Kartini disebut juga sebagai perempuan wartawan pertama. Karena Kartini telah mengajarkan betapa pentingnya membaca dan mengemban pendidikan setinggi-tingginya.
Semangat menulis Kartini mendorong saya untuk berkunjung ke Museum Pers yang kebetulan berada di Solo.
Melihat Monumen Pers teringat mubaligh namanya Ustadz Akhmad Arqom. Pada ceramah peringatan Nuzulul Quran Ramadan 2024 lalu, disinggung peran Kartini.
Ustadz Arqom cerita: Tahun 1800-an ulama ternama KH. Muhammad Sholeh Darat mengisi pengajian di pendopo Kabupaten Jepara. Mendengat ceramah itu Kartini terlihat sangat kritis.
Pada waktu itu Kartini bertanya: "Mbah KH. Muhammad Sholeh Darat kami ini orang Jepara hanya bisa membaca Al Quran tapi kami tidak tahu artinya dan harus berbuat apa dengan Al Quran. Mohon Mbah Sholeh Darat berkenan menulis terjemahan dan tafsir Al Quran"
Pertanyaan Kartini itu isyarat: pengetahuan yang diperoleh dari seseorang merupakan cara untuk mencapai kebahagiaan bagi individu atau sekelompok orang.
Solo juga punya petilasan sejarah yang selama ini jarang diketahui. Diabadikan menjadi sebuah jalan: namanya Arifin. Saya sengaja meliwati jalan ini sebanyak tiga kali.
Ruas jalannya cukup panjang, membentang dari Gereja Katolik Santo Antonius Purbayan hingga ke utara mengarah ke Jalan Margoyudan.
Jalan Arifin memiliki ciri ruas jalan yang cukup unik. Disebut unik, karena mulai dari arah selatan, lebar jalannya cukup lebar mengarah ke utara. Hingga sampai pertigaan SMPN 13 Solo, jalan semakin menyempit.