Namun, dengan adanya peningkatan tensi antara Iran dan Israel tersebut, maka dolar AS dan US Treasury Bond akan semakin dicari, sehingga itu menyebabkan tekanan baik terhadap IHSG dan rupiah karena orang mencari safe haven. Â
Melemahnya Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar.
Sebagaimana dikutip dari siaran Youtube Mirae Asset Sekuritas, Selasa (16/4/2024)
Bahwa, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hingga meruncingnya konflik antara Iran-Israel menciptakan celah bagi investor untuk mengakumulasi sejumlah saham yang terdampak oleh sentimen tersebut.
 Jadi sebelumnya setiap kali ada keputusan The Fed yang dianggap tidak sejalan dengan ekspektasi market maka akan terjadi semacam capital outflow.Â
Ketika ada gejolak, mungkin banyak pemain saham yang hit and run atau jangka pendek, mereka lari ke safe haven, bisa ke dolar AS atau ke surat berharga seperti US treasury," jelasnya dalam webinar Eisenhower Fellowships Indonesia (15/4/2024). Â
Konflik Iran vs Israel : Â Menekan bisnis.
Akhir-akhir ini sepertinya terjadi persaingan untuk mewujudkan perbaikan antara Ketua Federal Reserve (The FED) Jerome Powell di AS dan President ECB di Eropa, Christian Laggard. Keduanya melakukan tindakan yang diperlukan untuk menjinakkan inflasi.Â
Bagaimana pun, tampaknya untuk kembali menggunakan target inflasi dua persen belum akan bisa dicapai dalam waktu dekat, baik di EU maupun AS. Pelemahan rupiah juga sejalan dengan merosotnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang disebabkan oleh sentimen global dan domestik.Â
Dari sisi global, rilis data ekonomi AS yang melampaui ekspektasi pasar mengakibatkan ketidakpastian terkait kapan The Fed menurunkan suku bunga acuan. Hal ini sehingga menyebabkan pelaku pasar memperkirakan penurunan suku bunga yang lebih sedikit pada 2024.
Rontoknya Nilai Tukar Rupiah ke Level  Dolar AS.