Pelaksanaan shalat Idhul Adha di Masjid Al-Muslimun, Rungkut Barata-Surabaya, pada Senin (17/6/2024) telah selesai. Ratusan jemaah antre keluar halaman hendak pulang ke rumah masing-masing.
Saya bertemu wartawan senior Nazaruddin Ismail. Kami saling sapa. Rumah kami tidak terlalu jauh. Lalu, kami foto berdua. Di zaman kekinian rasaranya kurang afdol kalau pertemuan tanpa diselingi selfi.
Setiba di kediaman, foto saya buka. Smartphone pun bekerja. Ada fitur pengolah data. Tertulis: hapus foto ajaib. Saya klik. Artinya, setuju dilakukan edit foto secara mandiri. Muncul foto baru.
Semula di belakang foto kami ada jemaah sedang bersih-bersih. Ada orang jongkok. Ada yang tengah bersalaman. Semua orang jadi hilang. Foto hasil editan, tinggal kami berdua. Sekarang terlihat lebih bersih. Bisa dilihat hasilnya, ada di atas menyertai berita ini. Termasuk foto asli sebelum editan.
Fitur “hapus foto ajaib” bukan aplikasi. Tapi bawaan HP. Teknologi yang melekat pada smartphone. Perihal teknologi ini bukan saya pemilik satu-satunya. Anda semua pasti punya.
Sudah semakin canggih. Sekarang ini, jika ngetik di laptop, selesai satu baris kalimat ada suara muncul: membacakan hasil tulisan yang baru saja diketik.
Oke, balik ke foto di HP. Terus terang, saya sering memanfaatkan rekayasa teknologi "hapus foto ajaib" ini untuk mengisi WhatsApp. Dengan demikian -otomatis, saya berlama-lama menikmati rekayasa tersebut.
Foto bersama Mas Din -sapaan akrab Nazaruddin Ismail saya lihat berulang kali. Maklum kami berdua jarang bersua.
Mas Din bilang usianya kini telah 70 tahun. Persisnya 71 tahun. Belum lama dia menjalani operasi. Memang jadi kelihatan langsing.
Menyembelih setan
Menjelang siang hari. Saya melihat penulis buku dan motivator, Husein Ja’far Al-Hadar muncul di Instagram. Dia membagikan video, sedang menarik seutas tali rafia. Pelan-pelan. Ujung-ujungnya muncul sebuah handphone. Konten itu menggambarkan dia sedang mengikat HP.
Lalu, Husein Ja’far bercerita: zaman sekarang, kecenderungan orang pada sibuk bersama HP.
"Setiap kita adalah Ibrahim yang pasti memiliki Ismail-nya sendiri-sendiri. Ismail adalah simbol atas sesuatu yang sangat kita cintai. Hingga kecintaan kita padanya, bisa membuat kita menjadi egois, lupa pada Tuhan atau menomorduakan kecintaan kepada Tuhan di bawah kecintaan padanya".
"Dan salah satu Ismail saya adalah HP, yang kadang membuat saya menunda shalat hanya karena main HP. Atau gagal bersilaturahmi hanya karena saya sibuk main HP, ketika nongkrong dengan teman-teman".
"Yuk sekarang kita sembelih!"
Ustadz Husein pun memperagakan penyembelihan terhadap HP.
Saya tersenyum. Ah, jangan-jangan pesan tayangan Instagram itu ditujukana kepada diri saya. Pesan itu -menurut istilah sekarang: makjleb! Saya banget! Pas pada saat kita semua sedang merayakan Hari Raya Kurban 1445 Hijriah. Ndilalah...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H