"Di era modernitas ini  mana seorang yang modern ditandai dengan gaya hidup mewah, dengan alasan identitas dan modernitas pula".Â
 Masyarakat konsumsi adalah suatu fenomena di mana masyarakat dituntut untuk menjadi manusia aktif-konsumtif. Dari sinilah perbudakan manusia dimulai. Perbudakan dewasa ini berbeda dengan perbudakan masa lalu. Jika perbudakan masa lalu dilakukan secara verbal (fisik, kekerasan) perbudakan masa kini dilakukan secara non verbal (halus, idiologi atau kesadaran palsu).
MASYARAKAT KONSUMSI
Baudrillard mencoba mengusung pemikiran masa depan kapitalisme yang ditinjau dari konsumsi masyarakat dalam struktur ekonomi kapitalis. Meskipun menurut sebagian kritikus, ide tersebut ditulis dalam pendekatan formal ilmiah dan cenderung modern, Baudrillard mampu mengakhiri analisisnya dengan ciri khas seorang postmodernis.
Dimulai dari membandingkan antara konsep produksi dengan konsumsi dalam manifestasinya di tengah masyarakat, baudrillard melihat bahwa dalam masyarakat konsumsi hadir sebuah kebutuhan yang berlebih, alih-alih sebuah over-produksi. Masyarakat konsumsi mengalami krisis terlebih pada ketidakmampuan produksi untuk mengimbangi pertumbuhan kebutuhan yang terjadi secara besar-besaran. Logika Marx dibalik dan dilanjutkan oleh Baudrillard dengan memasukkan dasar-dasar produksi ke dalam struktur ekonomi, yaitu dengan menyebutkan adanya monopolisasi konsumsi selain monopolisasi produksi.
 Masyarakat konsumsi juga dapat ditandai dengan aktifitas konsumsi, di mana manusia tidak membeli untuk mengejar kepuasan (kebutuhan, nilai guna). Lebih jauh, mereka menggubkan atas dasar kegengsian,  dll (nafsu, nilai pakai). Tanpa mereka sadari, sebenarnya dengan cara itulah para kapitalis memperbudak manusia dengan cara menanamkan sebuah idiologi konsumsi (kesadaran palsu) Mereka lebih bangga menghambur2kan uang mereka yg tak lain hanya untuk menuruti nafsu-nafsu yang telah distimultankan. Dengan beginilh jurang pemisah antara si miskin dan si kaya semakin besar.
Tujuan masyarakat, bagi Marx, bukanlah produksi hal-hal yang berguna sebagai sebuah tujuan itu sendiri. Sistem kapitalis yaitu produksi dan konsumsi maksimal adalah tujuan masyarakat yang tidak perlu dipertanyakan lagi. Tentu saja kita tidak boleh bingung antara tujuan mengatasi kemiskinan parah yang mengganggu kehidupan bermartabat, dengan tujuan konsumsi yang terus meningkat, yang telah menjadi nilai tertinggi bagi Kapitalisme.
Posisi Marx jelas berpihak pada pengentasan kemiskinan, dan juga menentang konsumsi sebagai tujuan utama. Kemerdekaan dan kebebasan, bagi Marx, didasarkan pada tindakan penciptaan diri.
