Istilah 'lu cakep lu aman' merupakan ungkapan populer yang berasal dari bahasa gaul di Indonesia. Istilah ini digunakan untuk menyatakan bahwa ketika seseorang mempunyai tampang yang tampan atau cantik secara fisik, akan aman walaupun melakukan tindakan yang menyimpang. Ungkapan ini sering digunakan dalam percakapan santai atau sebagai sindiran di media sosial.
Â
Latar belakang dari istilah ini mungkin berasal dari keinginan untuk menyindir seseorang dari segi penampilan fisik. Dengan menggabungkan kata 'cakep' yang berarti tampan/cantik dan 'aman' yang berarti akan aman, ungkapan ini mencerminkan keinginan untuk menunjukkan bahwa penampilan fisik dapat mempengaruhi penilaian terhadap seseorang. Pengertian tersebut mengarahkan kita ke suatu istilah ilmiah yaitu "Lookism". Dalam tulisan ini saya akan membahas apa itu lookism? Mengapa lookism sekarang menyebar luas di masyarakat? Apa dampak lookism bagi masyarakat?
Apa itu Lookism? Lookism adalah istilah yang mengacu pada diskriminasi atau prasangka terhadap seseorang berdasarkan penampilan fisiknya, terutama terkait dengan daya tarik fisik. Ini mencakup penilaian dan perlakuan yang tidak adil terhadap individu yang dianggap kurang menarik atau lebih menarik secara fisik, dan bisa terjadi dalam berbagai konteks, termasuk di tempat kerja, sekolah, dan dalam interaksi sosial sehari-hari.
Mengapa lookism sekarang menyebar luas di masyarakat? Ada beberapa faktor yang mempengaruhi menyebarnya lookism di masyarakat yaitu:
1.Media dan Budaya Populer:
Representasi Media: Media, termasuk televisi, film, iklan, dan media sosial, sering menampilkan standar kecantikan yang sempit dan ideal yang memengaruhi persepsi masyarakat tentang daya tarik fisik. Orang yang terlihat sesuai dengan standar ini sering kali dipromosikan, sementara mereka yang tidak sesuai dapat diabaikan atau dipandang negatif.
Pengaruh Selebriti dan Influencer: Figur publik, selebriti, dan influencer sering mempromosikan standar kecantikan tertentu melalui foto yang diedit dan konten yang tidak realistis, yang dapat menciptakan tekanan bagi orang untuk menyesuaikan diri dengan standar tersebut.
2.Media Sosial:
Tekanan Media Sosial: Media sosial memperkuat lookism dengan memberi platform untuk membandingkan penampilan fisik. Foto-foto yang diedit dan penggunaan filter dapat menciptakan citra tubuh yang tidak realistis dan meningkatkan tekanan untuk tampil sempurna.
Cyberbullying: Orang-orang sering menghadapi komentar negatif atau ejekan tentang penampilan mereka di platform media sosial, yang dapat memperburuk diskriminasi berdasarkan penampilan.
3.Norma Sosial dan Budaya: