Jika di tengah obrolan warung kopi, bahasa Inggris terselip halus. kadang mencuat menciptakan senyum simpul di wajah-wajah yang mendengarnya. Dengan sebutan "Hello," "Thank you," "Sorry," kata-kata sederhana yang mengikat kita dalam jalinan pada dunia yang penuh intrik.Â
Mungkin di antara para pemikir ada yang ketika duduk diwarung kopi mengangkat isu-isu politik, Judi Online, Slot, Pinjol, dan yang lainnya membahas esensi kebaikan. Namun, di antara semua itu, aku terus bertanya pada diriku sendiri: apakah yang benar-benar ku ketahui?
Di antara adzan maghrib yang berkumandang,dijalan kota Yogyakarta. Seorang tetua berkulit gelap terdiam lesu dan tampak dalam kebingungan.Â
Barang jajakannya dalam sehari belum juga usai terjual. Di sana, suara mesin kendaraan lalu-lalang, bercampur dengan suara bapak sopir bus yang memanggil-manggil penumpang.
Di dunia yang penuh dengan pertanyaan dan pengetahuan,Â
Di trotoar jalan itu,saya pun menghampirinya lalau dengan penuh rasaibah saya pun membeli dagangannya itu,lalu duduk disekitar jualannya itu, disaat yang sama,ia pun ikut duduk sembari bertanya.Â
Ia bercerita tentang  pendapatan dalam kesehariannya. Sementara saya mendengarkan dengan telinga yang terbuka,namun hati juga ikut terluka.Â
Obrolan di trotoar jalan itu, ada getar-getar kehidupan yang menyelinap, mengungkapkan kepekaan yang tersembunyi di balik senyumnya yang kalem. Siapakah dia ?
Dia adalah salah satu pedagang asongan, sang pejuang jalanan. Dan dia adalah salah satu diantara kelompok orang yang kini semakin terpental.Â
Pedagang asongan merujuk pada pedagang yang menjajakan makanan ringan dan sebagainya di dalam kendaraan umum, di trotoar jalan, dan lainnya dengan membawa keranjang, tas, atau di atas alat beroda seperti sepeda dan juga gerobak.