Nanda.
" Eyang lanjut yaa".
***
" Seseorang dari generasi sandwich tidak segan-segan menjalani pekerjaan PARTIMER kerja sampingan (side hustle, freelancer maupun gigster), selain meniti KARIR bekerja dengan penghasilan tetap (orang gajian).
" Karena topiknya sudah memasuki dunia pekerjaan, maka sekarang sudah ke topik kedua, tentang pilihan kerja", eyang Soemarto memberikan kalimat pengantar pendahuluan.
" Nanda bayangkan, dengan pengetahuan dan ijazah Sarjana Ekonomi, saat ini sedang berdiri di depan sebuah tiang penunjuk arah pilihan pekerjaan", eyang Soemarto membuat pengantar.
" Ada beberapa tulisan di papan penunjuk arah, masing-masing berbunyi : KARIR, ENTREPRENEUR, Â PARTIMER dan JOBLESS. Arah mana yang Nanda pilih ?", Eyang Soemarto memberi empat alternatif pekerjaan untuk dipilih cucunya.
" Sebentar Yangkung, Nanda mau milih KARIR boleh ?", jawab cucunya dengan cepat.
" Dibawah tulisan KARIR ada tulisan BUMN, TNI/POLRI, PNS/ASN dan SWASTA".
" Nanda ingin berkarir dimana ?", sang eyang bertanya kepada cucunya sekali lagi.
" BUMN, seperti Yangkung", jawab Nanda dengan cepat.
" BUMN yang mana, banyak loh jenisnya sektor bidang usahanya", eyangnya mengingatkan.
" Waduhh, harus tahu dulu sektor bidang usahanya donk", sang cucu menyadari banyak pilihan berkarir, demikian pula jika ingin berkarir di BUMN.
" Nanti Nanda baca di masing-masing websitenya", Â sang cucu sadar sekarang punya PR.
" Boleh tanya tentang alasan eyang dulu pilih berkarir di BUMN ketimbang PNS/ASN, TNI-POLRI atau SWASTA ?", sang cucu berusaha menggali lebih lanjut.
***
" Singkatnya eyang memang tidak mempertimbangkan PNS/ASN. Orangtua eyang dulu berkarir di PNS, sehingga eyang sudah paham tentang tunjangan, budaya kerja, gaji, jenjang karir dan birokrasinya di PNS. Beberapa Kementrian telah melakukan Reformasi Birokrasi untuk memperbaiki kondisi tersebut, dengan pionir dilakukan oleh Kementrian Keuangan sehingga kondisinya jauh lebih baik dari Kementrian lainnya".
" Eyang tidak bisa masuk TNI-POLRI karena memakai kacamata".
" Eyang sudah kirim banyak lamaran ke perusahaan SWASTA , namun belum ada jawaban".
" Salah satu jawaban yang datang adalah, undangan untuk mengikuti seleksi dari salah satu dari BUMN Â tersebut".
" Tahapan demi tahapan eyang lalui mulai dari test seleksi materi, psikotest, aptitude test, wawancara, dan kesehatan (semacam medical check up)".
" Singkat cerita eyang lolos seleksi dan diterima sebagai karyawan tenaga bulanan lepas".
" Eyang berkarir selama 14 tahun di BUMN tersebut, selanjutnya berkarir di tempat lain di sektor keuangan hingga eyang pensiun".
" OOooo gitu yaa Eyang", si cucu mulai mengerti kenapa sang eyang bekerja di BUMN.
" Secara tunjangan, budaya kerja, gaji dan jenjang karir bekerja di BUMN lebih baik daripada PNS/ASN", lanjut eyangnya.
" Eyang berkesempatan mendapat beasiswa untuk mengambil MBA di Amerika", eyangnya menambahkan.
" Ihhh keren..., Â mau donk eyang, baik... Nanda akan membuat daftar singkat dalam memilih BUMN", ucap Nanda bersemangat.
" Silahkan dibuat ringkasan masing-masing BUMN. Sekarang Eyang lanjut yaa", eyang Soemarto meneruskan.
