Mohon tunggu...
Arifin Indra Sulistyanto
Arifin Indra Sulistyanto Mohon Tunggu... Konsultan - Pemerhati * Narasumber * Konsultan * Advisor * Assessor * Ilustrator

Telah belajar dan mengalami, terus belajar untuk mengerti dan memberi, ijinkan hamba berbagi literasi , menanti hingga datangnya senja hari. Menulis ibarat melukis kata dengan kuas, media kertas bagai kanvas, fiksi adalah warna bebas. Hitam dan putih adalah fakta dengan batas tegas.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Warisan Pakde To : Masalah Klasik Keluarga

25 Mei 2022   22:20 Diperbarui: 1 Juni 2022   19:26 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

***

Seiring dengan waktu berjalan, Bude To semakin sepuh dan tidak pernah bisa mengerem aksi Mas Cacuk. Bude To telah lama hanya mengekor apapun yang telah Almarhum Pakde To lakukan kepada anak-anaknya. Almarhum Pakde To mendidik anak-anaknya secara tegas dan keras. Bude To tidak pernah memanjakan si sulung satu-satunya anak perempuan. Abinya Via sering menerima curhatan Mba Lena tentang perlakuan Bude yang pilih kasih tersebut.

Akibat dari komunikasi yang buruk, menyebabkan permasalahan tidak pernah tuntas. Kubu Mas Cacuk menganggap pihak yang menghalang-halangi penjualan rumah adalah lawan yang harus dikalahkan. Sejatinya, kubu Mba Lena tidak pernah keberatan jika rumah warisan dijual. Syarat Mba Lena, harus ada solusi dalam merawat ibu yang telah melahirkan mereka semua. Kubu Mas Cacuk menganggap Bude To tidak masalah. Mas cacuk dan Almarhum Mas Bambang menganggap bahwa uang bagian ibunya cukup. 

Sudah memasuki tahun ke empat ini, tidak ada HBH di rumah Bude To. Masing-masing keluarga putra-putrinya sungkem ke Bude To dengan waktu yang berbeda-beda.

***

Sikap dan perkataan Bude To mendua terhadap penjualan rumah warisan.

Di dasar lubuk hati yang paling dalam, Bude To tidak mau pindah. Bude To mengungkapkan curhatan isi hatinya kepada Mba Ayu sahabat Mba Lena. Sahabatnya itu kemudian sharing ke Mba Lena , bahwa ibunya tidak mau ke tempat lain. Bahkan, beliau ingin tinggal sampai kapundut di rumah itu. Hal ini bertentangan dengan pemahaman Mas Cacuk yang menganggap Bude To setuju menjual rumah warisan.

Sampailah di titik kulminasi, Mba Lena merasa bahwa Bude To telah berubah seiring dengan dimentia yang dideritanya, yaitu sering menunjukkan sikap ambivalen, halu, lupa dan menyangkal. Sikap Bude To tidak lagi bisa menjadi tali suh keutuhan keluarga, juga sangat disayangkan oleh Abinya Via.  Adiknya Pakde To almarhum yang paling kecil itu sangat sedih dan prihatin atas kondisi keluarga Pakde To Almarhum.

***

Pagi itu Via sedang sibuk melihat status pasien-pasien yang akan dikunjunginya di ward RS sehingga tidak menyadari ada berita masuk melalui WA. Saat time break jam 12.00, Via membaca WA dari Abinya mengabarkan bahwa Bude To dalam kondisi comma di ICU RSPP Jakarta. Jantungnya lemah sehingga Bude To dibantu dengan alat pernafasan.

Abinya meminta Via untuk turut mendoakan Bude To agar diberikan kesembuhan dan diberikan jalan yang terbaik sesuai dengan qodarullah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun