mustahil, aku tidak diterimaÂ
menutupimu dari mata-mata mereka
yang nyalang dan mendendam
aku adalah kain bagimuÂ
namun aku selalu ada untukmuÂ
aku hanya tersedu ketika rambutmu
terurai dan mudah dicium kapitalis
di hamparan jalan melambangkan
kehampaan, apakah aku berlaluÂ
dan berlari darimu? tidak begitu
cukup kakimu melangkah
menapaki gedung, dan aku tidak pernah
meninggalkanmu, untuk apaÂ
merapikan kemeja, sementaraÂ
aku adalah kerudung yang murungÂ
dan tidak sepantasnya aku menunggumu
sebab penantianku untukmuÂ
lebih purba dari purnama yang berduka
Pangandaran, 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H