***
" Jika Nanda memilih arah ENTREPRENEUR, artinya memilih untuk memulai bisnis ada pilihan paling ngetrend : startup. Saran eyang pelajari produk apa yang akan dijual, buat kisi-kisi secara lengkap, dengan menggunakan Business Model Canvas (PPM, 2017). Kisi-kisi model bisnis itu, siapa target marketnya, apa yang ditawarkan, siapa key partner, darimana sales didapat dan bagaimana struktur biayanya", jelas eyang Soemarto kepada cucunya
Kebetulan ada tulisan eyang yang telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Model Bisnis vs Modal Bisnis", dengan tautan :"
" Bisnis startup memang sedang booming, namun jika bisnisnya tidak dikawal dengan baik, dapat mengalami kesulitan di usia dini. Kondisi ekonomi paska pandemi dan pengaruh global menyebabkam beberapa harga komoditas dan energi naik berujung dengan inflasi; sehingga menurunkan daya beli konsumen, berakibat juga kepada kelangsungan bisnis startup. Beberapa startup tutup dengan akibat PHK para karyawannya, kebetulan eyang juga telah menulis judul "Kematian Start Up", berikut ini tautannya".
https://www.kompasiana.com/arifinsulistyanto7061/62ab7b94edb24b4e5a61fff2/kematian-start-up
***
" Selanjutnya apakah Nanda ingin memilih kerja PARTIMER, ala generasi sandwich ?", tanya si eyang.
" Mereka punya beban ganda, maka untuk mengatasinya mereka memilih untuk mempunyai pekerjaan ganda, berkarir sekaligus partimer, itu ciri khas mereka", eyang Soemarto memberi pendahuluan.
" Oiya..., ada sebagian orang yang ingin bekerja independen jangka relatif pendek sesuai permintaan untuk pekerjaan khusus tertentu. Mereka dibayar berdasarkan pekerjaan yang bersifat "sekali selesai". Mereka ini disebut "gig worker" atau "gigster", menurut BPS per Mei 2019 ada 5.89 juta orang di Indonesia. Banyak ekonom yang meramalkan, bahwa di masa depan seiring dengan trend Internet of Thing (IOT), model bisnis secara online, maka kebutuhan tenaga kerja akan dipenuhi secara crowdsourcing sehingga tidak perlu karyawan tetap. Kegiatan ekonomi dengan model bisnis yang memanfaatkan tenaga lepas seperti itu, disebut "gig economy".
" Dapat disimpulkan, "generasi sandwich" punya gaya hidup kerja sambilan yang sering  diberi label sebagai "gigster" untuk mengisi kebutuhan tenaga kerja secara lepas di ekosistem  "gig economy".
" Apa bedanya dengan freelancer Yang ?", Nanda ingin tahu dibandingkan gig worker.
" Kalau freelancer mempunyai keinginan untuk dikontrak lebih lama, karena merasa kualifikasinya langka baik sebagai professional maupun certified".
" Yangkung, beri contoh jenis pekerjaan yang punya ciri "gig" ?", tanya Nanda ingin tahu.
" Gig worker cukup beragam, termasuk content writer, security engineer, virtual assistant, game engineer, tutor online, substitute teacher, accounting assistant, designer dan masih banyak lagi".
" Nanda kayaknya tertarik juga bekerja ala "gig worker", sang cucu memberi komentar.
" Nanda suka coding, jadi bisa apply sebagai software programmer atau game developer, asyiik", celoteh Nanda dengan riang.
" Tidak dilarang kan, berkarir sebagai karyawan BUMN tapi punya kerjaan partime di bidang IT karena sesuai hoby ?", sang cucu beretorika.
" Yuk lanjut , Eyang", pinta Nanda kepada eyangnya.
***
 " Sedangkan tulisan terakhir adalah JOBLESS".
" Eyang tidak yakin Nanda pilih JOBLESS", eyang Soemarto tersenyum kepada cucunya ketika mengucapkan kalimat tersebut.
" Yuk, istirahat dulu, atau Nanda punya pertanyaan ?", eyangnya mengakhiri penjelasannya.
" Tidak eyang, Nanda cukup jelas. Terimakasih Yangkung".
Kemudian keduanya bangkit seraya berjalan beriringan menuju ruang tengah untuk bergabung dengan Eyangti dan mamanya Nanda. Setiap kali kedatangan si cucu dan mamanya merupakan hiburan yang berharga untuk kedua eyangnya, Yangkung dan Yangti. Karena mamanya Nanda adalah satu-satunya yang masih diberi umur oleh Allah SWT sedangkan dua kakaknya mama Nanda, Pakde Noto dan Pakde Mono, sudah kapundut.
Hasil imaginasi penulis menghadirkan para tokoh fiksi. Â @AIS, Tangsel 22 Juni 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H