Kini kehadiran daripada teknologi, informasi yang dikenal sebagai zaman modernitas di mana seorang yang modern ditandai dengan gaya hidup mewah. Bahkan mereka bangga dengan kemewahan tersebut dan saling berlomba-lomba memperbaharui alat teknologi yang dimilikinya dengan alasan identitas modernitas. Disadari atau tidak, ternyata di balik modernitas yang kita puja dan sanjung selama ini ternyata terdapat sebuah proses perbudakan, di mana manusia  itu dibentuk menjadi budak-budak konsumtif. Atau dengan bahasa Jean Baudrillard, Masyarakat Konsumsi.Â
Masyarakat konsumsi adalah suatu fenomena di mana masyarakat dituntut dan dituntun untuk menjadi manusia aktif-konsumtif. Dari sinilah perbudakan manusia dimulai. Perbudakan dewasa ini berbeda dengan perbudakan masa lalu.Â
Jika perbudakan masa lalu dilakukan secara verbal (fisik, kekerasan) perbudakan masa kini dilakukan secara non verbal (halus, idiologi atau kesadaran palsu).Â
Masyarakat konsumsi juga dapat ditandai dengan aktifitas konsumsi, di mana manusia tidak membeli untuk mengejar kepuasan (kebutuhan, nilai guna). Lebih jauh, mereka membeli atas dasar kegengsian, mengejar kegokilan, gaul dll (nafsu, nilai pakai). Tanpa mereka sadari, sebenarnya dengan cara itulah para kapitalis memperbudak manusia dengan cara menanamkan sebuah idiologi konsumsi atau kesadaran palsu seputar tentang konsumsi. Â Disaat yang sama, Mereka malah lebih bangga untuk menghambur2kan uang mereka yang tak lain hanya untuk menuruti nafsu-nafsu mereka yang telah distimultankan.
 Dengan beginilah jurang pemisah antara si miskin dan si kaya semakin menganga. Si kaya tidak lagi menghiraukan keadaan si miskin. Mereka lebih suka menari kala si miskin menangis kesusahan.
Di dalam uraian tentang teori lapisan, senantiasa kita jumpai istilah "kelas" (social class). Seperti yang sering terjadi dengan beberapa istilah lain dalam sosiologi, maka istilah kelas juga tidak selalu mempunyai arti yang sama. Walaupun pada hakikatnya mewujudkan sistem kedudukan-kedudukan yang pokok dalam masyarakat.
Penjumlahan kelas-kelas dalam masyarakat disebut class system. Artinya, semua orang dan keluarga yang sadar akan kedudukan mereka itu diketahui dan diakui oleh masyarakat umum. Dengan demikian, maka pengertian kelas adalah paralel dengan pengertian lapisan tanpa membedakan apakah dasar lapisan itu faktor uang, tanah, kekuasaan atau dasar lainnya.
Ada pula yang menggunakan istilah kelas hanya untuk lapisan yang berdasarkan atas unsur ekonomis. Sedangkan lapisan yang berdasarkan atas kehormatan dinamakan kelompok kedudukan (status group). Selanjutnya dikatakan bahwa harus diadakan pembedaan yang tegas antara kelas dan kelompok kedudukan.
Max Weber mengadakan pembedaan antara dasar ekonomis dengan dasar kedudukan sosial, akan tetapi tetap mempergunakan istilah kelas bagi semua lapisan.Â
Adanya kelas yang bersifat ekonomis dibaginya lagi ke dalam sub kelas yang bergerak dalam bidang ekonomi dengan menggunakan kecakapannya. Di samping itu, Max Weber masih menyebutkan adanya golongan yang mendapat kehormatan khusus dari masyarakat dan dinamakannya stand. Disaat yang sama, Joseph Schumpeter mengatakan bahwa terbentuknya kelas-kelas dalam masyarakat adalah karena diperlukan untuk menyesuaikan masyarakat dengan keperluan-keperluan yang nyata. Makna kelas dan gejala-gejala kemasyarakatan lainnya hanya dapat dimengerti dengan benar apabila diketahui riwayat terjadinya.
Pada beberapa masyarakat di dunia, terdapat kelas-kelas yang tegas sekali. Karena orang-orang dari kelas tersebut memperoleh sejumlah hak dan kewajiban yang dilindungi oleh hukum positif masyarakat yang bersangkutan. Warga masyarakat semacam itu seringkali mempunyai kesadaran dan konsepsi yang jelas tentang seluruh susunan lapisan dalam masyarakat.
Ketika cara produksi berubah sebagai akibat dari perkembangan teknologi dan dalam pemanfaatan tenaga kerja, konflik-konflik menjadi ekstrim dan kelas baru menantang dominasi penguasa masyarakat yang ada. Kelas dominan, menurut Marx, mengontrol tidak hanya produksi material tetapi juga produksi ide.
Dengan demikian, ia menetapkan gaya budaya tertentu dan doktrin politik yang dominan, dan kontrolnya atas masyarakat dikonsolidasikan dalam jenis sistem politik tertentu. Kelas-kelas yang sedang naik daun memperoleh kekuatan dan pengaruh sebagai akibat dari perubahan cara produksi menghasilkan doktrin-doktrin dan gerakan-gerakan politik yang bertentangan dengan kelas penguasa.
Teori kelas merupakan inti dari teori sosial Marx, karena kelas-kelas sosial yang terbentuk dalam cara produksi tertentu cenderung membentuk bentuk negara tertentu, menghidupkan konflik politik, dan membawa perubahan besar dalam struktur masyarakat.
 TEORI KELAS SOSIAL KONTEMPORER
Teori-teori kelas berikutnya terutama berkaitan dengan merevisi, menyangkal, atau memberikan alternatif bagi Marxisme.
Pada awal abad ke-20, sosiolog Jerman Max Weber mempertanyakan pentingnya kelas sosial dalam perkembangan politik masyarakat modern, menunjukkan bahwa adat istiadat agama, nasionalisme, dan faktor lain memainkan peran vital.
Weber mengusulkan membatasi konsep kelas untuk perbedaan pendapatan impersonal antara kelompok, sehingga membedakan kelas dari status sosial, kolektivitas, atau hierarki politik. Banyak penentang teori Marxis telah memusatkan perhatian pada saling ketergantungan fungsional kelas yang berbeda dan kolaborasi harmonis mereka satu sama lain.
Pada pertengahan abad ke-20, kelas-kelas dalam masyarakat kapitalis cenderung kehilangan beberapa ciri khas mereka, dan antagonisme di antara mereka telah menurun sehingga di sebagian besar negara-negara maju secara ekonomi tidak lagi diproduksi.
KARAKTERISTIK PRIMER KELAS SOSIAL
Terlepas dari kontroversi teori kelas, ada kesepakatan umum di antara para ilmuwan sosial tentang karakteristik kelas sosial utama dalam masyarakat modern. Sosiolog umumnya menempatkan tiga kelas: kelas atas, kelas pekerja (atau lebih rendah), dan kelas menengah.
KELAS ATAS
Kelas atas dalam masyarakat kapitalis modern sering dibedakan oleh kepemilikan sebagian besar warisan kekayaan. Kepemilikan sejumlah besar properti dan pendapatan yang diperoleh darinya memberikan banyak keuntungan kepada anggota kelas atas.
Mereka mampu mengembangkan gaya hidup yang khas berdasarkan pengejaran budaya dan kegiatan rekreasi yang luas, untuk memberikan pengaruh yang cukup besar pada kebijakan ekonomi dan keputusan politik. Selain itu, untuk mendapatkan pendidikan yang unggul bagi anak-anak mereka dan peluang ekonomi yang membantu melestarikan kekayaan keluarga.
Kelas Pekerja
Ciri kelas pekerja secara keseluruhan adalah kurangnya kepemilikan dan ketergantungan pada upah. Terkait dengan kondisi ini adalah standar hidup yang relatif rendah, akses terbatas ke pendidikan tinggi, dan pengucilan yang sebagian besar dari bidang pengambilan keputusan penting.
Selain peningkatan dramatis dalam standar hidup yang terjadi pada dekade setelah Perang Dunia II, faktor utama yang mempengaruhi kelas pekerja sejak pertengahan abad ke-20 adalah pergeseran umum dalam perekonomian dari manufaktur ke industri jasa, yang mengurangi jumlah pekerja manual.
Amerika Serikat dan Inggris, di antara negara-negara lain, penurunan industri manufaktur tradisional mengakibatkan orang-orang yang menganggur kronis terisolasi dari arus utama ekonomi di daerah perkotaan yang memburuk. Lapisan bawah perkotaan baru dari pekerja yang menganggur dan setengah menganggur secara permanen ini telah disebut kelas bawah oleh beberapa sosiolog.
