Menurut Khadafy, dengan membaca Maulid Diba, berarti kita juga membaca Al-Quran, hadis, dan shalawat sekaligus.
Pembacaan itu menjadi media untuk mengingat sekaligus meneladani Rasulullah SAW pada masa hidupnya.
"Selain mendapatkan pahala, kita juga bisa semakin banyak mendapatkan pemahaman-pemahaman baru dan menambah kecintaan kita terhadap Rasulullah SAW," tutur Khadafy.
Malam itu, hanya dalam tempo 15 menit Khadafy mengemas tausiah dengan sangat sederhana.
Ia menerangkan, Maulid Nabi memiliki peran penting dalam kemenangan umat Islam untuk membebaskan Yerusalem dan Al-Aqsha di bawah kepemimpinan Shalahuddin Al-Ayubi.
Dalam satu risalah, Khadafy mengutip kisah Al Barzanji, pemenang sayembara penulisan riwayat kehidupan nabi.
Syair Al Barzanji kemudian banyak dibaca di kampung-kampung. Isinya syair-syair yang memuji kemuliaan nabi dan manaqib tentang peri kehidupan Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasalam.
Selain kitab Al Barzanji, Khadafi juga menyampaikan risalah kitab Maulid Ad Diba'I dan kitab Maulid Simtudduror.
Kegiatan 'Maulid Diba' ditutup. Khadafy menyampaikan doa disertai harapan yang sangat indah: "Semoga shalawat tersampai kepada seluruh keluarga dan para sahabat. Dan utamanya kita semua, hingga sampai ajal menjemput".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H