Â
Oleh : Arifin Biramasi
"Telah nampak kerusakan didarat dan dilaut disebabkan karena perbuatan tangan Manusia" (QS. Ar-Rum;41).
Ragam usaha kini kian muncul ditengah kemelut untuk melakukan suatu pembaruan di muka bumi. Karena setiap orang dipanggil untuk menciptakan kehidupan dan peradaban yang ekologis walau tak sesempurna ketika bumi masih "belia/baru tercipta" dan belum terluka. Disinilah, dinamika bumi, kelautan, dan atmosfer bertemu, yang membuat bumi Maritim timur Indonesia menarik secara ilmiah.
Indonesia memang kaya, indah dan keindahan alam lautnya menebar pesona karena Indonesia dikelilingi lautan yang panjang. Beberapa di antaranya, pantai indah di Indonesia Timur, Pulau Halmahera, dan Maluku Utara umumnya memiliki daya tarik menawan saat senja. Keindahannya seperti pantai Prangritis di Yogyakarta, tampilan lautnya begitu menyejukkan. Dari wilayah timur Indonesia yang begitu eksotik asri, menawan dan indah dipandang mata.
Jika kita melihat Halmahera, pantai dan laut disana masih alami kita tidak pernah bosan menikmati keindahan lautnya. Keindahannya tersebut menarik minat pariwisata internasional. Kawasan maritim Indonesia dengan keunggulan HML (hutan, matahari, dan laut) layak menjadi destinasi wisata dengan potensi tinggi di dunia. Kekhasan daya tarik ilmiah Sea Globe Indonesia disebabkan oleh pertemuan tiga dinamika alam; Tentang dinamika Bumi, dinamika lautan, dan dinamika atmosfer.Â
Sifat-sifat yang khas, unik dan sempurna ini dapat menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan alam.
Kondisi ini terkait dengan terbukanya peluang pengembangan teknologi yang dapat menyelesaikan berbagai permasalahan dalam pembangunan benua maritim Indonesia. Selain itu, benua maritim Indonesia juga memiliki keanekaragaman budaya yang tiada habisnya untuk dijelajahi dan dipelajari secara ilmiah. Singkatnya, keindahan alam pesisir pantai laut Indonesia yang luas, keanekaragaman flora dan fauna yang unik, serta keaslian dan keindahannya merupakan salah satu persembahan wisata bahari paling mengesankan di dunia. Namun ada faktor lain yang turut menyebabkan kaburnya keindahan alam wisata bahari, seperti eksplorasi dan eksploitasi alam yang dilakukan oleh industri pertambangan, pesta minum-minum, tindakan ilegal dan tindakan asusila lainnya. Semua itu harus dihilangkan dari wisata bahari. (Zuhal, 2008; 267-8).
Namun seiring dengan kemajuan berpikir manusia yang mula-nya tergantung kepada gaya hidup (Life style) pertanian, lambat laun berubah menuju arah industri. Tidak dapat dinafikan bahwa, industri memang memberikan pergerakan ekonomi bagi masyarakat dan memberikan andil dalam taraf hidup yang wajar. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa disisi  lain, tidak boleh juga menutup mata dan telinga dalam revolusi industri, penciptaan perusahaan-perusahaan yang umumnya menggunakan bahan-bahan kimia dan zat-zat tertentu yang jika limbahnya dibuang begitu saja tanpa adanya pengolahan adalah racun bagi lingkungan dan manusia.
Masalah produksi yang tentunya menggunakan bahan-bahan kimia, tidak hanya menjadi ancaman lokal, melainkan juga global. Tidak hanya berdampak buruk terhadap alam dan lingkungan sekitarnya, tetapi juga berimbas  terhadap kesehatan manusia dan mahluk hidup lainnya. Anehnya sampai sejauh ini industri kimia dunia malah terus menerus menghasilkan dan membuang ribuan senyawa setiap tahun.
Dalam banyak kasus, tanpa melalui pengujian dan penelitian yang memadai serta ketidak mengertian mereka akan dampaknya pada masyarakat dan ekologi, terutama air yang disebabkan beberapa industri menghasilkan limbah beracun yang sangat buruk dan itu mencemari sumber-sumber mata air, sehingga pada akhirnya yang dirasakan oleh masyarakat Halmahera bukan lagi mata air, melainkan air mata.
Kesenjangan Ekonomi Dan Luka Ekologi
Indonesia sebagai negara yang sedang bergerak ke watak industrialis selain memiliki implikasi positif, namun juga telah melahirkan sejumlah dampak negatif pula. Dampak negatif yang paling kentara adalah pembuangan limbah yang secara serampangan dan gegabah pada aliran sungai-sungai yang tentunya bermuara ke laut ataupun limbah industri yang langsung dibuang ke laut. Implikasi yang bersifat ekologis baik mencemari lingkungan dengan membuang limbah tanpa diolah terlebih dahulu sangatlah merugikan dan memper-para, sebab dapat menyebabkan kepunahan flora dan fauna. Sebagaimana yang terjadi di kepulauan Seribu yang rusak alam kelautannya akibat karena limbah  industri ekstra aktif dari kota Jakarta, yang tampak nyata, dan hal tersebut juga kini telah terjadi di Maluku utara khususnya di Halmahera, akibat ekplorasi dan eksploitasi industri ekstra aktif-lah sehingga pada akhirnya dapat mengakibatkan luka ekologi. Disaat yang sama, persoalan ekologi juga menjadi salah satu permasalahan krusial yaitu globalisasi, demokrasi, kesetaraan gender dan hak asasi manusia, bahkan permasalahan ekologi diperkirakan masih akan terus ada.brtumpuh, terutama ketika masyarakat modern sedang ; mengalami krisis ekologi yang krusial.
Perkembangan perekonomian sektor manufaktur melalui industri pertambangan tentu saja mempengaruhi lajunya perekonomian daerah dan nasional, namun pada saat yang bersamaan juga memberikan dampak negatif yang amat signifikan. Berbagai bencana terjadi silih berganti, kerusakan ekologis adalah  akibat ulah manusia yang mana alam dieksploitasi sedemikian rupa, tanpa mempertimbangkan kelestarian dan keseimbangan alam secara keseluruhan (Q.S. al-Rm (30): 41 ).
Kerusakan yang dilakukan manusia modern mengenai ekologi mungkin jauh lebih beragam (untuk tidak mengatakan lebih parah) daripada perbuatan manusia dahulu kala. Jika sejarah peradaban manusia hanya sebatas pada aspek-aspek merugikan agama, ritual moral dan ekonomi semata, maka manusia modern lebih berwarna dalam menangani kerusakan multidimensi; mulai dari keimanan,dan juga moralitas.
 Menurut kepercayaan, masyarakat tertentu masih mempercayai bahwa laut mempunyai kekuatan supranatural yang mempengaruhi kehidupan manusia. Kini ketimpangan ekonomi yang mendominasi kehidupan nelayan khususnya dipulau Halmahera sungguh memprihatinkan. Nasib nelayan miskin yang sudah menyedihkan malah  diperburuk dengan kuatnya jaringan rantai mafia. Nasib para nelayan semakin terpojok ketika memasuki wilayah distribusi karena jaringan pasar pun kini dikuasai oleh tengkulak kelas kakap. Pada saat yang sama, "ilmu pengetahuan, penyebab berbagai krisis umat manusia saat ini, berkaitan dengan kapital dan kapitalisme.
Selain krisis ekologi, iek, filsuf yang juga dikenal sebagai filsuf Slovenia mengatakan ada tiga krisis lainnya, yaitu berbagai permasalahan disebabkan oleh revolusi biogenetik; isu-isu yang berkaitan dengan hak kekayaan intelektual atau distribusi yang disebut barang publik; dan permasalahan yang diakibatkan oleh munculnya kelompok-kelompok sosial baru (socialdivision) atau bentuk baru apartheid. Namun, Hidup di Akhir Zaman tidak memuat kisah kehancuran alam semesta, juga tidak memuat ramalan tentang tanda-tanda yang mengarah ke akhir zaman. kiamat besar. Argumen utama iek dalam Living in the End Times; Kapitalisme global mendekati akhir pada angka nol (apocalyptic zero) karena krisis tersebut tidak mampu mengatasinya. Namun, nampaknya sebagian besar masyarakat enggan membicarakan kapitalisme. Masyarakat lebih tertarik pada kehancuran alam semesta akibat bencana ekologi dibandingkan dengan perubahan jangka pendek akibat kapitalisme..(Mudhoffir, Abdil Mughis : 2011).