Kelas Menengah
Kelas menengah dapat dikatakan mencakup pekerja administrasi tingkat menengah dan atas, mereka yang terlibat dalam pekerjaan teknis dan profesional, pengawas dan manajer, dan pekerja mandiri seperti pemilik toko skala kecil, pengusaha, dan petani.
kelas menengah melebur ke dalam kelas atas, sementara di bawah seperti pekerjaan rutin dan bergaji rendah dalam penjualan, distribusi, dan transportasi melebur ke dalam kelas pekerja.
Kelas menengah adalah kelas "sandwich". Pekerja kerah putih ini memiliki lebih banyak uang daripada mereka yang berada di "tangga sosial" di bawah mereka, tetapi lebih sedikit daripada mereka yang berada di atas mereka. Mereka dibagi menjadi dua tingkatan menurut kekayaan, pendidikan, dan prestise.
Kelas menengah bawah sering terdiri dari orang-orang berpendidikan rendah dengan pendapatan rendah, seperti manajer, pemilik usaha kecil, guru, dan sekretaris. Kelas menengah atas sering terdiri dari pebisnis berpendidikan tinggi dan orang-orang profesional dengan pendapatan tinggi, seperti dokter, pengacara, pialang saham, dan CEO.
-Sejumlah orang mempunyai kesamaan komponen penyebab spesifik untuk peluang-peluang kehidupan mereka-sejauh komponen itu digambarkan secara eksklusif oleh kepentingan-kepentingan ekonomi untuk pemilikan barang-barang dan peluang-peluang untuk penghasilana dan digambarkan di bawah kondisi-kondisi komoditas atau pasar-pasar tenaga kerja. Itulah "situasi kelas".
Konsep "kelas" mengacu kepada setiap kelompok orang yang ditemukan di dalam situasi kelas yang sama. Oleh karena itu, kelas bukanlah komunitas tetapi hanyalah sekelompok orang di dalam situasi ekonomi, atau pasar yang sama.
Berbeda dengan kelas, kelompok-kelompok status adalah komunitas-komunitas keseharian, meskipun agak tidak berbentuk. "Situasi status" didefinisikan oleh Weber sebagai "setiap komponen khas kehidupan manusia yang ditentukan oleh estimasi sosial yang spesifik, positif, atau negatif, atas kehormatan". Sebagaimana lazimnya, status dikaitkan dengan gaya hidup. (Status terkait dengan konsumsi barang-barang yang dihasilkan, sementara kelas terkait dengan produksi ekonomi). Orang-orang yang ada di puncak hierarki status mempunyai gaya hidup yang berbeda dibanding orang-orang yang berada di bawah.
Dalam kasus ini, gaya hidup atau status dihubungkan dengan situasi kelas. Akan tetapi, kelas dan status belum tentu saling berhubugan: Uang dan posisi pengusaha itu sendiri bukan kualifikasi status, meskipun hal itu dapat menghasilkannya; dan kurangnya harta itu sendiri bukan diskualifikasi status, meskipun hal itu mungkin menjadi suatu alasan baginya. Ada serangkaian hubungan yang rumit antara kelas dan status, dan semakin diperumit ketika kita menambahkan dimensi partai.
Ketika kelas ada di dalam tatanan ekonomi dan kelompok-kelompok status di dalam tatanan sosial, partai-partai dapat ditemukan di dalam tatanan politis. Bagi Weber, partai-partai selalu merupakan struktur-struktur yang berjuang untuk mendapat dominasi. Oleh karena itu, partai-partai adalah unsur-unsur yang paling terorganisir dari sistem stratifikasi.Â
Jadi Konsumsi merupakan tindak yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan seorang individu maupun kelompok, sedangkan kegiatan konsumsi merupakan bagian dari pendapatan rumah tangga yang digunakan oleh seseorang untuk membiayai pembelian berbagai macam barang maupun jasa serta kebutuhan lain, karena hal itu adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh manusia. Sebab, Keduanya kerap memiliki keterkaitan dan dipengaruhi pula oleh faktor yang sama, yakni siklus sosial, masyarakat itu sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H