Dari hal tersebut jika dikonotasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, tentunya hubungan antara manusia dengan yang ada (alam) saat ini sedang mengalami kemerosotan moral dan juga sosial. Hubungan asimetris yang sangat menyedihkan tersebut itulah membuat kehidupan para nelayan pun semakin hari  mngalami krisis berkepanjangan karena diterpa oleh kekuatan dari berbagai pihak yang pada akhirnya rakyat pun mengalami kesenjangan secara ekonomi.
Krisis ekologi Dan Ketidak adilan Sosial
Saat ini, perspektif ekologi bahkan tidak memasukkan prinsip-prinsip keadilan sosial dan hak asasi manusia, seperti prinsip pemberdayaan dalam menghadirkan struktur dan wacana yang menindas, namun ada model praktis yang dibangun di sekitar aktivis lingkungan dalam pekerjaan sosial. sebuah perspektif yang sebagian besar gagal mengatasi masalah-masalah struktural dan cenderung memperkuat tatanan yang ada dan melegitimasi praktik-praktik konservatif (Pease, 1991).
Selain itu, konsep-konsep utama keadilan sosial dan hak asasi manusia seperti pembebasan, kelas, gender dan etnis sering diabaikan dalam Analisis Green hari ini. Begitu banyak resep (hijau) untuk masyarakat masa depan hanya memperkuat struktur dan wacana yang merugikan, jika prinsip-prinsip keadilan sosial dan hak asasi manusia tidak diperhatikan.
Sehubungan dengan kelas, ras dan gender. Yang pertama adalah feminisasi isu lingkungan. Pesan utama dari publikasi ini adalah bahwa perubahan lingkungan dimulai di tangan perempuan tradisional yang mengurus rumah dan bahwa tanggung jawab utama untuk menyelamatkan bumi dari bencana ekologi berada di tangan perempuan yang mengurus lingkungan rumah tangga. Ini adalah contoh klasik patriarki yang sedang bekerja, mengalihkan perhatian dari bidang-bidang tertentu. Namun yang terjadi adalah perempuan merasa bersalah karena mereka tidak secara jelas dan bertanggung jawab melakukan perubahan, bahkan mereka menjadi "target" kampanye pendidikan dan fokus program lingkungan hidup. Hal ini menggambarkan perlunya analisis gender dalam gerakan lingkungan hidup, dan meskipun sebagian besar aktivis lingkungan berbicara tentang pentingnya isu gender, ini terkadang hanya bersifat dangkal, kecuali khususnya di kalangan penulis ekofeminis. Â
Dari sudut pandang keadilan sosial dan hak asasi manusia, hal ini adalah contoh yang terkenal dari sikap menyalahkan korban, yang sering terjadi ketika analisis struktural terhadap suatu permasalahan diabaikan. Menekankan perspektif hukum mengenai kewajiban dan saling melengkapi dengan hak, Â memahami hubungan erat antara hak asasi manusia dan komunitas, merupakan perpaduan perspektif ini dalam cara yang mendorong masyarakat dan masa depan yang lebih baik. Mungkin sudah terlalu lama bumi dibiarkan menderita karena era industri dan "kegilaan" manusia yang tak punya batas-batas ekologis. Disaat yang sama, dan dari tangan-tangan manusia inilah yang mengakibatkan
 Olehnya itu,ketika melihat fenomena diatas dapat disimpulkan bahwa,sejarah hidup manusia dalam milenium baru ini, aktivitas perusakan lingkungan hidup semakin masif dan menjadi-jadi. Apabila suguhan data dan realitas tentang tragedi perusakan lingkungan hidup dicermati secara komprehensif, maka, setiap orang tentunya akan gemetar membayangkan berbagai risiko yang mengancam masa depan. Bukan hanya manusia yang menjadi korban, kelompok flora dan fauna---sumber makanan manusia---pun turut terancam. Ditambah lagi, usia bumi yang sudah semakin tua turut memberikan pengaruh yang amat signifikan terhadap gejala alam dan siklus perkembangan segala makhluk di dalamnya. Mau tak mau, manusia sebagai makhluk yang sungguh punya kapasitas sempurna sudah semestinya menaruh hati dan cintanya untuk peduli pada bumi ini.__Semoga***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H